Berbekal ”wild card”, Jil Teichmann tampil fenomenal dengan menembus final WTA Cincinnati untuk menghadapi petenis nomor satu dunia, Ashleigh Barty. Teichmann belum pernah kalah dari jajaran peringkat 10 besar tahun ini.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
MASON, SABTU — Petenis tunggal putri peringkat ke-76 dunia, Jil Teichmann, pernah merasakan menjadi juara turnamen WTA di level 250. Kini, dengan bekal wild card untuk tampil di WTA 1000 Cincinnati, Teichmann akan merasakan final pertamanya dalam turnamen WTA berlevel tertinggi.
Final yang akan berlangsung di Lindner Family Tennis Center, Mason, Ohio, AS, Minggu (22/8/2021) siang waktu setempat atau Senin dini hari waktu Indonesia itu bahkan akan terasa lebih sempurna bagi Teichmann. Petenis asal Swiss itu akan menghadapi petenis nomor satu dunia, Ashleigh Barty.
Teichmann melanjutkan kejutan yang dibuatnya sejak babak ketiga dengan mengalahkan unggulan kelima, Karolina Pliskova, 6-2, 6-4, pada semifinal, Sabtu. Adapun Barty menang atas Angelique Kerber, 6-2, 7-5.
Kejutan pertama dibuat Teichmann ketika mengalahkan empat kali juara Grand Slam, Naomi Osaka, 3-6, 6-3, 6-3, pada babak ketiga. Penampilan gemilang petenis Swiss yang lahir di Barcelona, Spanyol, itu berlanjut ketika menyingkirkan peraih medali emas Olimpiade Tokyo 2020, Belinda Bencic, 6-3, 6-2, lalu menang atas Pliskova yang merupakan finalis Wimbledon.
Catatan menawan itu membuat Teichmann tidak terkalahkan dalam empat pertandingan melawan petenis peringkat 10 besar dunia pada tahun ini.
”Saya berusaha berkembang dalam banyak aspek, mental dan fisik. Seperti telah sebutkan sebelumnya, saya mengalami banyak cedera jadi harus bisa menjaga kondisi fisik. Berjam-jam, berminggu-minggu, saya hanya berusaha berpikir positif hingga akhirnya memiliki pengalaman seperti ini,” tutur Teichman dalam laman resmi WTA.
Hasil terbaik
Memulai karier di arena profesional sejak 2013, Teichmann tiga kali mencapai final yang menghasilkan dua gelar juara, yaitu di turnamen lapangan tanah liat, Praha dan Palermo 2019. Adapun di dalam final turnamen lapangan keras di Lexington 2020, dia kalah dari Jennifer Brady. Semua final tersebut terjadi pada turnamen WTA 250, level terendah dalam struktur Tur WTA.
Saya tidak tahu banyak tentang Jil, hanya sempat melihat penampilannya sebentar. Yang saya lihat, dia punya kemampuan yang baik untuk menguasai lapangan dan bertahan. (Ashleigh Barty)
Di ajang WTA 1000, sebelum mencapai final di Cincinnati, hasil terbaiknya adalah semifinal di Madrid, salah satu turnamen pemanasan Grand Slam Perancis Terbuka, pada Mei lalu.
”Final kali ini sempurna. Saya akan bermain di lapangan utama melawan petenis nomor satu dunia. Itu akan menjadi tantangan yang menyenangkan dan saya sangat menantikannya,” komentar Teichmann, yang untuk pertama kalinya akan berduel dengan Barty.
Adapun bagi Barty, laga itu akan menjadi final keenam dalam turnamen WTA 1000. Dari lima final sebelumnya, petenis Australia tersebut mendapat gelar juara dari Miami 2019 dan 2021.
”Saya tidak tahu banyak tentang Jil, hanya sempat melihat penampilannya sebentar. Yang saya lihat, dia punya kemampuan yang baik untuk menguasai lapangan dan bertahan. Backhand slice-nya bagus. Forehand-nya bervariasi, bisa datar, bisa juga dengan arah yang cepat berubah,” tutur Barty, juara Wimbledon.
Melangkah ke final tanpa kehilangan satu set pun, Kerber menilai, Barty memiliki kepercayaan diri yang tinggi. ”Dia bermain sangat baik, apalagi servisnya. Dia juga sangat pintar dalam menyeleksi jenis pukulan dan bermain dengan tenang pada momen kritis,” puji Kerber.
Ditanya wartawan tentang penampilannya selama tahun ini, Barty hanya berkomentar bahwa setiap turnamen memiliki tantangan berbeda hingga penampilan atlet pun bisa berbeda. ”Rasanya sulit membandingkan dengan penampilan di ajang lain. Namun, di sini, rasanya saya bisa bergerak dengan baik hingga bisa mengontrol permainan. Itu yang bisa saya lakukan,” katanya.
Rublev taklukkan Medvedev
Pada tunggal putra, Andrey Rublev akhirnya berhasil menaklukkan Daniil Medvedev setelah selalu kalah pada empat pertemuan sebelumnya. Kemenangan dengan skor 2-6, 6-3, 6-3, mengantarkannya pada final kedua turnamen ATP Masters 1000 setelah Monte Carlo, April lalu. Saat itu, kesempatan Rublev meraih gelar pertama di ajang besar digagalkan Stefanos Tsitsipas.
”Saya tak tahu bagaimana caranya bisa membalikkan keadaan karena setiap perebutan poin berlangsung ketat. Daniil tak akan pernah memberi kesempatan bagi saya untuk mengontrol pertandingan, jadi saya harus menemukan momen yang tepat untuk membuatnya bekerja keras mengejar bola. Kemenangan ini memberi saya rasa percaya diri bahwa saya bisa mengalahkan dia,” ujar Rublev, yang sama-sama berasal dari Rusia seperti Medvedev.
Di final, Rublev akan bertemu Alexander Zverev yang memenangi laga ketat melawan Tsitsipas pada semifinal. Zverev menang, 6-4, 3-6, 7-6 (4), dalam laga selama dua jam 41 menit. (AFP/AP)