Kapten tim AS Kevin Durant kembali mengambil tanggung jawab besar ketika final Olimpiade Tokyo. Durant menjadi pahlawan kemenangan AS dalam tiga final Olimpiade berturut-turut.
Oleh
KELVIN HIANUSA dan Agung Setyahadi
·5 menit baca
AFP/GREGORY SHAMUS / POOL
Kapten tim Amerika Serikat Kevin Wayne Durant memasukkan bola ke keranjang saat membela tim AS melawan Perancis pada laga final bola basket putra Olimpiade Tokyo 2020 di Arena Saitama Super, Saitama, Jepang, Sabtu (7/8/2021). Durant mengantar AS mengalahkan Perancis, 87-82, dan merebut medali emas.
TOKYO, KOMPAS – Pelatih Amerika Serikat Gregg Popovich terbukti tepat memilih forward veteran Kevin Durant (32) sebagai kapten. Meski tak banyak bicara, Durant selalu menjawab panggilan ketika dibutuhkan dengan aksi nyata di lapangan. Sang kapten kembali mengantarkan emas Olimpiade bagi negaranya untuk ketiga kali berturut-turut.
Durant memimpin tim AS meraih emas Olimpiade Tokyo 2020 lewat kemenangan atas Perancis, 87-82, pada laga final di Arena Saitama Super, Sabtu (7/8/2021). Pebasket klub NBA Brooklyn Nets ini menjadi inspirator kemenangan lewat sumbangan 29 poin, terbanyak pada laga itu.
Setelah bel akhir berbunyi, Durant dengan pembawaan ”dingin” beralih mengambil bendera AS. Dia menaruh bendera di balik punggung, menjadikannya seperti jubah. Diselimuti bendera, sang kapten bergaya bagaikan seorang pahlawan super.
Sosok super itulah yang menjadi pembeda pada laga final. Durant menjadi tokoh protagonis AS, sekaligus menjadi antagonis untuk Perancis. Lewat hujan tembakan perimeter dengan akurasi 50 persen (9-18), dia menghancurkan mental lawan.
AP PHOTO/ERIC GAY
Kevin Durant menggigit medali emasnya yang ketiga dalam tiga Olimpiade beruntun setelah mengantar Amerika Serikat mengalahkan Perancis pada laga final bola basket putra Olimpiade Tokyo 2020 di Arena Saitama Super, Saitama, Jepang, Sabtu (7/8/2021).
”Kami mencoba membuatnya bekerja sekeras mungkin. Tetapi, dia adalah Kevin Durant. Dia akan menembak, lalu akan masuk. Dia adalah penembak terbaik di bola basket. Saat berada di panggung terbesar, dia akan semakin bersinar,” puji center Perancis, Rudy Gobert, yang hanya bisa menunduk selepas laga.
Hebatnya, tidak hanya sekali ini Durant menyelamatkan AS pada partai perebutan emas. Pemain setinggi 2,08 meter ini juga menjadi pahlawan saat AS berjaya di London 2012 dan Rio 2016. Dia mencetak skor tertinggi, 30 poin, pada dua final tersebut.
Kapten baru pengganti Carmelo Anthony ini sudah mempersembahkan tiga emas beruntun yang diikuti tiga penampilan memukau di final. Tak ayal, dia kini disebut pebasket terhebat dalam sejarah final Olimpiade.
Dominasi Durant di partai puncak tercatat dalam sejarah Olimpiade. Peraih Most Valuable Player NBA 2013-2014 ini mendominasi lima besar pencetak poin terbanyak di final. Dia menempati posisi pertama dan kedua (2012 dan 2016/30 poin) serta keempat (2020/29 poin).
Di antara tiga emas itu, Olimpiade Tokyo menjadi momen paling spesial untuknya. Durant berjuang keras menyatukan rekan-rekannya di tengah kondisi ”berantakan” tim AS yang minim pengalaman bermain bersama.
AFP/POOL/ARIS MESSINIS
Center Perancis Rudy Gobert (kanan) dan forward Amerika Serikat Kevin Durant berjaga dibawah keranjang pada laga final bola basket putra Olimpiade Tokyo 2020 di Arena Saitama Super, Saitama, Jepang, Sabtu (7/8/2021).
”Saya tidak suka membandingkan sesuatu karena semua punya momen tersendiri. Tetapi, ini adalah salah satu perjalanan paling istimewa yang sulit digambarkan. Kemenangan ini terasa indah karena kami telah melewati banyak hal. Tim kami sangatlah luar biasa,” kata Durant, seperti dilaporkan wartawan KompasAgung Setyahadi dari Saitama, Jepang.
Ketika datang ke Tokyo, tim ini sangat minim persiapan karena musim NBA baru saja rampung. Tiga pemain, Devin Booker, Jrue Holiday, dan Khris Middleton, bahkan menyusul ke Tokyo setelah final NBA. Mereka tidak sempat berlatih bersama di AS.
Saya cinta negara ini, juga tim yang luar biasa. Ini adalah pengalaman yang luar biasa.
Kondisi itu diperparah kurangnya pengalaman skuad asuhan Popovich. Sepuluh dari 12 pemain adalah debutan di Olimpiade. Popovich juga pelatih debutan, menggantikan Mike Krzyzewski yang sukses besar pada tiga Olimpiade sebelumnya.
