Persembahan Rekor Dari Emma Raducanu
Petenis muda Inggris Emma Raducanu melengkapi kisah suksesnya di Grand Slam AS Terbuka dengan menjadi juara tanpa kehilangan satu set pun, meski harus tampil sejak babak kualifikasi.
NEW YORK, SABTU - Petenis berusia 18 tahun, Emma Raducanu, mengakhiri penantian 44 tahun Inggris Raya untuk mendapatkan juara Grand Slam tunggal putri. Setelah menjalani turnamen sejak babak kualifikasi, Raducanu mempersembahkan gelar juara bagi Inggris Raya dari Amerika Serikat Terbuka.
Gelar tersebut didapat melalui duel sesama remaja. Di stadion tenis terbesar di dunia, Arthur Ashe, Flushing Meadows, New York, Raducanu dan Leylah Fernandez (19 tahun) menjadi sorotan ketika memasuki lapangan pada final, Sabtu (11/9/2021) sore waktu setempat atau Minggu dinihari waktu Indonesia. Puncak sensasi yang diciptakan dua petenis non unggulan itu dimenangi Raducanu, 6-4, 6-3.
Trofi juara yang diserahkan oleh legenda tenis, Billie Jean King, didapat dalam debut Raducanu di AS Terbuka. Dia pun mencatatkan berbagai rekor dalam kariernya, salah satunya sebagai tunggal putri Inggris Raya pertama yang menjuarai Grand Slam sejak Virginia Wade menjuarai Wimbledon 1977. Wade, yang selalu hadir di stadion saat Raducanu bertanding, juga menjadi tunggal putri Inggris Raya terakhir yang menjuarai AS Terbuka, yaitu pada 1968.
Sembilan tahun lalu, ada Andy Murray yang mengakhiri 76 tahun penantian tunggal putra Inggris untuk mendapat juara Grand Slam. Murray menjuarai AS Terbuka 2012 setelah Fred Perry menjadi juara AS Terbuka 1936.
Rekor-rekor lain yang dicatatkan Raducanu adalah menjadi petenis kualifikasi pertama yang menjuarai Grand Slam. Prestasi itu dilengkapi dengan kemenangan straight sets dalam 10 pertandingan (menang 20 set beruntun), yakni tiga pertandingan babak kualifikasi dan tujuh laga babak utama hingga final.
Dengan kemenangan tanpa kehilangan satu set pun, Raducanu menyamai Serena Williams, tunggal putri terakhir yang melakukannya di AS Terbuka ketika juara pada 2014. Dia menjadi juara tunggal putri termuda di Grand Slam sejak Maria Sharapova juara di Wimbledon 2014 pada usia 17 tahun.
Dengan peringkat ke-150 dunia, dia menjadi petenis berperingkat terendah yang menjuarai AS Terbuka sejak Clijsters juara pada 2009. Ketika itu, Clijsters tampil tanpa peringkat dunia setelah sempat mengundurkan diri sebagai petenis pada Mei 2007-Agustus 2009.
Baca juga: Duel Dua Keajaiban
Final Raducanu melawan Fernandez sangat menarik perhatian penggemar tenis. Antusiasme tak hanya terasa melalui sambutan meriah penonton yang hadir di stadion, melainkan juga melalui dunia maya. Atlet, mantan atlet, reporter tenis dari berbagai media internasional menyatakan antusiasme mereka untuk final pertama antara dua remaja di Grand Slam sejak Serena Williams mengalahkan Martina Hingis pada AS Terbuka 1999.
Para juara Grand Slam, yang selalu menjadi tamu dalam pertandingan, termasuk mereka yang sangat antuasias menyaksikan momen langka ini. Di antara mereka terdapat King, Clijsters, Tracy Austin, dan Andy Roddick. Mantan pemain NBA dari Kanada, Steve Nash, juga selalu hadir di tribun tim Fernandez yang mewakili Kanada.
Di lapangan, antusiasme itu terbukti dengan persaingan menarik sejak awal. Meski hanya dua set, pertandingan berlangsung hingga hampir dua jam. Sebanyak 168 poin yang lahir dari 19 gim menunjukkan rata-rata 7,7 poin yang terjadi dalam setiap gim.
