Sudah lima laga dilalui Perancis dengan hanya mencatatkan hasil imbang. Masih dinaungi euforia juara Piala Dunia 2018 hingga kurangnya agresivitas dianggap sebagai penyebab tren buruk tersebut.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·5 menit baca
AFP/FRANCK FIFE
Penyerang Perancis Anthony Martial (tengah) mencetak gol bagi timnya saat melawan Ukraina dalam Kualifikasi Piala Dunia 2022 Grup D, di Stadion Olimpico Kyiv, Minggu (5/9/2021) dini hari WIB. Perancis ditahan imbang 1-1 pada laga itu.
KYIV, MINGGU – Perancis menemui jalan terjal dalam upaya mempertahankan trofi Piala Dunia yang diraih pada edisi Rusia 2018 lalu. Dalam dua laga Kualifikasi Piala Dunia 2022 yang dijalani dalam kurun tiga hari, anak asuhan Didier Deschamps hanya mendapatkan dua poin. “Les Bleus” memang masih memimpin Grup D, tetapi hanya unggul empat poin dari Finlandia di posisi kedua yang memainkan dua laga lebih sedikit.
Apabila dihitung dengan tiga laga terakhir di Piala Eropa 2020, maka Perancis selalu meraih hasil imbang di lima laga beruntun dalam 90 menit. Hal itu termasuk ketika tumbang dari Swiss melalui adu penalti di babak 16 besar Piala Eropa. Selama 2 x 45 menit, “Les Bleus” ditahan imbang 3-3 oleh Swiss.
Deschamps mengakui tren hasil imbang di lima laga terakhir merupakan situasi yang tidak ideal bagi timnya. Rentetan seri itu menjadi tren imbang terpanjang yang dicatatkan Perancis sejak ditangani Deschamps pada 8 Juli 2012. Deschamps pantas kecewa karena dari lima tim yang menahan anak asuhannya hanya Portugal yang memiliki kualitas setara. Selain Portugal dan Swiss, Perancis juga tidak mampu menang atas Hongaria, Bosnia & Herzegovina, serta ketika bertandang ke Stadion Olimpico Kyiv, Minggu (5/9/2021) dini hari WIB, untuk berhadapan dengan Ukraina.
“Saya tentu tidak puas dengan hasil imbang ini. Situasi ini terasa lebih rumit karena kami belum pernah mendapatkan hasil imbang beruntun yang panjang,” kata Deschamps dilansir Le Parisien edisi Minggu (5/9).
AFP/FRANCK FIFE
Reaksi pelatih timnas Perancis Didier Deschamps setelah timnya ditahan imbang 1-1 oleh Ukraina dalam Kualifikasi Piala Dunia 2022 Grup D, di Stadion Olimpico Kyiv, Minggu (5/9/2021) dini hari WIB.
Deschamps membantah anak asuhannya kehilangan kepercayaan diri di lima laga terakhir. Menurut dia, Perancis tampil dominan di lima laga itu, termasuk di dua pertandingan terakhir menghadapi Bosnia & Herzegovina serta Ukraina, tetapi pemainnya kurang tampil efisien untuk memanfaatkan peluang.
Kami harus lebih agresif dalam segala aspek dalam permainan.
“Selain itu, kami harus lebih agresif dalam segala aspek dalam permainan,” lanjut Deschamps yang telah menjalani 119 laga sebagai juru taktik Perancis.
Selalu tertinggal
Wajar apabila Deschamps menuntut anak asuhannya untuk meningkatkan agresifivitas di laga selanjutnya melawan Finlandia, Rabu (8/9) dini hari WIB. Pasalnya, “Les Bleus” selalu tertinggal lebih dahulu dalam lima pertandingan terakhir yang berakhir imbang.
Pada laga melawan Ukraina yang berakhir 1-1, Perancis tertinggal lebih dulu lewat sepakan dari luar kotak penalti Mykola Shaparenko di menit ke-44. Perancis mampu menyamakan kedudukan ketika babak kedua baru berjalan lima menit melalui sumbangan gol Anthony Martial. Itu merupakan gol kedua penyerang Manchester United dalam 29 cap bersama “Les Bleus”.
AFP/GENYA SAVILOV
Gelandang timnas Ukraina Mykola Shaparenko (kanan) merayakan golnya ke gawang Perancis dalam Kualifikasi Piala Dunia 2022 Grup D, di Stadion Olimpico Kyiv, Minggu (5/9/2021) dini hari WIB. Perancis ditahan imbang 1-1 pada laga itu.
Sebelumnya, Perancis juga dipaksa mengejar gol karena Hongaria dan Bosnia & Herzegovina juga telah lebih dulu membobol gawang Hugo Lloris. Dalam dua laga itu, Perancis juga ditahan imbang 1-1.