Semua problem itu berujung pada kekalahan AS pada laga pembuka dari Perancis (76-83). Kekalahan itu membuktikan tim asuhan Popovich tidak sekuat yang dibayangkan. Mereka juga diragukan untuk bisa mempertahankan tradisi emas AS.
AFP/MOHD RASFAN
Para pemain Amerika Serikat merayakan kemenangan mereka atas Perancis dalam final basket putra Olimpiade Tokyo 2020 di Arena Saitama Super, Tokyo, Jepang, Sabtu (7/8/2021). Tim AS berhasil menjuara basket putra Olimpiade empat kali berturut-turut (2008, 20012, 2016, 2020).
Durant membangunkan rekan-rekannya seusai kekalahan itu. ”Kami menyatu dengan tujuan untuk mengakhiri semua ini dengan indah. Kami punya tujuan mengembangkan tim ini setiap hari. Semua mulai dari pelatih, pembimbing, hingga pemain, menyatu untuk tujuan itu,” katanya.
Tak hanya bicara, mantan pemain Golden State Warriors ini mengambil tanggung jawab besar di lapangan. Dia selalu menjadi top skor selama tiga pertandingan babak gugur, dari perempat final hingga final. Durant tidak punya pilihan karena pemain bintang lain, seperti Damian Lillard dan Booker, sangat inkonsisten.
Pengamat sekaligus mantan pebasket Kendrick Perkins sampai berkata, tim AS tidak akan pulang tanpa emas jika Durant tidak ada. Mereka, tanpa sang kapten, dianggap lebih mirip tim yang bermain di Summer League, atau kompetisi untuk pemain muda sebelum masuk NBA. Rekan-rekan Durant tampil jauh dari harapan.
Jiwa patriot
Jiwa patriot dalam diri Durant menjadikannya sangat mirip dengan sosok fiksi pahlawan super “Kapten Amerika”. Keduanya sama-sama mau mengorbankan diri untuk kepentingan negara.
Durant memilih hadir di Tokyo saat pemain megabintang lain memutuskan untuk istirahat. Nama-nama besar seperti Stephen Curry dan LeBron James memilih absen karena ingin rehat dari musim NBA yang baru saja selesai. Mereka tidak ingin pulang dari Olimpiade dengan kondisi cedera.
MOHD RASFAN / AFP
Pemain tim Amerika Serikat, Devin Booker (tengah), dan pemain Perancis, Nicolas Batum (kanan), berebut bola dalam final basket putra Olimpiade Tokyo 2020 di Arena Saitama Super, Tokyo, Jepang, Sabtu (7/8/2021). Tim AS mengalahkan tim Perancis, 87-82.
Apalagi, NBA musim lalu bisa dikatakan sebagai “neraka” bagi banyak pemain. Banyak pemain bintang cedera karena libur pramusim tersingkat sepanjang sejarah liga yang diakibatkan dari efek pandemi Covid-19. Cedera itu juga melanda rekan Durant di Nets, Kyrie Irving dan James Harden.
Tetapi, Durant tetap hadir. Padahal, dia baru kembali dari cedera “horor” achilles musim ini. Dia sempat absen semusim karena cedera tersebut. Kesehatan pribadi itu dikesampingkan demi tugas negara.
Kata Durant, perjuangannya terbayar lunas ketika bisa mendapat medali emas untuk negara. “Saya cinta negara ini, juga tim yang luar biasa. Ini adalah pengalaman yang luar biasa,” ucapnya yang sama sekali tidak menyesal tidak bisa beristirahat setelah playoff NBA.
Di sisi lain, pelatih Perancis Vincent Collet menilai timnya punya masa depan cerah. Meski harus puas dengan perak, mereka menunjukkan potensi terbaik dengan mengalahkan AS di babak grup, juga menyulitkan tim raksasa itu di final. "Saya sudah pasti sangat kecewa, tetapi juga bangga, bisa meraih medali setelah 21 tahun. Pemain kami telah bekerja keras, juga bermain cerdik hari ini," ungkap Collet.
AFP/MOHD RASFAN
Bintang Amerika Serikat Kevin Durant (kanan) memeluk erat guard Australia Patty Mills yang meraih medali perunggu usai penyerahan cabang bola basket putra Olimpiade Tokyo 2020 di Arena Saitama Super, Saitama, Jepang, Sabtu (7/8/2021).
Kapten tim Perancis Nicolas Batum mengakui, timnya melakukan banyak kesalahan di laga final. Mereka melakukan 18 kali turnover yang langsung berbuah 20 poin untuk AS. Kesalahan ini akan dijadikan bekal untuk masa mendatang.
"Kami ingin meraih medali emas, tetapi sayangnya tidak bisa. Saya pikir kami memberikan 100 persen dan publik bisa melihat bahwa kami tim basket yang bagus. Laga ini menunjukan bahwa bola basket Perancis memiliki masa depan yang cerah," ujarnya.
Sementara itu, perjalanan sensasional pemain andalan Slovenia Luka Doncic harus berakhir getir. Doncic gagal mengantar negaranya untuk meraih medali perunggu setelah kalah dari Australia, 93-107.
Doncic seperti biasanya tampil dominan dengan 22 poin, 8 rebound, dan 7 assist. Namun, panggung pemain Dallas Mavericks itu direbut oleh penampilan mengejutkan dari guard Australia Patty Mills yang mencatat 42 poin dan 9 assists.