FIFA tengah mengkaji pelaksanaan Piala Dunia setiap dua tahun. Ditargetkan gagasan itu sudah bisa dibahas pada Kongres 2022. Namun, gagasan itu ditolak para pemangku kepentingan sepak bola di Eropa.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·5 menit baca
LONDON, SELASA - Rencana FIFA menyelenggarakan Piala Dunia setiap dua tahun menghadirkan pro dan kontra. Sebanyak 166 dari 211 anggota asosiasi memberi lampu hijau agar ide tersebut bisa dikaji, sedangkan Asosiasi Sepak Bola Uni Eropa (UEFA) dan pemangku kepentingan di liga top Eropa menolak perubahan tradisi penyelenggaraan Piala Dunia setiap empat tahun.
Federasi Sepak Bola Arab Saudi (SAFF) menjadi anggota FIFA yang resmi mengajukan proposal penyelenggaraan Piala Dunia setiap dua tahun, Mei lalu. Tetapi, wacana perubahan masa waktu Piala Dunia itu telah digaungkan mantan Presiden FIFA, Sepp Blatter, awal dekade 2000-an. Kala itu, keinginan Blatter gugur karena tidak mendapat dukungan dari mayoritas anggota federasi.
Proposal Arab Saudi mengalami nasib berbeda dibandingkan wacana Blatter. ”Keinginan” Arab Saudi itu didukung sejumlah federasi dari negara yang menjadi sumber dana klub-klub Eropa sepuluh tahun terakhir, yaitu Uni Emirat Arab, Qatar, dan Amerika Serikat.
Berbekal dukungan itu, FIFA pun membentuk tim pengkaji sekaligus negosiator ke sejumlah negara yang masih menentang pelaksanaan Piala Dunia setiap dua tahun. Tim itu dipimpin Kepala Pengembangan Sepak Bola Global FIFA Arsene Wenger. Seusai Piala Eropa 2020, Wenger aktif bertemu dengan pelatih tim nasional negara Eropa serta beberapa pelatih klub top Eropa untuk membahas wacana wajah baru Piala Dunia itu.
Pelatih Inggris Gareth Southgate secara terbuka mengakui telah berbicara empat mata dengan Wenger, Agustus lalu. Kata Southgate, dirinya menganggap proposal Piala Dunia setiap dua tahun adalah hal yang bagus, terutama apabila tujuannya untuk membahas ulang kalender laga internasional dan meningkatkan kualitas pertandingan antarnegara.
”Saya berpikiran terbuka terhadap ide (Piala Dunia) itu. Tetapi, untuk meluluskan rencana itu masih banyak hal yang harus dipastikan dan diperhatikan, seperti jumlah pertandingan yang lebih sedikit dan berkualitas, sehingga tidak menambah beban kerja pemain,” kata Southgate kepada Sky Sports, Selasa (7/9/2021).
Soutghate menambahkan, dia siap memberikan pandangan saya apabila diminta. ”Saya tidak dalam posisi menyambut atau menolak konsep itu, sebab ide itu masih perlu banyak masukan dan pendapat”.
Sementara itu, Presiden UEFA Aleksander Ceferin secara tegas menolak ide tersebut. Menurut dia, penyelenggaraan Piala Dunia setiap dua tahun akan mengurangi legitimasi dan melemahkan pamor turnamen internasional terbaik itu.
”Kami pikir, nilai penting Piala Dunia hadir karena kelangkaannya. Masa antar-Piala Dunia saat ini memberikan kesempatan bagi timnas dan klub untuk mendapatkan ruang berkembang, baik secara fisik maupun komersial,” kata Ceferin dalam pidato pembukaan Kongres Asosiasi Klub Eropa (ECA), Senin (6/9/2021).
Sementara itu, Ketua ECA Nasser Al-Khelaifi menuntut FIFA secara jujur melibatkan klub untuk memperbaiki banyak masalah dalam pelaksanaan kalender internasional. Al-Khelaifi, Presiden Paris Saint-Germain, meminta agar induk organisasi sepak bola dunia itu mendengarkan keinginan klub agar jeda internasional tidak merugikan kepentingan klub dan pemain.
