Juventus tenggelam di papan bawah seusai kekalahan dari Napoli. Mereka masih terpincang-pincang dalam masa transisi menuju era baru tanpa Ronaldo.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
Kisah Klasik Juve Kehilangan Poin
NAPOLI, MINGGU – Kehilangan poin penuh setelah unggul terlebih dulu mulai menjadi kisah klasik Juventus musim ini. Petaka tersebut kembali terulang saat Juve takluk dari Napoli, 1-2, pada Sabtu (11/9/2021). Tren ini memperlihatkan pudarnya dominasi “Si Nyonya Besar” yang sedang berada dalam fase transisi.
Juve tidak mampu memulangkan tiga poin dari Stadion Diego Armando Maradona, meskipun sudah unggul saat turun minum lewat gol Alvaro Morata. Mereka kembali kehilangan poin akibat kemasukan sepasang gol pada paruh kedua, dari Matteo Politano dan Kalidou Koulibaly, yang diawali kecerobohan pemain sendiri.
Tadi kami kurang beruntung karena harus membayar mahal kesalahan sendiri, seperti yang sering terjadi musim ini.
“Saya tidak bisa mencela pemain kami hari ini. Kami lebih buruk saat melawan Empoli (pekan lalu). Tadi kami kurang beruntung karena harus membayar mahal kesalahan sendiri, seperti yang sering terjadi musim ini. Itu mengecewakan karena kami memulai laga dengan kuat,” ucap pelatih Juve Massimilano Allegri seusai laga, kepada DAZN.
Dua gol tim tuan rumah berawal dari kesalahan kiper Wojciech Szczesny dan penyerang pengganti Moise Kean. Politano tanpa kesulitan mencetak gol penyeimbang berkat tepisan lemah Szczesny. Sementara itu, Kolibaly memastikan kemenangan Napoli lewat skema tendangan sudut, memanfaatkan sundulan Kean yang justru menuju gawang sendiri.
Sebelumnya, “Si Nyonya Besar” juga kehilangan poin penuh pada laga pembuka, setelah unggul 2-0 terlebih dulu atas Udinese. Hasil itu diikuti dengan kekalahan dari Empoli pada pekan selanjutnya.
Alhasil, tim asuhan Allegri sekarang terpuruk di peringkat ke-16 dengan hanya mengoleksi satu poin dalam tiga pertandingan. Sebagai penantang juara, perjalanan Juve pada awal musim ini sangat jauh dari ekspektasi.
“Kami tidak presisi dalam segi teknis dan sering kehilangan bola. Napoli bermain sangat baik. Di sepak bola, jika Anda tidak menang, Anda hanya perlu diam dan bekerja keras,” ucap Allegri yang menunjukkan wajah geram pada akhir babak kedua.
Kisah klasik Juve ini menggambarkan dominasi yang mulai luntur. Mereka tampak sedang beradaptasi memulai era baru tanpa pemain paling berpengaruh dalam tiga musim terakhir, Cristiano Ronaldo. Hal itu terlihat jelas ketika melawan Napoli.
Tampil tanpa lima pemain dari negara-negara Amerika Selatan dan Federico Chiesa, Juve tak mampu berbicara banyak. Napoli begitu mendominasi permainan sejak menit awal, dengan penguasaan bola total 67,2 persen. Perbedaan kualitas kedua tim yang memainkan formasi 4-3-3 ini jelas terlihat di lapangan.
Napoli bermain sabar lewat umpan-umpan pendek dari garis pertahanan. Tim asuhan Luciano Spalletti ini memperlihatkan kematangannya. Saat bersamaan, Juve hanya bisa bertahan di area sendiri, sambil menanti kesempatan untuk serangan balik.
Bahkan, gol Morata sebenarnya bonus dari Napoli. Gol tersebut berawal dari blunder bek Kostas Manolas yang ingin mengumpan ke arah kiper David Ospina. Morata beruntung karena berada tepat di belakang Manolas. Sisanya, Juve tidak menghasilkan banyak peluang, hanya menembak 8 kali percobaan.
Napoli memang baru bisa mencetak gol lewat kesalahan pemain Juve. Namun, kesalahan itu merupakan bagian dari upaya persisten mereka dari awal laga. Politano dan rekan-rekan mengepung pertahanan lawan dengan 25 kali percobaan tembakan.
Perbedaan kelas ini jelas memperlihatkan ketidaksiapan Juve saat ini. Mereka dengan banyak pemain muda, seperti gelandang Manuel Locatelli (23) dan Weston McKennie (23), tampak belum matang untuk bisa bersaing gelar lagi. Tim ini juga masih beradaptasi dengan Allegri, yang baru kembali musim ini setelah sempat hengkang pada 2019.
“Kami harus lebih tajam untuk mencetak gol kedua saat unggul 1-0. Saat ini, kami hanya berharap bisa mengawali perjalanan di Liga Champions (melawan Malmo) dengan lebih baik,” pungkas Allegri.
Berbanding terbalik dengan Allegri, Spalletti justru sedang menikmati fase bulan madu bersama klub barunya. Pelatih kawakan Italia ini sukses mengantar Napoli menang tiga kali beruntun, sekaligus bertengger di puncak klasemen sementara.
Kata Spalletti, semua hasil itu berkat motivasi tinggi anak asuhnya. “Anda tidak mendapatkan hasil cuma-cuma, kami mengembalikan keadaan dengan usaha besar. Kami berbuat lebih di babak kedua. Termasuk saya mencoba untuk mengubah strategi saat turun minum, tetapi itu bisa berhasil karena reaksi luar biasa pemain,” jelasnya. (AFP)