Hasil seri 0-0 dengan Swiss di kualifikasi Piala Dunia 2022 membuat Italia menjadi tim tak terkalahkan terlama di dunia. Tetapi, di balik rekornya, mereka dibayangi sinyal buruk tak bisa menang dalam empat laga terakhir.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·4 menit baca
BASEL, SENIN — Hasil imbang 0-0 melawan Swiss pada laga lanjutan Grup C kualifikasi Piala Dunia 2022 Qatar di Stadion St Jakob-Park, Basel, Swiss, Senin (6/9/2021) dini hari WIB, membuat Italia memecahkan rekor sebagai tim paling lama tak terkalahkan di pentas internasional, yakni dalam 36 laga sejak 2018. ”Gli Azzurri” melewati rekor Brasil (1993-1996) dan Spanyol (2007-2009) yang sama-sama tidak terkalahkan dalam 35 laga.
Namun, di balik rekor itu, Italia dibayangi sinyal buruk. Giorgio Chiellini dan kawan-kawan belum bisa lepas dari kebuntuan karena hanya bisa bermain imbang dalam empat laga terakhir. Bahkan, saat melawan Swiss, untuk pertama kalinya, mereka gagal mencetak gol setelah 17 laga. Mereka terakhir kali tidak dapat mencetak gol saat imbang 0-0 dengan Polandia pada laga Liga Nasional UEFA, 11 Oktober 2020.
”Kami tidak bisa gagal menang dengan banyak peluang mencetak gol. Ini adalah momen ketika bola tidak bisa masuk. Sekali lagi, kami memiliki terlalu banyak peluang untuk tidak memenangi pertandingan ini,” ujar Pelatih Italia Roberto Mancini mengungkapkan kekecewaan kepada RAI Sport, dilansir oleh Football-Italia.
Walau bertindak sebagai tim tamu, Italia mendominasi laga tersebut dengan penguasaan bola 53 persen berbanding 47 persen. Mereka berulang kali membombardir pertahanan Swiss, membuat tujuh tembakan tepat sasaran berbanding dua milik Swiss. Mereka juga memiliki satu peluang emas melalui titik putih di menit ke-53, tetapi gelandang Italia, Jorginho, gagal memenuhi tugasnya sebagai algojo.
”Ini bukan soal penalti, ini situasi yang berbeda. Kami harus lebih bertekad, lebih klinis, dan lebih tepat dalam memanfaatkan peluang mencetak gol. Sama seperti laga melawan Bulgaria (1-1 pada Jumat, 3/9/2021), ini adalah pertandingan yang tidak boleh gagal kami menangi karena memiliki banyak peluang mencetak gol,” kata Mancini, yang mengantarkan Italia mencatat 30 kemenangan, 10 seri, dan dua kalah dalam 42 laga sejak dirinya menukangi tim per 15 Mei 2018.
Bek sayap kanan Italia, Giovanni Di Lorenzo, sependapat dengan Mancini. Dia cukup menyesali kegagalan timnya menang dengan segala keunggulan dalam laga tersebut. Akan tetapi, dia tetap puas dengan penampilan tim yang bisa menciptakan banyak peluang.
”Hari ini, mungkin kami kurang determinasi atau presisi dalam setiap peluang. Terlepas dari itu, kami akan lebih khawatir jika kami tidak bisa menciptakan peluang sama sekali,” ungkap pemain klub Serie A Liga Italia, Napoli tersebut.
Mengancam posisi
Sebelum imbang 0-0 dengan Swiss, Italia bermain seri 1-1 dengan Bulgaria dalam laga keempatnya pada kualifikasi Piala Dunia 2022, seri 1-1 dengan Inggris di final Piala Eropa 2020, dan seri 1-1 dengan Spanyol di semifinal Piala Eropa 2020. Bukan hanya kehilangan sentuhan untuk memenangi laga, hasil imbang dengan Swiss juga mengancam posisi Italia dalam perburuan tiket ke Piala Dunia 2022.
Satu poin itu memang membuat Italia masih bercokol di puncak klasemen Grup C Kualifikasi Piala Dunia 2022 dengan 11 poin dari lima laga. Namun, posisi mereka terancam Swiss di peringkat kedua dengan tujuh poin dari tiga laga. Tim asal Pegunungan Alpen, Swiss, berpeluang menggeser Italia kalau keunggulan dua laganya bisa dikonversi menjadi kemenangan.
Hanya peringkat teratas di setiap grup kualifikasi zona Eropa yang berhak lolos langsung ke Piala Dunia 2022. Tim peringkat kedua harus menjalani babak kedua atau playoff. Italia tentu tahu betul tidak mudah untuk lolos ke Piala Dunia lewat jalur playoff.
Kami harus lebih bertekad, lebih klinis, dan lebih tepat dalam memanfaatkan peluang mencetak gol. Sama seperti laga melawan Bulgaria, ini adalah pertandingan yang tidak boleh gagal kami menangi karena memiliki banyak peluang mencetak gol.
Pada kualifikasi Piala Dunia 2018 Rusia, Italia hanya bertengger di urutan kedua di bawah Spanyol pada Grup G sehingga mesti menjalani playoff menghadapi Swedia. Meski lebih diunggulkan, mereka justru tersingkir dari tim asal Skandinavia tersebut, yakni dengan agregat 0-1 (0-1, 0-0) yang membuat mereka absen dari Piala Dunia untuk pertama kali sejak 1958.
Tak heran Mancini memperingatkan timnya untuk memenangi laga melawan Lituania dalam laga keenamnya di kualifikasi, Kamis (9/9/2021). Kemenangan itu menjadi modal berarti sebelum bertemu lagi dengan Swiss pada 13 November. Laga kedua melawan Swiss dianggap sebagai laga penentuan nasib kedua tim ke Piala Dunia 2022. ”Saya rasa begitu,” kata Mancini, menjawab pertanyaan wartawan mengenai laga hidup-mati melawan Swiss pada pertemuan kedua.
Sementara itu, Pelatih Swiss Murat Yakin puas terhadap kinerja timnya yang bisa menahan imbang Italia, juara Piala Eropa 2020. Apalagi mereka pernah takluk 0-3 dari Italia pada penyisihan Grup A Piala Eropa 2020.
Hasil seri itu cukup memberikan kepercayaan diri Swiss yang memiliki target lolos ke Piala Dunia 2022. Dengan keunggulan dua laga atas Italia, mereka akan berusaha keras mencuri poin penuh di setiap laga tersebut.
”Semua pemain mendorong dirinya melampaui batas dalam laga ini (lawan Italia). Satu poin ini sangat penting untuk meningkatkan kepercayaan diri kami. Kami akan melakukan pertandingan berbeda ketika menghadapi Irlandia Utara nanti (pada 9 September dan 10 Oktober),” tutur pelatih kelahiran Swiss keturunan Turki tersebut.