Manchester City terus mempersenjatai diri untuk menancapkan hegemoninya di Liga Inggris. Namun, misi itu tidak akan mudah tercapai karena tiga rivalnya, Chelsea, MU, dan Liverpool, gencar berbenah menjelang musim baru.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·5 menit baca
MANCHESTER, JUMAT — Dominasi Manchester City di Liga Inggris dalam kurun empat musim terakhir berpotensi berlanjut pada musim baru, 2021-2022. City tidak berhenti melecut dirinya sendiri dan memaksa para pesaingnya melewati batas untuk mengejar trofi juara liga itu.
Dalam empat musim terakhir, City meraup delapan dari 12 trofi di tiga kompetisi berbeda di Inggris, yaitu Liga Primer, Piala FA, dan Piala Inggris. ”The Citizens” mengoleksi empat Piala Inggris, tiga Liga Primer, dan satu Piala FA. Jumlah trofi itu menjadi penegas hegemoni City bersama manajernya, Pep Guardiola.
Dalam kurun waktu itu, hanya sekali City ”terpeleset”, yaitu kehilangan trofi Liga Primer Inggris yang direbut Liverpool pada musim 2019-2020. Untuk mengudeta City, saat itu, ”The Reds” sampai menembus batas kemampuannya dan meraih 99 poin, angka tertinggi sepanjang sejarah klub itu di liga.
Seolah-olah enggan tersaingi, kegagalan itu mendorong City dan Guardiola membangun tim yang lebih kuat. Mereka memboyong bek Ruben Dias dari Benfica pada awal musim lalu. Hasilnya, City kembali berjaya di Liga Inggris dengan keunggulan 12 poin di puncak pada akhir musim itu. Mereka juga menjuarai Piala Liga dan mencapai final Liga Champions Eropa pertamanya.
Namun, mereka belum puas. City masih penasaran dengan Liga Champions sambil berupaya menjaga dominasi di Liga Inggris. Untuk itu, mereka menambah amunisi jelang musim baru dengan memboyong salah satu talenta terbaik Inggris saat ini, Jack Grealish.
Kehadiran Grealish akan menambah kekuatan lini tengah, sektor yang menjadi poros utama permainan ”tiki-taka” City bersama Guardiola. Tidak hanya itu, mereka masih berambisi mendatangkan Harry Kane, ujung tombak tim nasional Inggris, di dua pekan tersisa jendela transfer pemain musim ini.
Jika itu terwujud, City bakal menandingi Paris Saint-Germain sebagai klub paling menakutkan sejagat saat ini berkat kehadiran bintang baru, seperti Lionel Messi, Sergio Ramos, dan Gianluigi Donnarumma.
Menurut Raheem Sterling, penyerang sayap City, ambisi yang tidak pernah berkesudahan dan dahaga trofi telah tertanam di timnya sejak ditangani Guardiola. ”Kami sangat menikmati menjadi juara sehingga ingin selalu merebut trofi dan tidak ingin tim lainnya meraih prestasi itu. Kami pernah meraih gelar (juara) liga beruntun. Keyakinan itulah yang jadi modal kami memulai musim baru,” ujar Sterling di laman resmi City.
Dominasi City pada era Guardiola telah meningkatkan level persaingan di Liga Inggris. Sebagai contoh, sejak City menjadi juara perdana di era Guardiola hingga musim lalu, rata-rata jumlah angka tim juara Liga Primer adalah 95,75 poin. Itu rata-rata poin tertinggi dalam dua dekade terakhir liga itu. Sebagai perbandingan, pada kurun 2006-2017, rata-rata poin tim juara hanya 89,7 poin.
Selain itu, City mencatatkan rata-rata 89,37 gol selama empat musim terakhir. Catatan gol itu melampaui rata-rata jumlah gol dari para juara Liga Inggris pada 2006-2017, yaitu 84,2 gol.
Maka dari itu, setiap klub yang ingin menjadi juara Liga Inggris harus melampaui catatan City dalam empat musim terakhir itu dan tampil konsisten seperti pernah diperlihatkan Liverpool pada dua musim lalu. Mereka berharap dapat mengulanginya seiring pulihnya bek Virgil van Dijk yang sempat lama absen.
”Kami harus mengejar kemenangan sesering mungkin, apalagi kami bisa kembali didukung fans yang akan menambah semangat tim. Kami butuh penampilan terbaik seluruh pemain untuk meraih target (juara) musim ini,” kata Manajer Liverpool Juergen Klopp dikutip Liverpool TV.
Upaya serius mengejar City juga diperlihatkan rival sekotanya, Manchester United. MU tetap mempertahankan Manajer Ole Gunnar Solskjaer demi menjaga stabilitas tim. Namun, di saat sama, manajemen klub mempersenjatai Solskjaer dengan dua pemain idamannya, penyerang sayap Jadon Sancho dan bek tengah Raphael Varane. Kedua bintang itu diyakini bisa menutupi kelemahan MU pada musim-musim sebelumnya.
Solskjaer sesumbar
Tak heran, Solskjaer sesumbar MU kini telah memiliki skuad lengkap sekaligus terbaik di Inggris. ”Saya kira tidak ada yang bisa melampaui (kualitas) skuad (MU) ini. Namun, untuk menjadi yang terbaik, kami harus bekerja sebagai yang terbaik dan tetap konsistens setiap tiga hari. Itu hal tidak mudah, tetapi kami akan mengupayakannya,” ujarnya ke Sky Sports.
Tidak hanya MU, Chelsea juga gencar menambah amunisi dengan mendatangkan Romelu Lukaku dari Inter Milan. Demi memulangkan striker asal Belgia itu ke Stamford Bridge, ”Si Biru” mengeluarkan 97,5 juta poundsterling (Rp 1,9 triliun). Itu rekor baru bagi Chelsea.
Lukaku akan menjadi sosok sentral dalam perburuan gelar liga di musim ini, terutama bagi Chelsea. Ia datang kembali ke Stamford Bridge di puncak kariernya dan bisa menjamin banyak gol. (Alan Shearer)
Kedatangan Lukaku diharapkan bisa memecahkan masalah efisiensi serangan Chelsea. Pada musim lalu, tingkat konversi (peluang menjadi gol) Chelsea adalah salah satu yang terburuk di Liga Inggris, yaitu hanya 7,9 persen. Mereka hanya lebih baik dari tim-tim papan bawah, seperti Burnley dan Fulham.
Lukaku, yang membawa Inter Milan menjuarai Liga Italia musim lalu, adalah predator gol yang sangat tajam. Ia mencetak 24 gol dengan tingkat efisiensi peluang sebesar 31,17 persen di Liga Italia pada musim lalu.
Menurut Alan Shearer, legenda Liga Inggris, City, MU, Liverpool, dan Chelsea, adalah para favorit juara Liga Inggris musim 2021-2022. Namun, ia menganggap kedatangan Lukaku akan memperbesar peluang Chelsea mengakhiri puasa gelar liga sejak 2016-2017.
”Lukaku akan menjadi sosok sentral dalam perburuan gelar liga di musim ini, terutama bagi Chelsea. Ia datang kembali ke Stamford Bridge di puncak kariernya dan bisa menjamin banyak gol, hal yang tidak dimiliki penyerang Chelsea lainnya pada musim lalu,” ujar Shearer kepada BBC. (REUTERS)