Ashleigh Barty merebut gelar kelima dari 12 turnamen pada 2021. Tidak ada petenis tunggal putri yang memiliki pencapaian sehebat Barty tahun ini.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
MASON, MINGGU — Tidak ada petenis tunggal putri yang bisa menandingi permainan petenis Australia, Ashleigh Barty, pada tahun ini. Konsistensinya telah menghasilkan gelar kelima dari 12 kejuaraan, terbanyak di antara petenis putri lainnya.
Gelar juara kelima tersebut didapat dari turnamen WTA 1000 Cincinnati, salah satu ajang pemanasan Grand Slam Amerika Serikat Terbuka, di Flushing Meadows, New York, 30 Agustus-12 September. Ini pun menjadi modal berharga Barty untuk meraih gelar pertama Grand Slam di lapangan keras.
Tunggal putri nomor satu dunia itu telah meraih dua gelar Grand Slam dari dua jenis lapangan dengan perbedaan karakter yang esktrem, yaitu Perancis Terbuka 2019 di lapangan tanah liat dan Wimbledon 2021 di lapangan rumput. Namun, dia tak pernah mendapatkannya di lapangan keras. Hasil terbaiknya pada lapangan ini adalah semifinal Australia terbuka 2020. Di AS terbuka, Barty tak pernah melewati babak keempat dan absen pada tahun lalu.
Maka, kemenangan kelima di Lindner Family Tennis Center, Mason, Ohio, AS, termasuk dalam laga final akan menumbuhkan kepercayaan dirinya untuk bersaing di Flushing Meadows. Dalam final yang berlangsung Minggu (22/8/2021) siang waktu setempat atau Senin (23/8/2021) dini hari WIB, Barty mengalahkan Jil Teichmann, 6-3, 6-1.
Kemenangan tersebut menghentikan kejutan yang dibuat Teichmann selama pekan ini. Petenis Swiss peringkat ke-76 dunia itu tampil di WTA Cincinnati karena mendapat wild card, tetapi membuat kejutan dengan mengalahkan tiga unggulan pada babak ketiga hingga semifinal. Ketiga unggulan itu adalah Naomi Osaka, Belinda Bencic, dan Karolina Pliskova.
Namun, dalam laga final yang berlangsung satu jam 13 menit, Teichmann kesulitan mengatasi servis dan variasi pukulan Barty. Kecerdikan Barty dalam menyeleksi jenis pukulan membuatnya bisa mengontrol pertandingan sejak awal. Dia membuat lima as dan lima kali mematahkan servis Teichmann.
Hari ini saya bermain dengan percaya diri, faktor yang sangat penting untuk dimiliki saat bertanding di final. Itu membuat saya bisa melalui tantangan di Cincinnati dengan baik.
Barty, yang tidak kehilangan satu set pun, tidak menduga perjalanannya menuju tangga juara di WTA Cincinnati begitu mulus. ”Saya tak menduga bisa melalui perjalanan seperti ini dan tentu saja ini menyenangkan,” ujar Barty kepada Tennis Channel.
”Hari ini saya bermain dengan percaya diri, faktor yang sangat penting untuk dimiliki saat bertanding di final. Itu membuat saya bisa melalui tantangan di Cincinnati dengan baik. Ini akan menjadi bekal saya untuk New York,” ujarnya.
Dominasi Barty pada persaingan tunggal putri musim ini terlihat sejak awal tahun dengan menjuarai salah satu turnamen pemanasan Australia Terbuka, WTA 500 Melbourne. Namun, upayanya untuk menjuarai Grand Slam di tanah kelahirannya belum juga membuahkan hasil karena dia disingkirkan Karolina Muchova pada perempat final.
Petenis berusia 25 tahun itu membayar kegagalannya dengan menjuarai WTA 1000 Miami, WTA 500 Stuttgart, dan Wimbledon di tiga jenis lapangan berbeda. Dia pun menjadi tunggal putri pertama yang meraih 40 kemenangan pada 2021.
Lima gelar juaranya melampaui petenis lain, termasuk yang berada di peringkat 10 besar dunia. Dari 10 petenis berperingkat terbaik itu, ada enam yang telah meraih gelar juara tahun ini, yaitu Barty, Osaka dengan satu gelar juara, Aryna Sabalenka (2), Iga Swiatek (2), Garbine Muguruza (1), dan Barbora Krejcikova (3).
Zverev juara
Pada persaingan tunggal putra berlevel ATP Masters 1000 di tempat yang sama, Alexander Zverev menambah medali emas dari Olimpiade Tokyo 2020 dengan gelar juara setelah mengalahkan Andrey Rublev, 6-2, 6-3, di final.
Zverev bermain dengan solid, tidak terlihat efek dari ketidaknyamanan pada perutnya saat melawan Stefanos Tsitsipas di semifinal, Sabtu. Dia pun menghilangkan beban karena selalu kalah dalam penampilan pertamanya pada lima tahun terakhir.
”Kemenangan pertama saya di sini terjadi pada Rabu dan empat hari kemudian, saya mendapat gelar juara. Ini pekan yang menakjubkan bagi saya karena telah melewati beberapa pertandingan sulit. Ini juga menambah rasa percaya diri untuk AS Terbuka,” kata petenis peringkat kelima dunia itu.
Zverev berhasil memanfaatkan peluang ketika salah satu turnamen berlevel tertinggi di ATP itu tak diikuti ”Big Three”. Novak Djokovic absen karena memilih langsung tampil di AS Terbuka setelah gagal meraih medali di Tokyo 2020, adapun Rafael Nadal dan Roger Federer tak bertanding karena cedera.
Absennya Nadal dan Federer di AS Terbuka, juga, seharusnya bisa dimanfaatkan Zverev yang lolos ke final AS Terbuka 2020, tetapi dikalahkan Dominic Thiem. (AFP)