Dukungan penonton pun terbagi dua merata. Setiap kali di antara kedua petenis mendapat poin, mereka bersorak dan bertepuk tangan hingga wasit harus berkali-kali mengingatkan ketika permainan segera dimulai.
Pertandingan tadi sangat sulit. Leylah sudah mengalahkan petenis-petenis top dunia. Saya hanya berusaha fokus pada permainan sendiri dan berdoa tidak banyak membuat double fault.
Reli lebih dari enam pukulan terjadi pada hampir setiap perebutan poin. Gim kedua set pertama, saat Fernandez memegang servis berlangsung hingga sepuluh menit. Raducanu mematahkan servis tersebut.
Fernandez langsung membalas dengan mencuri servis Raducanu pada gim berikutnya melalui duel selama delapan menit. Penonton yang terlambat datang untuk menyaksikan pertandingan sejak awal pun harus menanti 23 menit saat jeda setelah gim ketiga. Dalam tenis, penonton hanya boleh memasuki stadion ketika terjadi jeda di antara dua gim, atau setelah gim ketiga pada awal setiap set, serta pada jeda antarset.
Set pertama direbut Raducanu melalui winner dari forehand-nya. Dia melakukan itu untuk merebut servis Fernandez.
Dalam set ini dan hampir pada sepanjang pertandingan, Raducanu memiliki kelebihan pukulan, termasuk servis, yang lebih kencang dan tajam. Tetapi, keuletan Fernandez dalam mengejar setiap pukulan, termasuk dalam posisi sulit, membuat Raducanu tak mudah mendapat poin.
“Pertandingan tadi sangat sulit. Leylah sudah mengalahkan petenis-petenis top dunia. Saya hanya berusaha fokus pada permainan sendiri dan berdoa tidak banyak membuat double fault,” komentar Raducanu.
Tak ingin melewatkan kesempatan pertama dalam final Grand Slam, kedua petenis juga bersaing alot pada set kedua. Mereka saling membalas mematahkan servis pada gim ketiga dan keempat. Namun, satu break point lain yang dikonversi Raducanu menjadi poin, pada gim keenam, membuat keunggulan skornya tak lagi bisa diimbangi sejak 4-2.
Baca juga: Puncak Sensasi Remaja di Flushing Meadows
Meski demikian, seperti ketika menyingkirkan empat petenis top dunia, Naomi Osaka, Angeliqu Kerber, Elina Svitolina, dan Aryna Sabalenka, pada empat babak beruntun sebelumnya, Fernandez memperlihatkan karakter seorang pejuang. Dia menggagalkan dua championship point Raducanu pada gim kedelapan.
Fernandez juga mendapat kesempatan mematahkan servis Raducanu pada gim kesembilan dalam posisi 3-5 (40-30). Tetapi, sesaat setelah dia mendapat poin, pertandingan terhenti sekitar tiga menit karena Raducanu harus mendapat perawatan dengan segera. Dari lutut kirinya, darah mengucur akibat menggesek lantai saat mengembalikan bola sambil berlutut. Fernandez memprotes medical timeout yang berlangsung di tengah gim tersebut.
Namun, berdasarkan Buku Peraturan Grand Slam 2021 tentang perawatan medis, perawatan di tengah permainan diperbolehkan dalam kondisi akut. Dalam kondisi ada petenis yang berdarah, peraturan mengharuskan wasit menghentikan permainan dengan segera dan memanggil tim medis.
Fernandez mendapat kesempatan kedua mematahan servis pada gim ini, tetapi digagalkan Raducanu, dua di antaranya melalui winner. Satu winner didapat melalui as yang menenetukan kemenangannya.
Baca juga: Ke Semifinal, Raducanu Batalkan Tiket Pesawat Pulang
Sambil menahan tangis ketika mendapat tepuk tangan panjang ketika penyerahan trofi, Fernandez bercerita betapa bangganya dia pada caranya bermain selama di Flushing Meadows. “Saya berterima kasih pada penonton New York yang selalu mendukung. Juga, orang tua dan tim yang selalu ada dalam momen apapun. Semoga, saya bisa kembali ke final di sini dan mendapat trofi juara,” ujar Fernandez, yang juga menyebut simpatinya atas kejadian 11 September 2001.
