Persaingan Liga Spanyol musim ini tidak hanya untuk berebut gelar juara, tetapi juga mencari pengganti sepadan Lionel Messi. Liga perlu ”raja” baru untuk menyelamatkan citra.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·5 menit baca
MADRID, MINGGU — Untuk pertama kali sejak musim 2004-2005, Liga Spanyol memulai kompetisi tanpa kehadiran salah satu di antara dua pesepak bola terbaik dunia, Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi. Kehilangan sosok ”raja” dalam permainan ini memaksa liga untuk mulai melirik ikon baru. Beberapa nama calon pengganti pun mulai unjuk pesona.
Pekan pertama liga musim 2021-2022 telah berlangsung pada Sabtu (14/8/2021). Musim ini terasa agak aneh karena kompetisi berjalan tanpa dua pemain paling berpengaruh dalam dua dekade terakhir, Ronaldo dan Messi. Setelah Ronaldo pergi dari Real Madrid ke Juventus pada 2018, giliran Messi menyusul dari Barcelona ke Paris Saint Germain (PSG) pada jendela musim panas ini.
Di tengah kekosongan ikon liga, striker Madrid, Karim Benzema, langsung mencoba untuk mengisinya. Penyerang asal Perancis ini mencuri perhatian lewat raihan dua gol dalam kemenangan Madrid atas Deportivo Alaves, 4-1, di Stadion Mendizorrotza, Minggu (15/8/2021) dini hari WIB.
Sepasang gol Benzema punya berbagai makna. Selain membantu ”El Real” meraih tiga poin pada laga pembuka, dia juga terbukti mampu mengemban tugas baru sebagai kapten tim, menggantikan Sergio Ramos yang pindah ke PSG. Benzema menjadi sosok pemimpin dalam era baru Madrid di bawah kepemimpinan pelatih Carlo Ancelotti.
Di Spanyol, Madrid sebagai salah satu tim tersukses nyaris selalu menyumbang ikon tim sebagai wajah liga. Tugas itu yang akan diemban Benzema selama beberapa musim ke depan. Bagi sang kapten, ini adalah kesempatan terbaik untuk bersinar setelah berada dalam bayang-bayang Ronaldo dan Ramos sejak datang pada 2009.
Kata Ancelotti, aksi apik Benzema pada laga pembuka telah menyelamatkan Madrid dari hasil buruk. ”Gol pertamanya menjadikan permainan ini lebih terbuka. Kami punya ruang lebih untuk memanfaatkan kualitas para pemain,” ucap pelatih yang kembali lagi ke Madrid pada musim ini tersebut.
Sang pelatih melihat kehebatan tersebut hanyalah sebuah awalan. Pada usia yang matang, 33 tahun, Benzema masih menyimpan banyak kejutan untuk diperlihatkan. Menurut Ancelotti, Benzema telah menjadi sosok berbeda ketimbang pada 2013-2015 ketika fase pertamanya melatih Madrid.
Ancelotti agak terkejut dengan perubahan itu. Sang penyerang sekarang jauh lebih komplet, bisa menjadi eksekutor sekaligus fasilitator. ”Dia tidak hanya bisa menyelesaikan permainan kami (dengan gol), tetapi juga bisa membaca permainan dengan baik. Untuk menyebut Benzema hanya sebagai penyerang adalah sesuatu yang terlalu rendah untuknya. Dia adalah pemain yang lebih lengkap, dengan karakter lebih hebat daripada enam tahun lalu,” ucapnya.
Kelengkapan itulah yang menjadikan Benzema berpotensi menggantikan ”raja” sebelumnya, Ronaldo dan Messi. Penyerang yang sudah mencetak 192 gol dan 104 asis tersebut punya panggung spesial musim ini.
Tak hanya Benzema, dua rekannya dalam trio lini serang Madrid juga berpotensi merebut status ”raja” liga. Eden Hazard dan Gareth Bale kembali menjadi andalan ”El Real” di bawah Ancelotti setelah melewati beberapa musim yang berat.
