Pemerintah Pertegas Kesetaraan Olahraga Disabilitas dan Normal
Dengan Desain Besar Olahraga Nasional, pemerintah akan lebih mempertegas kesetaraan dukungan dan perhatian antara olahraga disabilitas dan nondisabilitas. Itu disambut positif NPC Indonesia guna meningkatkan prestasinya
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Desain Besar Olahraga Nasional atau DBON yang akan diluncurkan Presiden Joko Widodo pada Hari Olahraga Nasional, Kamis (9/9/2021) bakal semakin menegaskan kesetaraan antara olahraga disabilitas dan nondisabilitas. Hal ini diharapkan bisa mendukung upaya Komite Paralimpiade Nasional (NPC) Indonesia mempertahankan prestasi di Paralimpiade Tokyo 2020, bahkan lebih baik pada Paralimpiade Paris 2024.
”Dalam DBON, kita menempatkan atlet Olimpiade dan Paralimpiade pada kedudukan yang sama. Baik Olimpiade dan Paralimpiade, keduanya menjadi tolak ukur target prestasi tertinggi Indonesia,” ujar Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali saat menyambut kepulangan kloter terakhir kontingen Indonesia pada Paralimpiade Tokyo di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Selasa (7/9).
Hadir dalam acara itu sejumlah pejabat Kemenpora dan Ketua Komite Olimpiade Indonesia Raja Sapta Oktohari. Kloter terakhir tim Indonesia, terdiri dari Ketua Rombongan (Chef de Mission/CdM) Andi Herman, Ketua NPC Indonesia Senny Marbun, dan sejumlah atlet dari cabang bulu tangkis dan atletik. Turut dalam rombongan, yakni peraih medali emas Paralimpiade Leani Ratri Oktila, Khalimatus Sadiyah, dan Hary Susanto.
Prestasi Indonesia di Paralimpiade Tokyo melonjak dibandingkan di Paralimpiade Rio de Janeiro 2016. Pada Paralimpiade 2020, tim Merah-Putih meraih dua emas, tiga perak, dan empat perunggu, serta duduk di peringkat ke-43 yang melebihi target satu emas, satu perak, dan tiga perunggu, serta masuk 60 besar dunia. Pada Paralimpiade 2016, Indonesia cuma merebut satu perunggu dan duduk di urutan ke-76.
Sama membanggakan
Zainudin mengatakan, prestasi yang diraih Indonesia di Paralimpiade Tokyo sama membanggakannya dengan yang dicapai Indonesia di Olimpiade Tokyo. Sebab, semua atlet dan pelatih sama-sama berprestasi untuk mengharumkan nama bangsa dan negara. ”Maka itu, kami memberikan dukungan dan perhatian yang sama kepada kontingen Indonesia di Olimpiade maupun Paralimpiade,” katanya.
Menurut Zainudin, hal itu kian dipertegas dalam DBON yang digodok setahun terakhir. Nantinya, pemerintah pusat meminta dukungan kepada semua pihak untuk mengimplementasikan kandungan DBON tersebut. Tak hanya kementerian/lembaga terkait, dukungan penuh pun diharapkan dari para pemimpin daerah mulai dari gubernur, walikota/bupati, hingga komunitas olahraga.
”Kepada masyarakat, kami juga minta mereka memberikan dukungan yang sama untuk atlet Olimpiade maupun Paralimpiade. Hal ini diharapkan membuat saudara-saudara difabel semakin bersamangat, terutama dalam menggeluti olahraga disabilitas,” tutur Zainudin.
Sekretaris Kemenpora Gatot S Dewa Broto menyampaikan, pola pembinaan atlet disabilitas justru bisa menjadi contoh atlet umum. Sejauh ini, NPC Indonesia melakukan pelatnas semua cabang secara terpusat di Solo, Jawa Tengah yang terbukti efektif dalam kontrol dan evaluasi perkembangan atlet. Terbukti, grafik prestasi mereka terus menanjak sejak 2014 dan menggapai puncak di Paralimpiade Tokyo.
”Pola seperti inilah yang ideal. Dalam DBON, kami coba meniru pola tersebut (yang dilakukan NPC Indonesia) dengan membuat pelatnas untuk 14 cabang yang terpusat di Cibubur, Jakarta Timur (mulai beroperasi dua tahun lagi),” katanya.
Tingkatkan prestasi
Sebaliknya, Zainudin menuturkan, pihaknya meminta NPC Indonesia berkomitmen untuk terus meningkatkan prestasinya. Untuk itu, NPC Indonesia diharapkan segera melakukan evaluasi untuk perbaikan agar mereka bisa mendapatkan prestasi lebih baik di Paralimpiade Paris yang berlangsung tiga tahun lagi.
Target prestasi harus dicapai dengan persiapan jangka panjang, berjenjang, dan sejak usia dini, bukan dengan persiapan dadakan. (Menpora Zainudin Amali)
”Dalam DBON, kita coba mengubah paradigma pembinaan olahraga nasional. Target prestasi harus dicapai dengan persiapan jangka panjang, berjenjang, dan sejak usia dini, bukan dengan persiapan dadakan. Jadi, segera lakukan evaluasi dan siapkan tim jauh-jauh hari untuk mengejar prestasi lebih baik di Paris 2024. Apalagi kualifikasi Paralimpiade 2024 sudah dimulai tahun depan,” pesannya.
Senny mengutarakan, keberhasilan Indonesia kali ini berkat dukungan dan perhatian yang setara antara olahraga disabilitas dan nondisabilitas dari pemerintah, khususnya Kemenpora. Menpora memberikan kelonggaran besar bagi NPC Indonesia mengikuti ajang internasional guna mengumpulkan poin kualifikasi Paralimpiade Tokyo.
Maka itu, jumlah atlet yang lolos ke Tokyo naik drastis, yakni dari cuma sembilan atlet pada Paralimpiade 2016 menjadi 23 atlet pada Paralimpiade 2020. Ini menjadi salah satu faktor utama Indonesia bisa mendulang medali lebih banyak di Paralimpiade 2020, bahkan prestasi terbaik sejak pertama kali ikut Paralimpiade di Toronto, Kanada tahun 1976.
NPC Indonesia berharap dukungan itu bisa terus ditingkatkan, terutama ditularkan ke daerah-daerah agar regenerasi atlet maupun prestasi terus berkelanjutan dan lebih baik. Jika itu terpenuhi, mereka optimistis bisa merengkuh prestasi lebih baik di Paralimpiade Paris.
Selain dari bulu tangkis, angkat berat, atletik, dan tenis meja yang sukses membawa pulang medali di Paralimpiade Tokyo, NPC Indonesia memiliki potensi besar merebut medali dari cabang menembak dan renang di Paralimpiade berikutnya. ”Di Paralimpiade 2020 ini, sebenarnya kami lepas dua emas dari bulu tangkis. Di 2024 nanti, kami coba lebih mengoptimalkan dua peluang emas tersebut,” ujar Senny.
Wakil Sekretaris Jenderal NPC Indonesia Rima Ferdianto mengatakan, pihaknya telah membuat peta jalan untuk masuk 10 besar Paralimpiade sebelum tahun 2045. ”Untuk mencapai target itu, kami coba meningkatkan prestasi dengan bertahap minimal menjadi tiga emas pada Paris 2024. Kami juga coba menambah lebih banyak atlet yang lolos dan ikut lebih banyak cabang,” katanya.