Bonus Dorong Atlet untuk Terus Berprestasi Tinggi
Pemerintah memberikan bonus kepada seluruh kontingen Indonesia di Olimpiade Tokyo. Bonus ini diharapkan jadi pemicu semangat untuk berprestasi lebih baik dan menginspirasi masyarakat untuk jadi olahragawan berprestasi.

Presiden Joko Widodo menyerahkan bonus apresiasi kepada atlet peraih medali pada Olimpiade Tokyo 2020 di halaman Istana Bogor, Jumat (13/8/2021).
JAKARTA, KOMPAS — Sebelum keringat atlet mengering, pemerintah melalui Presiden Joko Widodo memberikan bonus besar kepada seluruh kontingen Indonesia di Olimpiade Tokyo 2020, atlet maupun pelatih.
Bonus ini simbol harapan pemerintah agar atlet ataupun pelatih kian termotivasi meraih prestasi tertinggi. Hal ini sekaligus sosialisasi kepada publik bahwa olahraga bisa memberikan kebanggaan lewat prestasi dan juga bisa menjadi sumber penghidupan.
”Semoga prestasi yang diraih ini dapat menjadi inspirasi, teladan, dorongan, dan motivasi kepada semua atlet dan masyarakat agar terus bekerja keras dan memberikan yang terbaik untuk bangsa dan negara,” ujar Presiden Jokowi menutup acara pemberian apresiasi kepada kontingen Olimpiade Tokyo dari Istana Bogor yang disiarkan secara daring, Jumat (13/8/2021).
Total ada 28 atlet dari delapan cabang yang mewakili Indonesia pada Olimpiade Tokyo 2020. Yang berhasil merebut medali, yakni emas dari ganda putri bulu tangkis Greysia Polii/Apriyani Rahayu, perak dari lifter 61 kg Eko Yuli Irawan, perunggu masing-masing dari pebulu tangkis tunggal putra Anthony Sinisuka Ginting, lifter 49 kg putri Windy Cantika Aisah, dan lifter 73 kg Rahmat Erwin Abdullah.
Apresiasi pemerintah kepada para pahlawan olahraga Indonesia itu terus membaik dalam beberapa tahun terakhir. Terbukti, bonus yang diberikan kepada atlet ataupun pelatih di Olimpiade Tokyo jauh lebih besar dibandingkan yang diterima atlet ataupun pelatih pada Olimpiade Rio de Janeiro 2016.

Presiden Jokowi diapit oleh pasangan ganda putri peraih medali emas Olimpiade Tokyo 2020, Apriyani Rahayu (kiri) dan Greysia Polii.
Berdasarkan data Kementerian Pemuda dan Olahraga, setelah pajak ditanggung pemerintah, atlet peraih emas Olimpiade Tokyo mendapatkan bonus Rp 5,5 miliar per orang, perak Rp 2,5 miliar per orang, dan perunggu Rp 1,5 miliar per orang. Pelatih peraih emas Olimpiade Tokyo memperoleh bonus Rp 2,5 miliar per orang, perak Rp 1 miliar per orang, dan perunggu Rp 600 juta per orang.
Lima tahun lalu, atlet peraih emas Olimpiade Rio mendapatkan bonus Rp 5 miliar per orang, perak Rp 2 miliar per orang, dan perunggu Rp 1 miliar per orang.
Pelatih peraih emas Olimpiade Rio memperoleh bonus Rp 2 miliar per orang, perak Rp 800 juta per orang, dan perunggu Rp 400 juta per orang. Jumlah nominal itu membuat Indonesia menjadi salah satu negara pemberi bonus atlet ataupun pelatih Olimpiade terbesar di dunia.
Baca juga : Mereka yang Diganjar Bonus Atas Prestasinya di Olimpiade Tokyo
Yang terbaru, atlet ataupun pelatih yang belum meraih medali di Olimpiade Tokyo pun mendapatkan bonus, yakni Rp 100 juta per orang. Hal ini tidak pernah terjadi untuk kontingen Olimpiade sebelumnya.
Memang, pola seperti itu pernah dilakukan kepada kontingen Asian Games 2018 Jakarta-Palembang dan Asian Para Games 2018 Jakarta. Akan tetapi, waktu itu, yang menerima bonus cuma atlet, dan besarnya jauh lebih kecil, yakni Rp 20 juta per orang.
Dilihat dari proses penyaluran, bonus yang diterima kontingen Olimpiade Tokyo ini cair sangat cepat dibandingkan bonus Olimpiade atau ajang multicabang sebelumnya.
Kali ini, hanya selang sehari setelah seluruh kontingen menuntaskan karantina sepulang dari Olimpiade Tokyo, atau lima hari setelah penutupan Olimpiade Tokyo, bonus langsung diberikan kepada atlet dan pelatih. Lima tahun lalu, bonus baru diterima atlet dan pelatih sekitar dua bulan setelah Olimpiade Rio ditutup.

