Tantangan Ganda Papua di Depan Mata
Sebagai tuan rumah Pekan Olahraga Nasional 2020, Papua menghadapi tantangan ganda: menyukseskan ajang olahraga multicabang terbesar nasional itu sekaligus menjaga agar pandemi Covid-19 tetap terkendali.
Pengendalian Covid-19 di Papua selama 1,5 tahun ini diwarnai beragam tantangan. Kemunculan varian ganas Delta pada Juni-Juli 2021 menambah tantangan itu jadi berlipat-lipat. Kini, di tengah pelandaian kasus, Papua bersiap menyongsong Pekan Olahraga Nasional pada 2-15 Oktober. Menjaga situasi pandemi tetap terkendali, baik sebelum, selama, maupun setelah ajang tersebut, menjadi pertaruhan besar semua pihak.
Tentu tidak ada yang mau situasi genting seperti yang terjadi pada Juli lalu terulang kembali di Papua. Kala itu, kasus Covid-19 yang melonjak drastis membuat layanan kesehatan kewalahan nyaris kolaps, terutama di ibu kota Jayapura.
Selama periode 1-30 Juli 2021, tercatat penambahan kasus Covid-19 tertinggi sepanjang pandemi di Papua, yaitu 11.026 kasus atau rata-rata 368 kasus per hari. Selama periode yang sama juga tercatat jumlah kematian tertinggi sepanjang pandemi, yaitu 371 jiwa.
Kamar rumah sakit penuh sehingga banyak pasien tak dapat dirawat secara memadai dan hanya melakukan isolasi mandiri di rumah. Kota Jayapura bahkan sempat mengalami krisis oksigen medis akibat tingginya kebutuhan untuk menangani pasien bergejala parah. Data Satgas Covid-19 Kota Jayapura, selama Juli, sekitar 20 pasien dengan gejala berat meninggal karena oksigen yang terbatas di rumah sakit.
Tekanan dahsyat pandemi adalah mimpi buruk bagi daerah dengan fasilitas kesehatan ataupun jumlah tenaga kesehatan yang terbatas ini. Belum lagi jika membicarakan kondisi di wilayah pedalaman, seperti di kawasan Pegunungan Tengah.
Hasil pengukuran Litbang Kompas, indeks pengendalian pandemi di Papua sejak 19 Juli 2021 pada awalnya lebih baik ketimbang rata-rata nasional. Namun, trennya mulai menurun pada pekan kedua pengukuran. Meskipun sudah membaik pada minggu ke-4, pada minggu ke-6 perbaikan pengendaliannya masih di bawah rata-rata nasional. Artinya, pengendalian di Papua tidak secepat provinsi lain.
Dari dua aspek yang menjadi parameter penilaian, yakni manajemen infeksi dan manajemen pengobatan, Papua menunjukkan telah berada pada jalur yang tepat perihal manajemen infeksi. Selama tujuh pekan penilaian, skor Papua selalu lebih tinggi dari rata-rata nasional.
Baca juga : Alarm Pandemi Meraung Keras di Jayapura
Namun, skor Papua secara keseluruhan menjadi terseret turun akibat skor aspek manajemen pengobatan yang rendah. Selama tujuh pekan penilaian, angkanya selalu di bawah rata-rata nasional.
Memasuki bulan September, situasi mulai terkendali sejak kasus berangsur turun sepanjang Agustus. Sejumlah langkah yang diambil pemerintah daerah menunjukkan perbaikan. Peningkatan disiplin warga dalam melaksanakan protokol kesehatan juga menjadi faktor utama penurunan kasus.
Pembatasan dan protokol kesehatan
Ketua Harian Satuan Tugas Covid-19 Papua Welliam Manderi, di Jayapura, Selasa (7/9/2021), mengatakan, jumlah kasus harian kini menurun drastis dengan rata-rata di bawah 100 kasus per hari. Adapun angka keterisian tempat tidur di rumah sakit (BOR) di kota-kota besar di Papua, yang pada Juli mencapai di atas 90 persen, per 6 September telah turun menjadi di bawah 50 persen.
Sementara jumlah warga yang sembuh per 1 Agustus sebanyak 27.779 orang atau 77 persen dari kasus kumulatif. Kini, jumlah pasien yang sembuh mencapai 38.804 orang atau sebanyak 92,7 persen.
Yang paling utama, masyarakat disiplin melaksanakan protokol kesehatan.
”Kunci utama turunnya kasus Covid-19 dan meningkatnya angka kesembuhan karena manajemen kesehatan di rumah sakit, vaksinasi Covid-19 yang masif, sehingga pasien cepat sembuh ketika terpapar, dan yang paling utama masyarakat disiplin melaksanakan protokol kesehatan,” papar Welliam.
