Inggris harus puas membawa pulang satu poin dari Polandia. Meski begitu, ”Tiga Singa” hanya butuh tiga kemenangan lagi dari empat laga tersisa untuk mengunci tiket ke Qatar 2022.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·4 menit baca
WARSAWA, KAMIS — Keputusan ”aneh” Gareth Southgate, Pelatih Inggris, yang tidak menggunakan kesempatan pergantian pemain membuyarkan tiga poin ”Tiga Singa” saat menghadapi Polandia di laga Grup I kualifikasi Piala Dunia 2022, Kamis (9/9/2021) dini hari WIB, di Stadion Warsawa. Dengan hasil itu, Inggris gagal mengkuti langkah Denmark yang sempurna meraih kemenangan di enam laga babak kualifikasi Qatar 2022.
Untuk pertama kali sejak Terry Venables, pelatih Inggris periode 1994-1996, tidak melakukan pergantian pemain selama 90 menit dalam laga semifinal Piala Eropa 1996, Inggris kembali tidak memanfaatkan kesempatan untuk menghadirkan penyegaran skuad di dalam pertandingan. Dalam pertandingan yang berlangsung 25 tahun lalu itu, Southgate menjadi salah satu pemain inti yang dimainkan Venables di lini pertahanan Tiga Singa.
Serupa dengan laga di semifinal Piala Eropa 1996, pertandingan Inggris di Warsawa juga berakhir imbang dengan skor 1-1 dalam 90 menit. Inggris sempat unggul lebih dulu melalui sepakan jarak jauh sang kapten, Harry Kane, pada menit ke-72. Bola sepakan penyerang Tottenham Hotspur itu melayang di udara sehingga gagal diantisipasi kiper tim tuan rumah, Wojciech Szczesny.
Namun, kemenangan Inggris menguap ketika laga hanya tersisa dua menit masa perpanjangan waktu. Pemain pengganti Polandia, Damian Szymanski, menyundul bola dari umpan Robert Lewandowski ketika laga memasuki menit ke-90+2. Pada proses gol penyama kedudukan ”Orly”, julukan Polandia, sangat terlihat kelelahan yang dialami para pemain bertahan Inggris.
Kalvin Phillips, gelandang Inggris, tidak mampu mengejar Lewandowski yang melebar di sisi pertahanan Inggris. Alhasil, penyerang Bayern Muenchen itu tidak mendapatkan gangguan untuk mengirim umpan lambung ke jantung pertahanan Inggris. Szymanski juga tidak kesulitan untuk unggul dalam duel udara menghadapi Kyle Walker.
Sesungguhnya tanda-tanda mulai menurunnya konsentrasi pemain Inggris karena kelalahan telah terlihat pada menit ke-81. Skuad Tiga Singa tengah memainkan penguasaan bola yang melibatkan dua bek tengah, Harry Maguire dan John Stones, dengan kiper, Jordan Pickford. Meskipun tidak mendapat pressing ketat dari pemain Polandia, Pickford, yang menerima back-pass, dari Stones tidak melihat ada pergerakan pemain Polandia, Karol Swiderski.
Pada akhirnya kelelahan para pemain belakang menyebabkan gol dari Polandia. Inggris mungkin pantas memenangkan pertandingan, tetapi Polandia menunjukkan semangat juang tinggi.
Pickford yang terkejut langsung menendang bola, tetapi bola mengenai kaki Swiderski. Beruntung Pickford masih sigap menangkap bola yang berbalik mengarah ke gawang.
”Pada akhirnya kelelahan para pemain belakang menyebabkan gol dari Polandia. Inggris mungkin pantas memenangan pertandingan, tetapi Polandia menunjukkan semangat juang tinggi. Selain itu, manajer Polandia juga bisa mengubah hasil laga berkat memanfaatkan pergantian pemain,” ujar Terry Butcher, pemilik 77 cap bersama Inggris pada periode 1980-1990, kepada BBC.
Sementara itu, Southgate berkilah dirinya tidak memiliki alasan untuk mengganti 11 pemain inti karena skuad secara sempurna menjalani rencana permainan dan mendominasi permainan. Alasan Southgate memang masuk akal. Tiga Singa seakan tidak terpengaruh dengan dukungan sekitar 56.000 penonton bagi tim tuan rumah.
Kane dan kawan-kawan bermain setengah lapangan dalam mayoritas menit di pertandingan itu. Inggris mencatatkan 64 persen penguasaan bola dengan koleksi 13 tembakan. Namun, efektivitas peluang lebih berpihak pada tim tuan rumah. Polandia bisa melepaskan tiga tembakan tepat sasaran dari 11 tembakan. Adapun Inggris hanya menciptakan dua tendangan tepat sasaran yang seluruhnya dicatatkan oleh Kane.
Kami menguasai pertandingan sehingga tidak ada alasan kuat untuk melakukan pergantian.
”Kami menguasai pertandingan sehingga tidak ada alasan kuat untuk melakukan pergantian. Dalam momen itu, tidak mudah untuk masuk sebagai pemain pengganti,” kata Southgate.
Padahal, mantan pemain Aston Villa itu telah meminta sejumlah pemain pengganti, seperi Bukayo Saka, Jese Lingard, Jude Bellingham, Kieran Trippier, dan Patrick Bamford, melakukan pemanasan sejak awal babak kedua. Namun, mereka hanya tetap menggunakan rompi pemain pengganti dan kembali duduk di bangku cadangan ketika laga memasuki menit ke-85.
Tugas belum selesai
Southgate menekankan, tugas anak asuhannya masih jauh dari selesai untuk memenuhi target lolos ke Piala Dunia Qatar tahun depan. Inggris mengumpulkan 16 poin dari enam laga sehingga unggul empat dan lima poin dari dua pesaing terdekat, yaitu Albania dan Polandia. Tiga Singa hanya butuh sembilan poin dari empat pertandingan tersisa untuk lolos ke putaran final Piala Dunia 2022. Di empat laga tersisa, Inggris akan menghadapi Andorra, Hongaria, Albania, dan San Marino.
”Kami tahu apabila menang (lawan Polandia), kami akan memastikan satu tempat di Qatar. Namun, hal itu tidak terjadi sehingga kami masih harus bekerja keras untuk mencapai target itu,” ujar Southgate.
Kane sependapat dengan sang pelatih. Menurut dia, Polandia menunjukkan Inggris tidak boleh sedikitpun lengah dalam persaingan di Grup I kualifikasi Piala Dunia zona Eropa.
”Polandia memanfaatkan dengan baik peluang terakhirnya untuk mendekati kami di klasemen grup. Meski begitu, saya merasa kami telah mengatasi mereka karena bermain di kandang lawan selalu menjadi laga yang sulit,” tutur Kane.
Pelatih Polandia Paulo Sousa mengatakan, laga melawan Inggris dilalui dengan sulit oleh anak asuhannya. Apalagi skuad Orly harus kehilangan 14 pemain utama karena mengalami cedera.
”Kami tidak bisa memainkan banyak pemain penting, tetapi kami masih bisa memberikan perlawanan kepada Inggris. Ini adalah buah dari pertunjukan karakter dan mentalitas kami,” ujar Sousa. (REUTERS)