Greysia Polii menyerahkan dua raket yang membawanya memenangi pertandingan bulu tangkis ganda putri bersama Apriyani Rahayu di Olimpiade Tokyo 2020 kepada Presiden Joko Widodo. Hal ini dilakukan setelah pertemuan dengan Presiden di Istana Kepresidenan Bogor, Jumat (13/8/2021).
Tujuan bonus
Sekretaris Kementerian Pemuda dan Olahraga Gatot S Dewa Broto mengatakan, tujuan pemberian bonus itu merupakan apresiasi setinggi-tingginya pemerintah kepada atlet ataupun pelatih karena bisa menembus Olimpiade. Mengingat, tak banyak atlet ataupun pelatih yang bisa lolos dari kualifikasi pergelaran multicabang terbesar di dunia tersebut. ”Jadi, negara sudah sepantasnya memberikan apresiasi ini,” katanya.
Selain itu, Gatot menuturkan, bonus juga sebagai simbol pengharapan pemerintah agar atlet ataupun pelatih terus berjuang memberikan prestasi yang jauh lebih membanggakan di kemudian hari. Jangan sampai karena ada bonus untuk seluruh kontingen, baik yang dapat medali maupun tidak, akhirnya ada asumsi yang penting masuk Olimpiade saja karena pasti ada bonusnya.
Jadi, negara sudah sepantasnya memberikan apresiasi ini.
”Kami tidak mengharapkan timbulnya pemikiran seperti itu dan kami yakin atlet pun tidak memiliki niat begitu. Kami yakin semua atlet pasti ingin meraih medali atau prestasi tertinggi di Olimpiade. Ini diharapkan terus dikejar,” tuturnya.
Baca juga: Perhatikan Pembinaan, Bukan Cuma Bonus Mencengangkan
Di samping itu, lanjut Gatot, bonus ini diharapkan menjadi pemicu masyarakat untuk tidak ragu menjadi atlet. Sebab, menjadi atlet bukan cuma bisa memberikan kebanggaan, melainkan juga layak menjadi sumber pendapatan.
”Kami ingin memacing pula agar ekosistem olahraga Indonesia lebih stabil mengarah seperti negara maju, layaknya Amerika Serikat ataupun Australia,” ujarnya.
/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F08%2F2e89294a-d57c-4d78-809d-cfab325f2faa_jpeg.jpg)
Lifter Eko Yuli Irawan (depan) dan pemanah Riau Ega Agatha Salsabila (belakang) seusai menerima bonus secara simbolis dari pemerintah melalui Presiden Joko Widodo kepada seluruh kontingen Indonesia di Olimpiade Tokyo di Istana Bogor, Jawa Barat, Jumat (13/8/2021).
Ketua Komite Olimpiade Indonesia Raja Sapta Oktohari mengutarakan, bonus itu menunjukkan bahwa Presiden memiliki atensi spesial terhadap prestasi olahraga Indonesia di kancah dunia.
”Itu harus menjadi dorongan kepada semua pemangku kepentingan olahraga untuk berperan lebih aktif memastikan atlet bisa mendapatkan prestasi jauh lebih baik, terutama di Olimpiade,” katanya.
Perhatikan proses pembinaan
Ketua Komisi Kepelatihan dan Pendidikan Bidang Target Pengurus Besar Persatuan Menembak Indonesia Glenn C Apfel mengatakan, bonus kepada atlet dan pelatih itu sangat disyukuri dan bakal menjadi motivasi untuk kian berprestasi. Apalagi, berbeda dengan negara maju yang atlet dan pelatihnya sudah sangat ditunjang oleh industri olahraga yang stabil, kesejahteraan atlet dan pelatih di Indonesia masih sangat bergantung pada pemerintah.
Baca juga : Bonus Kontingen Olimpiade Tokyo, Nilai Lebih Besar, Cair Lebih Cepat
Namun, pemerintah jangan hanya memberikan apresiasi kepada atlet. Pemerintah perlu ingat bahwa di balik atlet ada peran pelatih dan pengurus cabang olahraga yang menggemblengnya hingga bisa berprestasi di level internasional.
Sejauh ini, bonus antara atlet dan pelatih masih tidak seimbang. Atlet mendapatkan bonus jauh lebih besar ketimbang pelatih. Padahal, atlet dan pelatih itu satu paket. Tanpa pelatih, atlet tidak mungkin bisa mengembangkan kemampuan.
/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F08%2F1477cf4f-e9d5-46e4-8157-886c1f97a2cb_jpeg.jpg)
Pemerintah melalui Presiden Joko Widodo menyerahkan bonus kepada seluruh kontingen Indonesia di Olimpiade Tokyo di Istana Bogor, Jawa Barat, Jumat (13/8/2021).
”Pengurus cabang lebih miris, nyaris tidak pernah mendapatkan apresiasi. Padahal, pengurus cabang yang mencari bibit atlet di daerah, menyediakan tempat latihan, membina, dan memfasilitasi kejuaraan,” tuturnya.
Baca juga : Bertemu Kontingen Olimpiade, Presiden Hadiahkan Bonus Miliaran Rupiah
Dosen Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Indonesia Dikdik Zafar Sidik mengingatkan, bonus untuk atlet ataupun pelatih harus diberikan, tetapi dengan cara yang bijaksana. Jika tidak, hal itu bisa menjadi bumerang yang membebani anggaran pemerintah di masa mendatang.
Pengurus cabang lebih miris, nyaris tidak pernah mendapatkan apresiasi. Padahal, pengurus cabang yang mencari bibit atlet di daerah, menyediakan tempat latihan, membina, dan memfasilitasi kejuaraan.
Yang jauh lebih penting, pemerintah wajib lebih fokus pada perbaikan kualitas pembinaan atlet agar bisa meraih prestasi lebih baik di Olimpiade edisi-edisi berikutnya. ”Agar proses pembinaan lebih maksimal, anggaran patut menyesuaikan program. Bukan sebaliknya, program yang menyesuaikan anggaran seperti yang kerap terjadi selama ini,” ujarnya.