Pembatasan mobilitas juga dinilai efektif menekan jumlah kasus baru. Pemerintah Provinsi Papua menetapkan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) level 4 di satu kota dan tiga kabupaten selama 3-30 Agustus. Keempat daerah ini adalah Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura, Kabupaten Mimika, dan Kabupaten Merauke, yang sekaligus juga merupakan kota-kota penyelenggara pertandingan Pekan Olahraga Nasional (PON) nanti.
Namun, mulai Senin (6/9/2021), tidak ada lagi daerah di Papua dengan PPKM level 4. Kini, PPKM level 3 berlaku di satu kota dan 15 kabupaten, sedangkan PPKM level 2 di 13 kabupaten.
Welliam menambahkan, Pemprov Papua akan memperpanjang PPKM dan tetap menutup transportasi laut untuk penumpang di empat daerah penyelenggara PON. Hal ini demi menjaga situasi pandemi tetap terkendali sebelum dan selama pelaksanaan PON.
Ajang yang melibatkan ribuan orang dari semua daerah di Tanah Air itu tentu memunculkan risiko penyebaran virus korona. Belum lagi pertandingan yang akan dihadiri penonton. Protokol kesehatan ketat menjadi mutlak untuk menghindari kemungkinan-kemungkinan penularan.
Terkait hal itu, Panitia Besar PON Papua 2020 akan menggelar uji coba guna mematangkan implementasi protokol kesehatan pencegahan Covid-19. Uji coba mesti tuntas sebelum pertandingan pertama PON, yakni di cabang sofbol, yang mulai berlangsung 22 September.
Baca juga : Matangkan Prokes Covid-19, Uji Coba Digelar September
Sekretaris Kemenpora Gatot S Dewa Broto menyatakan, uji coba penting untuk memastikan kesiapan dan kekurangan yang ada. Kalau tidak ada uji coba, pemerintah khawatir panitia tidak memahami langkah antisipasi atau perbaikannya ketika muncul kendala pada hari penyelenggaraan.
”Saat ini, kan, masih suasana pandemi Covid-19. Panitia harus paham betul apa langkah yang patut dilakukan (tes Covid-19) sebelum peserta menjalani pertandingan dan ketika ada yang positif Covid-19. Ini benar-benar situasi yang tidak sederhana. Maka itu, wajib dipersiapkan dengan matang,” ujar Gatot (Kompas, 18/8/2021).
Baca juga : Persiapan PON Papua Tetap Sesuai Rencana
Welliam menambahkan, pihaknya juga telah menyiagakan semua RS rujukan Covid-19 di empat kluster penyelenggara PON untuk mengantisipasi jika terjadi lonjakan kasus baru. ”Seluruh obat-obatan dan oksigen telah disediakan,” ujarnya.
Meski begitu, Welliam berharap pemerintah pusat dapat membantu penyediaan alat produksi oksigen, alat pelindung diri bagi tenaga kesehatan, dan obat-obatan. Hal ini untuk mengantisipasi jika terjadi lonjakan kasus baru setelah perhelatan PON.
Konsistensi
Di sisi lain, Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Papua Donald Aronggear meminta masyarakat jangan terlalu larut dalam euforia penurunan kasus Covid-19. Pasalnya, sudah ditemukan lagi varian baru bernama Mu atau B.1.621 yang juga sangat berbahaya.
Ia juga berharap adanya konsistensi dari satgas Covid-19 untuk menegakkan protokol kesehatan di Papua, terutama di empat daerah yang menggelar PON. ”Penyebab melonjaknya kasus Covid-19 di Papua pada Juli lalu karena adanya kerumunan massa. Masyarakat berkumpul di pusat perbelanjaan, restoran, kafe, hingga tempat wisata tanpa menggunakan masker,” ucapnya.
Donald pun meminta satgas Covid-19 di semua wilayah Papua dapat meningkatkan jumlah pemeriksaan. Semua rumah sakit juga harus dilengkapi alat tes PCR. Sebab, tingkat penularan (positive rate) di Papua masih sangat tinggi, yakni 26,89 persen per 6 September. Angka tersebut jauh melampaui batas maksimal yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yakni 5 persen.
”Diperlukan pemeriksaan Covid-19 yang masif sebelum dan setelah pelaksanaan PON serta mewajibkan orang yang memasuki arena PON telah divaksin. Hanya dengan cara ini, kita dapat mencegah lonjakan kasus baru setelah PON,” kata Donald.
Baca juga : Kemenangan Kemanusiaan di Olimpiade Tokyo
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Papua, rata-rata cakupan vaksinasi Covid-19 dosis pertama di empat daerah penyelenggara PON telah mencapai 52 persen. Adapun cakupan dosis kedua sebanyak 32,8 persen. Pemerintah menargetkan cakupan vaksinasi di empat daerah itu mencapai setidaknya 70 persen sebelum PON bergulir.
Semua upaya dikerahkan demi kesuksesan Papua menggelar ajang bersejarah itu untuk pertama kalinya sekaligus mengendalikan ancaman pandemi. Seperti halnya slogan PON Papua 2020: ”Torang Bisa!”.