Di sisi lapangan, bahkan, tertulis tanggal 9/11/01 untuk memperingat 20 tahun serangan ke WTC di New York.
Kisah menarik
Dengan gelar itu, Raducanu pun menjadi juara baru AS Terbuka kelima dalam tujuh tahun terakhir. Empat lainnya adalah Flavia Penetta (2015), Sloane Stephens (2017), Naomi Osaka (2018), dan Bianca Andreescu (2019). Adapun dari seluruh panggung Grand Slam sejak 2015, dia menjadi juara baru ke-14.
Kehadiran dua remaja yang bukan unggulan itu di final bisa jadi merupakan kejutan terbesar tunggal putri di arena Grand Slam sejak era Terbuka (1968). Cerita mereka yang menarik perhatian bahkan membuat perjalanan Novak Djokovic menuju rekor barunya (menjuarai semua Grand Slam pada 2021 dan meraih gelar Grand Slam ke-21) terlupakan sejenak, hingga akhirnya petenis nomor satu dunia itu memastikan lolos ke final. Lawannya ada Daniil Medvedev.
Baca juga: Leylah Fernandez, Si Pembunuh Raksasa
“Cerita dua remaja itu sempat menghilangkan fokus bahwa Djokovic tengah menuju rekor baru. Namun, pada akhirnya, fenomena yang terjadi pada tunggal putri tahun ini menjadi pelengkap jika Djokovic benar-benar juara,” tutur mantan petenis AS, Pam Shriver, yang menjadi finalis AS Terbuka 1978 pada usia 16 tahun.
Fernandez dan Raducanu memiliki kesamaan latar belakang, yaitu sama-sama lahir di Kanada. Meski masih memiliki paspor Kanada, Raducanu pindah ke London, Inggris bersama orang tuanya ketika dia berusia dua tahun.
Kedua petenis ini juga memiliki latar belakang keluarga multikultural. Ayah Raducanu adalah orang Rumania dan ibunya dari China. Sementara itu, Fernandez berayahkan mantan pesepak bola profesional Ekuador dengan ibu yang berimigrasi dari Filipina.
Namun, berbeda dengan Raducanu yang berasal dari keluarga mapan (orang tuanya bekerja di bidang keuangan), kondisi ekonomi keluarga Fernandez tak begitu baik. Ibunya bahkan pernah meninggalkan Kanada menuju California, AS, untuk mendukung keuangan keluarga. Meski Federasi Tenis Kanada memberi bantuan untuk perkembangan tenis Fernandez, keuangan selalu menjadi masalah utama.
Baca juga: Leylah Fernandez Singkirkan Lagi Juara Grand Slam
Sebelum bersaing di Flushing Meadows, yang merupakan pertemuan pertama di arena profesional, Fernande dna Raducanu hanya pernah bertemu pada babak kedua tunggal putri yunior Wimbledon 2018. Raducanu menang sebelum dihentikan petenis Polandia Iga Swiatek pada perempat final.
Setelah itu, keduanya berkembang menjadi petenis dengan gaya permainan berbeda. Raducanu memiliki kekuatan pukulan yang lebih besar, bisa menyeimbangkan kemampuan bertahan dan menyerang. Adapun Fernandez adalah petenis yang ulet dalam mengejar setiap pukulan hingga bisa membuat frustasi lawan.
Usai pertandingan, reaksi pun bermunculan di dunia maya. Clijsters, Simona Halep, Nick Kyrgios, Martina Navratilova, Heather Watson, dan Roddick memuji penampilan kedua petenis.
“Emma Raducanu adalah bintang besar, dia sangat luar biasa. Sejarah telah tercipta,” kata Watson.
“Dua petenis muda ini adalah berkah untuk tenis. Benar-benar berkah,” ujar Roddick. (AFP/REUTERS)