Liga Italia musim ini akan lebih semarak dibandingkan dengan edisi sebelumnya. Selain persaingan tim terbaik, Serie A akan menyajikan pula duel antarpelatih dengan sejarah perseteruan panjang.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·4 menit baca
Liga Italia musim ini akan lebih semarak daripada sebelumnya. Selain persaingan tim terbaik, terdapat duel antarpelatih dengan sejarah panjang.
Kehadiran kembali tiga pelatih yang berpengalaman mengoleksi scudetto di Serie A edisi 2021-2022 akan menghidupkan persaingan menuju tangga juara, juga meningkatkan potensi hadirnya perang urat saraf. Mereka adalah Massimiliano Allegri (Juventus), Jose Mourinho (AS Roma), dan Maurizio Sarri (Lazio).
Pada 10 musim terakhir, hanya ada empat pelatih yang bisa mengantarkan tim asuhannya menyematkan emblem scudetto. Allegri, Mourinho, dan Sarri adalah tiga dari empat pelatih itu. Satu sosok juru taktik lainnya ialah Antonio Conte, yang meninggalkan Inter Milan setelah merebut gelar juara Serie A musim lalu.
Allegri meraih enam scudetto, satu gelar bersama AC Milan, dan lima trofi lainnya diraih secara beruntun pada periode 2014 hingga 2019 bersama Juventus. Adapun Mourinho membantu Inter meraih dua gelar berturut-turut musim 2008-2009 dan 2009-2010. Sarri mengoleksi scudetto perdananya saat menangani Juventus pada musim 2019-2020.
Keberhasilan itu berbanding lurus dengan penobatan ketiganya sebagai pelatih terbaik Serie A. Allegri empat kali menjadi pelatih terbaik, pada 2011, 2015, 2016, dan 2018. Mourinho meraih predikat pelatih terbaik dalam dua musim menangani Inter, sedangkan Sarri pada 2017 ketika melatih Napoli.
Setelah sempat vakum selama dua tahun, Allegri akan kembali menangani Juventus. Sarri keluar dari masa hibernasi satu musim setelah dipecat ”Si Nyonya Besar” musim panas 2020. Di sisi lain, Mourinho ingin membuktikan dirinya masih bisa menggaransi trofi juara bagi tim asuhannya setelah 17 bulan menangani Tottenham Hotspur tanpa memberikan gelar bergengsi.
Namun, kehadiran ketiganya bukan semata membantu timnya bersaing di papan klasemen. Tiga pelatih itu memiliki rekam jejak perseteruan di sisi lapangan dan gemar melakukan psywar lewat media.
Ketika masih menangani Milan satu dekade lalu, Allegri tidak segan mengecam Mourinho yang melatih Inter. Menurut Allegri, tingkah dan pernyataan Mourinho membuat sosok pelatih asal Portugal itu terlihat amat menyedihkan.
”Saya pikir ia (Mourinho) sangat berbakat sebagai pelatih, tetapi kesombongannya menghilangkan sisi positifnya itu,” ujar Allegri dilansir The Guardian pada 2010.
Delapan tahun berselang, Mourinho membalas Allegri. Pada laga penyisihan Liga Champions 2018-2019, Mourinho yang saat itu menangani Manchester United menumbangkan Juventus 2-1 di Turin. Pelatih kelahiran Setubal, Portugal, itu melakukan selebrasi emosional di sisi lapangan ketika peluit akhir dibunyikan. Kedua pelatih itu tidak bersalaman saat memasuki ruang ganti.
Saya pikir ia (Mourinho) sangat berbakat sebagai pelatih, tetapi kesombongannya menghilangkan sisi positifnya itu.
Selain itu, Mourinho juga mengejek pendukung Juve dengan memegang telinganya, seakan memberi sinyal dia tak terpengaruh cemoohan yang diterimanya.
”Mereka mengejek saya, keluarga saya, dan juga pendukung MU selama 90 menit. Di akhir laga, saya membuat isyarat itu untuk mendengar (ejekan) lebih keras,” ucap Mourinho pada November 2018.
Ibu kota ”memanas”
Situasi memanas tercipta pula di Roma, ibu kota Italia. Kehadiran Mourinho dan Sarri menghadirkan antusiasme bagi pendukung Roma dan Lazio. Sebelum kedua tim menjalani derbi della capitale pada pekan keenam Serie A, 26 September, duel telah dilakukan fans kedua tim. Mural Mourinho menaiki skuter berkalungkan syal AS Roma, yang diciptakan pelukis jalanan Roma, Harry Greb, di sudut Testaccio, Roma, dirusak oleh pendukung Lazio.
Mural itu dibuat beberapa hari setelah Roma resmi mengontrak Mourinho sebagai pelatih baru, awal Mei. Sebulan berselang, pada 9 Juni, giliran Lazio mengumumkan penunjukkan Sarri setelah Simone Inzaghi memutuskan untuk menyeberang ke Inter. Sehari setelah pengumuman itu, mural Mourinho ”dirusak” dengan kehadiran mural wajah Sarri yang tengah meniupkan asap rokok untuk menutupi wajah Mourinho.
Sesungguhnya hubungan Mourinho dengan Sarri tidak buruk. Sarri tidak segan memuji Mourinho dalam beberapa kesempatan di Liga Primer Inggris saat Sarri menangani Chelsea pada 2018-2019. Namun, tegangan tinggi justru ditampilkan oleh orang-orang di sekitar Sarri.
Mourinho pernah beradu argumen dengan asisten Sarri, Marco Ianni, ketika MU bermain imbang 2-2 dengan Chelsea, akhir Oktober 2018. Mourinho marah karena Ianni melakukan selebrasi ke arah bangku cadangan MU.
Momen itu berpeluang kembali terulang di Liga Italia musim ini karena Ianni juga ikut menjadi bagian tim kepelatihan Sarri di Lazio. Ianni menjabat sebagai pelatih teknis ”Si Elang” di musim ini.
Dengan dikelilingi para rivalnya di sisi lapangan pada masa kembalinya ke Serie A, Mourinho menanggapi dengan tenang. Ia menegaskan, hanya mengerahkan fokus utama untuk menyukseskan proyek barunya bersama ”Si Serigala”.
”Roma tengah memulai proyek untuk membangun ulang tim sebagai kekuatan utama di Italia. Saya akan mengerahkan seluruh pengalaman saya, minimal dengan mengembalikan Roma ke Liga Champions,” kata Mourinho dilansir laman klub.
Adapun Allegri mengakui, kehadiran Mourinho dan Sarri akan menambah menarik persaingan di musim ini. ”Mereka adalah pelatih penting. Kehadiran mereka akan menghidupkan perburuan scudetto bersama Inter, Milan, Napoli, dan Atalanta,” ucap Allegri seperti dikutip Tuttosport. (AFP/AP)