Gol pertamanya menjadikan permainan ini lebih terbuka. Kami punya ruang lebih untuk memanfaatkan kualitas para pemain.
Hazard akhirnya bisa memulai musim tanpa cedera yang membelenggunya dua musim terakhir. Dia bermain efektif di sisi kiri selama 66 menit melawan Alaves. Pengamat Liga Spanyol, Julio Maldonado, menilai, sang pemain punya kesempatan bangkit musim ini. ”Madrid bisa memercayai Hazard jika dia bisa melupakan cedera engkelnya. Hal itu akan sangat menentukan,” katanya.
Bale juga menemukan harapan baru pada era Ancelotti. Pemain termahal pada musim 2013-2014 itu mendapatkan spot utama dalam rencana sang pelatih. Dia bermain sejak awal pertandingan dalam laga pembuka, sesuatu yang jarang terjadi pada masa pelatih sebelumnya, Zinedine Zidane.
Penyerang sayap asal Wales ini punya kesempatan bangkit setelah dipinjamkan ke Tottenham Hotspurs musim lalu. Ancelotti merupakan sosok pelatih yang bisa mengembalikan kemampuan terbaik anak asuhnya. Hal itu dibuktikan ketika sang pelatih mengembalikan potensi James Rodriguez di Everton. Apalagi, Bale adalah bagian dari kesuksesan fase pertama Ancelotti bersama ”El Real”.
”Hazard bermain sangat baik. Dia membuat permainan menjadi lebih hidup, terutama pada babak kedua. Bale masih akan berkembang lebih baik karena kondisinya belum optimal. Semua di tim ini akan lebih baik pada masa depan,” ujar Ancelotti yang kembali menjalani reuni dengan Benzema, Bale, dan Luka Modric.
Kandidat lain
Di luar bintang Madrid, dua tim raksasa liga, Atletico dan Barcelona, juga punya kandidat pengganti yang menjanjikan. Atletico sebagai juara bertahan bisa memberi warna lewat striker andalan, Luis Suarez, yang mencetak 21 gol musim lalu.
Hal paling berat dialami Barca. Mereka harus mencari ulang sosok sepadan pengganti Messi terlebih dulu sebelum bisa menyumbang nama sebagai ikon liga. Pelatih Barca Ronald Koeman mengaku antusias meski perjalanan musim ini akan sangat sulit.
”Kami pasti akan merindukannya karena dia adalah pemain terpenting dalam sejarah klub. Namun, Anda tidak ingin hidup dalam masa lalu. Pemain berpindah klub, lalu pemain muda akan muncul. Kami memiliki masa depan cerah dengan skuad saat ini, saya senang dengan fakta tersebut,” kata Koeman yang menatap musim kedua melatih Barca.
Barca punya gelandang remaja paling menjanjikan dalam diri Pedri. Pemain 18 tahun ini telah menunjukkan potensi besarnya musim lalu bersama Barca, juga mengantar tim nasional Spanyol ke semifinal Piala Eropa 2020 dan final Olimpiade Tokyo 2020. Pedri akan meneruskan trah yang ditinggalkan Messi, selain juga ada pemain potensial, Ansu Fati, dan penyerang baru, Memphis Depay.
Meski tidak terlalu diperhitungkan, penyerang Villarreal, Gerard Moreno, juga memberikan harapan besar pada liga. Penggawa timnas Spanyol ini bisa menjadi bintang baru setelah menempati peringkat kedua top skor musim lalu (23 gol), tepat di bawah Messi (30 gol).
Sangat sulit menggantikan bakat yang muncul ratusan tahun sekali seperti Messi dan Ronaldo. Namun, Liga Spanyol tidak punya pilihan selain menemukan wajah barunya. Hal ini mengingat magnet salah satu liga paling prestisius di Eropa ini semakin tergerus. (AFP/REUTERS)