Dimulainya Liga 1 Indonesia musim 2021-2022 menjadi momentum bangkitnya kompetisi olahraga nasional di era pandemi Covid-19. Berjalannya liga itu sekaligus "hadiah" pemerintah untuk warga dalam menghadapi masa sulit.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Berjalan lancarnya laga pembuka BRI Liga 1 Indonesia 2021-2022 antara Bali United versus Persik Kediri di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Jumat (27/8/2021) malam, menandai bangkitnya kompetisi olahraga Indonesia yang mati suri di masa pandemi Covid-19. Penerapan protokol kesehatan yang sangat ketat menjadi jaminan pelaksanaan liga sepak bola yang telah terhenti 531 hari itu.
Liga 1 musim 2021-2022 menerapkan sejumlah aturan baru untuk mencegah penyebaran Covid-19. Laga Bali United kontra Persik yang berakhir 1-0 itu dilangsungkan tanpa penonton. Seluruh anggota tim juga menjalani karantina dan tes usap PCR satu hari sebelum bertanding serta memberlakukan pembatasan interaksi setiap individu di hari pertandingan.
Seluruh individu yang hadir di laga pembuka itu juga harus menjalani tes usap antigen sebelum masuk ke dalam stadion serta wajib telah menjalani dua kali vaksinasi. Petugas pertandingan pun selalu menyemprotkan disinfektan kepada peralatan pertandingan, seperti bola, bangku cadangan, papan sponsor di sisi lapangan, dan gawang. Para pemain juga mencuci tangannya setiap ingin masuk dan meninggalkan lapangan untuk menuju ruang ganti.
Sejumlah aturan itu menjadi langkah yang dilakukan PT Liga Indonesia Baru (LIB) dan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) untuk meyakinkan pemerintah bahwa sepak bola bisa mengawali era baru di kancah olahraga nasional. Di sisi lain, kehadiran kembali Liga 1 bisa menjadi hiburan mayoritas warga yang masih harus bertahan di rumah demi meredam penyebaran Covid-19.
”Pelaksanaan Liga 1 ini adalah hadiah untuk rakyat, terutama pendukung sepak bola,” ujar Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir dalam pidatonya saat membuka Liga 1 2021-2022, kemarin malam.
Menurut Erick, Indonesia sudah seharusnya bisa meniru negara lain, termasuk penyelenggaraan Olimpiade Tokyo 2020, yang bisa berjalan sukses di era pandemi berkat penerapan protokol keseharan yang ketat. Ia pun berharap Liga 1 bisa menjadi pemicu kebangkitan kompetisi cabang olahraga lainnya.
”Hari ini kita membuka mata dunia bahwa Indonesia mampu menyelenggarakan event olahraga besar. Liga 1 ini bukanlah sekadar kompetisi olahraga, melainkan juga menjadi media untuk menyatukan dan mengobarkan semangat seluruh elemen bangsa agar bangkit melawan Covid-19,” tutur mantan Presiden Inter Milan itu.
Peran Erick cukup besar bagi penyelenggaraan Liga 1 musim ini. Ia membantu PT LIB dan PSSI menggaet sponsor utama baru, yaitu BRI (Bank Rakyat Indonesia) yang berada di bawah Kementerian BUMN.
Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan berterima kasih kepada pemerintah yang telah memberikan dukungan untuk kembali menggulirkan Liga 1. Pada musim 2020, Liga 1 dihentikan ketika baru menjalani pekan ketiga. PSSI dan PT LIB berencana melanjutkan liga itu pada 1 Oktober 2020. Namun, niat itu batal terlaksana karena tidak keluarnya izin keramaian dari Kepolisian Negara RI.
”Pelaksanaan kompetisi ini menghidupkan kembali banyak hal yang terkait sepak bola, mulai dari menggiatkan pembinaan hingga menghidupkan lagi industri olahraga yang memengaruhi perekonomian masyarakat,” kata Iriawan.
Adapun laga Bali versus Persik berjalan seimbang. ”Serdadu Tridatu”, julukan Bali United, gagal menampilkan kemampuan terbaiknya. Padahal, jika merujuk pada musim 2019 lalu, kedua tim berada di kelas atau kualitas yang berbeda.
Mengimbangi permainan
Bali, yang memulai laga pembuka musim ini dengan predikat juara Liga 1 2019, gagal tampil dominan menghadapi Persik, kampiun Liga 2 2019. Bali memang sukses meraih poin penuh perdana berkat gol penyerang sayap, Muhammad Rahmat, melalui sepakan mendatar di dalam kotak penalti pada menit ke-83 laga itu. Akan tetapi, skuad ”Macan Putih”, julukan Persik, mampu mengimbangi permainan Bali United pada sepanjang laga tersebut.
Hal itu tercermin dari statistik laga tersebut. Bali United lebih banyak menguasai bola, yaitu 52 berbanding 48 persen. Namun, Persik justru menciptakan lebih banyak peluang. Persik menciptakan sembilan tembakan, sedangkan Bali United hanya mampu mencatatkan tujuh tembakan.
Peluang terbaik yang dimiliki Macan Putih ialah tendangan penalti pada menit ke-12. Hanya saja, bola eksekusi penyerang asing Persik, Youssef Ezzejjari, mampu ditahan kiper Bali, Wawan Hendrawan.
Laga perdana Liga 1 setelah terhenti selama 17 bulan itu menghadirkan duel yang keras. Terdapat sembilan benturan yang mengakibatkan laga harus dihentikan beberapa menit akibat ada sejumlah pemain yang terjatuh.
Pelatih Bali United Stefano Cugurra mengakui timnya belum tampil memuaskan. Masih banyak kekurangan yang harus dibenahi pada laga perdana itu. Namun, hal terpenting bagi Teco, sapaan Cugurra, timnya bisa mencapai target tiga poin.
”Ini adalah buah kerja keras dari seluruh komponen tim. Kami bermain lebih bagus di babak kedua dan itu kunci bagi kemenangan kami,” ujar Teco.
Sementara itu, Dany Saputra, bek Persik, berkata, timnya hanya kurang beruntung sehingga kalah tipis pada laga itu. ”Kami bermain bagus untuk bisa mengimbangi Bali di laga perdana ini. Kami gagal penalti dan kecolongan (gol) di menit akhir laga ini,” ucapnya,
Laga perdana Liga 1 setelah terhenti selama 17 bulan itu menghadirkan duel yang keras. Terdapat sembilan benturan yang mengakibatkan laga harus dihentikan beberapa menit akibat ada sejumlah pemain yang terjatuh.
Permainan keras kedua tim itu pun menyebabkan tiga pemain menderita cedera dan harus mengakhiri laga lebih dini. Mereka adalah bek Persik, OK John, serta dua pemain Bali, yaitu bek sayap kanan Andhika Wijaya dan penyerang sayap Melvin Platje.