Walau disarankan pemerintah pusat tidak tampil, atlet elite Indonesia tetap akan meramaikan PON Papua. Mereka termotivasi meningkatkan mutu pertandingan, melengkapi prestasi pribadi, hingga memecahkan rekor nasional.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Sejumlah atlet elite Indonesia dipastikan berpartisipasi pada Pekan Olahraga Nasional XX di Papua, 2-15 Oktober 2021. Motivasi mereka mulai dari meramaikan ajang empat tahunan yang telah tertunda setahun itu, melengkapi prestasi, hingga memecahkan rekor. Namun, pemerintah melalui Kementerian Pemuda dan Olahraga menilai atlet elite sebaiknya tidak perlu lagi turun di PON untuk memberikan kesempatan atlet yunior muncul ke permukaan.
Hal itu mengemuka dalam diskusi daring bertema PON XX Papua: Target Prestasi Kelas Dunia yang digelar oleh Forum Merdeka Barat 9, Senin (23/8/2021). Hadir dalam acara itu, Ketua Kontingen Indonesia di Olimpiade Tokyo 2020 Rosan Perkasa Roeslani, pemanjat nasional Vedrriq Leonardo, pemanjat putri Aries Susanti Rahayu, dan perenang putri Azzahra Permatahani.
Vedrriq yang akan membela Kalimantan Timur pada nomor kecepatan panjat tebing mengatakan, PON adalah ajang penting bagi atlet nasional. Maka itu, penting sekali bagi setiap atlet berpartisipasi dalam pesta olahraga tersebut.
Dengan kehadiran atlet elite, atmosfer dan kemeriahan PON akan semakin tinggi. ”Selain itu, tentu ini bisa menjadi alat kampanye untuk kian memopulerkan cabang panjat tebing,” ujar pemegang rekor dunia kecepatan dengan waktu 5,208 detik saat menjuarai seri Piala Dunia Panjat Tebing IFSC 2021 di Salt Lake City, Amerika Serikat, Sabtu (29/5) lalu.
Melengkapi prestasi
Adapun Aries termotivasi untuk melengkapi prestasinya di PON. Pemanjat berusia 26 tahun itu mengukir banyak prestasi di level dunia, antara lain empat emas nomor kecepatan putri Piala Dunia, emas estafet kecepatan Kejuaraan Asia, dan emas kecepatan individu serta estafet di Asian Games 2018. Dia pun sempat memegang rekor dunia kecepatan putri dengan waktu 6,995 detik pada Piala Dunia 2019 di Xiamen, China
Akan tetapi, pemanjat kelahiran 21 Maret 1995 itu belum mengoleksi emas PON. Dia gagal meraih medali pada PON Riau 2012 sekaligus PON perdananya dan harus puas dengan perak nomor kecepatan beregu pada PON Jawa Barat 2016.
Untuk itu, dirinya ingin menuntaskan rasa penasaran merengkuh emas. ”Saya belum pernah mendapat emas PON. Jadi, saya ingin memberikan yang terbaik pada PON ini, untuk pribadi maupun daerah saya Jawa Tengah,” kata atlet asal Grobogan, Jawa Tengah tersebut.
Sementara itu, di samping ingin meraih prestasi tertinggi dan mengharumkan nama daerah, Azzahra berambisi memperbaiki rekor pribadinya dalam PON ini. Sejauh ini, perenang berusia 19 tahun itu memegang empat rekor nasional, yakni 200 meter gaya dada dengan 2 menit 32,22 detik serta 200 m gaya ganti dengan 2 menit 16,43 detik (Jakarta Terbuka 2019), dan 400 m gaya ganti dengan 4 menit 48,51 detik (Kejuaraan Kelompok Usia Singapura 2019). Satu lagi di kolam short course (25 meter) untuk 200 m gaya ganti dengan 2 menit 16,29 detik (Fall Invitational Jakarta 2019).
Saya belum pernah mendapat emas PON. Jadi, saya ingin memberikan yang terbaik pada PON ini, untuk pribadi maupun daerah saya Jawa Tengah.
”PON juga bisa menjadi tolak ukur hasil latihan. Kami bisa melihat bagaimana progres catatan waktu kami. Hal itu menjadi bahan evaluasi untuk diperbaiki seusai PON,” tutur perenang putri yang menyumbangkan dua emas, tiga perak, dan satu perunggu untuk Riau pada PON 2016.
Berhak tampil
Lifter kawakan Eko Yuli Irawan pun berencana tampil pada PON Papua. Bagi Eko yang tampil dalam video singkat pada diskusi itu, semua atlet nasional berhak tampil di PON. Tidak ada alasan karena telah tampil dan berprestasi di level Olimpiade maka atlet itu tidak perlu lagi tampil di PON.
Eko berpendapat, kehadiran atlet nasional membuat kualitas pertandingan lebih tinggi. ”Ada pendapat, atlet yang berprestasi di tingkat dunia tidak perlu turun di PON untuk memberikan kesempatan kepada atlet yunior. Saya rasa tidak begitu caranya. Atlet muda jangan mau naik justru gara-gara seniornya tidak turun atau sudah pensiun, tetapi naiklah dengan cara mengalahkan senior,” tegas lifter pengoleksi empat medali dari empat Olimpiade tersebut.
Sekretaris Kemenpora Gatot S Dewa Broto beberapa kali menyampaikan, sepatutnya atlet nasional fokus saja untuk menyiapkan diri ke ajang lebih besar, seperti SEA Games, Asian Games, sampai Olimpiade. Dengan demikian, PON bisa menjadi wadah persaingan calon bibit atlet baru nasional.
Kalau atlet elite tampil, itu bisa menghambat munculnya atlet-atlet baru. Setidaknya, atlet muda yang bisa berpartisipasi justru terhalang karena daerahnya masih lebih percaya dengan atlet elite atau senior. ”Ini pun untuk menjaga atlet elite tersebut. Jika mereka cedera ketika tampil di PON, itu bisa merugikan mereka dan negara kalau sehabis PON ada ajang internasional yang menanti,” ujar Gatot.