Adapun dalam pertandingan kontra Portugal dan Swiss, “Les Bleus” memang dibangunkan oleh gol pembuka tim lawan, kemudian Perancis bangkit untuk menyamakan kedudukan dan sempat balik memimpin. Tetapi, Perancis juga gagal menjaga keunggulan saat bermain imbang 2-2 melawan Portugal serta dipaksa Swiss menjalani perpanjangan waktu dan adu penalti karena kebobolan dua gol di 10 menit akhir.
“Bereaksi atas gol lawan selalu bagus, tetapi lebih baik kami menciptakan gol lebih dahulu. Hal terpenting adalah seluruh pemain tidak boleh menyerah, sebab kami akan melakukan segalanya untuk mengakhiri tren hasil seri ini dan meraih kemenangan lagi,” ucap pelatih kelahiran Bayonne, Perancis itu.
Kapten Perancis, Lloris, marah terhadap pernampilan rekan setimnya. Dalam pertandingan kontra Ukraina, Lloris terlihat meneriaki para pemain di depannya dalam beberapa momen, terutama kuartet lini belakang yang diisi Lucas Digne, Presnel Kimpembe, Kurt Zouma, dan Leo Dubois. Keempat bek itu kerap miskoordinasi dan kewalahan menghadapi sejumlah variasi serangan tim tuan rumah yang dimotori dua gelandang serang, Andriy Yarmalenko dan Viktor Tsyhankov.
AFP/FRANCK FIFE
Kiper timnas Perancis Hugo Lloris meloncat tetapi gagal menghalau bola masuk ke gawangnya saat melawan Ukraina dalam Kualifikasi Piala Dunia 2022 Grup D, di Stadion Olimpico Kyiv, Minggu (5/9/2021) dini hari WIB. Perancis ditahan imbang 1-1 pada laga itu.
“Kami harus sudahi euforia kesuksesan di Piala Dunia 2018. Kini, kami tidak memiliki level permainan yang setara dibandingkan tiga tahun silam. Kami harus segera memperbaiki diri dan kembali bermain di level tertinggi,” kata Lloris.
Kiper Tottenham Hotspur itu menambahkan, “Tetapi, untuk bangkit, kami memerlukan peran seluruh pemain di dalam tim. Seluruh individu di tim ini harus memiliki visi dan semangat yang sama”.
Kami tidak memiliki level permainan yang setara dibandingkan tiga tahun silam. Kami harus segera memperbaiki diri dan kembali bermain di level tertinggi.
Standar tinggi yang diharapkan Lloris cukup beralasan. Sebab, “Les Bleus” akan menjalani dua laga penting di depan mata. Selain menghadapi Finlandia di laga keenam Kualifikasi Piala Dunia 2022 yang akan menentukan posisi di puncak Grup D Kualifikasi Piala Dunia Qatar, Perancis juga akan bertemu Belgia di semifinal Liga Nasional Eropa, 8 Oktober mendatang. Gelar Liga Nasional Eropa edisi kedua itu merupakan “obat” paling mujarab untuk mengobati kekecewaan Perancis di Piala Eropa 2020.
Kolomnis L’Equipe, Vincent Duluc, menganggap, Perancis telah kehilangan dua hal yang menjadi resep utama mereka meraih kejayaan di Rusia 2018 lalu, yaitu permainan taktis dan kokoh di zona pertahanan, serta mewujudkan penampilan efisien kelas dunia di lini serang. Deschamps, sebut Duluc, harus fokus menemukan kembali susunan pemain terbaik untuk bisa mengembalikan identitas permainan “Les Bleus” itu.
AFP/FRANCK FIFE
Reaksi penyerang timnas Perancis Antoine Griezmann setelah gagal mencetak gol ke gawang Ukraina dalam Kualifikasi Piala Dunia 2022 Grup D, di Stadion Olimpico Kyiv, Minggu (5/9/2021) dini hari WIB. Perancis ditahan imbang 1-1 pada laga itu.
Sementara itu, perasaan senang bercampur tidak puas dirasakan oleh Pelatih interim Ukraina Oleksandr Petrakov. Ia senang karena mampu mendapatkan poin dari duel melawan Perancis. Di sisi lain, Petrakov menilai, Ukraina seharusnya bisa mempertahankan keunggulan di babak kedua.
“Ketika jeda babak pertama, saya telah meminta para pemain untuk mempertahankan permainan kami. Kenapa kami tidak bisa mempertahankan keunggulan? Itulah sepak bola, kami melawan juara dunia, Perancis, tetapi saya puas seluruh pemain tidak lengah ketika telah kemasukan gol di awal babak kedua,” ujar Petrakov yang sementara mengisi posisi juru taktik Ukraina setelah Andriy Shevchenko mengundurkan diri usai Piala Eropa lalu. (AFP)