Dengan Piala Dunia setiap dua tahun, jadwal pertandingan akan semakin sibuk. Mereka ingin lebih banyak turnamen dan pertandingan di setiap kompetisi.
Pemain senior Spanyol, Sergio Busquets, juga menolak ide baru Piala Dunia itu. Menurut Busquets, para pemangku kepentingan sepak bola tidak peduli dengan kondisi pemain.
”Dengan Piala Dunia setiap dua tahun, jadwal pertandingan akan semakin sibuk. Mereka ingin lebih banyak turnamen dan pertandingan di setiap kompetisi. Tenaga pemain amat terforsir karena tuntutan dan jumlah pertandingan semakin banyak, sehingga kami tidak cukup waktu beristirahat,” ujar gelandang Barcelona itu seperti dilansir Marca.
Membuka dialog
Presiden FIFA Gianni Infantino berjanji akan membuka dialog dengan seluruh pemangku kepentingan sepak bola, mulai dari asosiasi negara, pemilik klub, serta perwakilan pelatih dan pemain profesional. Infantino menegaskan, pembahasan konsep baru Piala Dunia itu akan melibatkan seluruh klub di seluruh dunia, bukan hanya klub besar Eropa.
”Tidak ada topik yang tabu, pintu FIFA selalu terbuka dengan ide dari seluruh anggota. Kami ingin membuat sepak bola global lebih kuat, sehingga kami perlu bantuan dan masukan dari semua pihak,” kata Infantino kepada ESPN.
Dalam wawancara dengan media Perancis, L’Equipe, pekan lalu, Wenger menuturkan, gagasan baru terkait Piala Dunia itu hanya bagian kecil dari rencana perombakan kalender laga internasional. Selain Piala Dunia menjadi setiap dua tahun, proposal yang dipresentasikan Wenger kepada seluruh pelatih timnas dan klub Eropa juga menyebutkan rencana turnamen setiap konfederasi yang berjalan setiap dua tahun pula.
Di luar itu, Wenger juga berencana mengubah kalender jeda internasional yang selama ini berlangsung 10 hari pada lima bulan, yaitu September, Oktober, November, Maret, dan Juni, menjadi hanya dua bulan pada Maret dan Oktober dengan durasi masing-masing 25 hari. Dalam masa itu diselenggarakan Kualifikasi Piala Dunia dan babak kualifikasi turnamen konfederasi, jadi tidak ada lagi laga uji coba.
”Saya ingin meningkatkan frekuensi kompetisi dengan cara menyederhanakan kalender pertandingan timnas. Dengan ide baru itu, setiap laga internasional punya makna lebih penting, sehingga dapat meningkatkan level sepak bola,” ujar Wenger.
Dengan memfokuskan laga internasional dalam dua bulan, tambah mantan Manajer Arsenal itu, kebijakan itu akan mengurangi keletihan pemain yang disebabkan perpindahan negara dan zona waktu dalam waktu singkat ketika menjalani jeda internasional. Para pemain pun bisa lebih fokus dan memiliki waktu istirahat lebih baik saat bermain untuk negaranya.
Wenger berambisi bisa merampungkan diskusi dan dialog untuk menentukan gagasan baru terkait Piala Dunia itu pada Desember 2021. Ia menargetkan ide baru itu sudah bisa dibahas pada Kongres FIFA 2022.
Namun, pelaksanaan Piala Dunia setiap dua tahun itu setidaknya baru bisa dilaksanakan setelah penyelenggaraan Piala Dunia 2026. Di sisi lain, gagasan baru tentang laga internasional belum bisa diubah setidaknya hingga Piala Eropa 2028. Alhasil, gagasan wajah baru Piala Dunia paling cepat dapat terlaksana setelah Piala Dunia edisi 2030. (AFP)