Tim bola basket AS datang ke final Olimpiade dengan roh berbeda. Mereka membawa prinsip ”Wajah Kuat” yang sudah terbukti sukses melahirkan tiga emas beruntun di Olimpiade.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·5 menit baca
AP/POOL/GREGORY SHAMUS
Pebasket AS, Devin Booker (tengah), berusaha melewati pebasket Australia, Nic Kay (kiri), untuk mencetak angka pada semifinal basket putra dalam Olimpiade Tokyo 2020, di Saitama Super Arena, Saitama, Kamis (5/8/2021). Tim AS menang dengan skor 97-78.
TOKYO, JUMAT — Tim bola basket Amerika Serikat menghadapi momok paling menakutkan di final Olimpiade Tokyo 2020, yaitu Perancis. Meskipun dibayangi kekalahan dari Perancis pada laga pembuka, Kevin Durant dan rekan-rekan tetap yakin meraih emas. Mereka akan bertarung dengan ”Wajah Kuat”, sebuah prinsip yang diwariskan mantan pelatih Mike Krzyzewski.
Duel ulangan laga Grup A akan tersaji kembali dalam laga perebutan emas Olimpiade. Setelah kalah mengejutkan saat laga pembuka (76-83), sang juara bertahan tiga kali beruntun akan ditantang lagi oleh Perancis di Arena Saitama Super, Sabtu (7/8/2021).
Pelatih tim AS Gregg Popovich berkata, skuadnya akan datang dengan mentalitas berbeda. Mereka akan menerapkan prinsip ”Wajah Kuat” yang selalu dipakai oleh Krzyewski atau ”Coach K” saat meraih tiga emas beruntun di Beijing 2008, London 2012, dan Rio 2016.
(Wajah Kuat) intinya adalah fokus pada permainan selanjutnya. Anda tidak bereaksi pada kesalahan rekan, atau tiupan pelanggaran wasit. Tidak ada yang peduli jika tembakan Anda meleset. (Gregg Popovich)
”(Wajah Kuat) intinya adalah fokus pada permainan selanjutnya. Anda tidak bereaksi pada kesalahan rekan, atau tiupan pelanggaran wasit. Tidak ada yang peduli jika tembakan Anda meleset,” ucap Popovich menjelang final.
AFP/NEIBERGALL / POOL
Pebasket Amerika Serikat, Jrue Holiday, memasukkan bola dengan dunk saat laga semifinal basket putra antara AS melawan Australia pada Olimpiade Tokyo 2020, di Saitama Super Arena, Saitama, Kamis (5/8/2021). Tim AS menang dengan skor 97-78.
Prinsip tersebut membuat semua peran dan tugas pemain setara di lapangan. Tidak ada satu pun pemain yang berhak kecewa dan marah kepada rekannya karena berstatus pemimpin ataupun megabintang.
”Anda tidak punya hak (untuk menunjukkan rasa kecewa). Anda berutang pada tim ini dan tugas Anda hanya bermain sebaik mungkin di penguasaan berikutnya. Itulah yang disebutnya (Coach K) sebagai ’Wajah Kuat’. Kami mencoba mengadaptasi itu,” ucap pelatih debutan di Olimpiade tersebut.
Tuah ”Wajah Kuat” ini ternyata merupakan rahasia di balik karakter mesin diesel tim AS. Mereka sukses memenangi tiga laga sebelumnya, melawan Australia (semifinal), Spanyol (perempat final), dan Ceko (babak grup) setelah tertinggal lebih dulu. Tim peringkat satu dunia versi FIBA ini bisa bangkit setelah penampilan buruk pada awal laga.
Misalnya saja, ketika Durant dan kawan-kawan menang atas Australia. Mereka sempat tertinggal 15 poin karena tidak bisa memasukkan 10 kali beruntun lemparan tiga poin. Namun, mereka tetap mendukung satu sama lain. Hasilnya, mereka mulai menghujani tiga poin ke keranjang lawan.
AFP/BRIAN SNYDER / POOL
Pemain Australia, Dante Exum (kiri), pemain Amerika Serikat, Kevin Durant (tengah), dan Devin Booker, berebut bola rebound pada semifinal basket putra dalam Olimpiade Tokyo 2020, di Saitama Super Arena, Saitama, Kamis (5/8/2021). Tim AS menang dengan skor 97-78.
Kekompakan inilah yang tidak terlihat saat laga pembuka. Tim AS ditaklukkan Australia karena kehilangan percaya diri. Mereka sudah unggul dua digit jelang akhir laga, tetapi bisa disusul akibat kesalahan beruntun yang terus terjadi. Kumpulan pemain bintang NBA itu seperti berjalan masing-masing di lapangan.
Kata Durant, tidak sulit untuk memperagakan prinsip warisan itu. Dia sudah berpengalaman dalam dua Olimpiade sebelumnya bersama ”Coach K”. Selain itu, dia melihat rekan setim lain juga punya karakter berdarah dingin. ”Kami tahu cara mengendalikan diri sendiri. Seperti ’Wajah Kuat’ yang disampaikan Popovich, kami bisa tetap tenang,” ucap sang kapten dikutip The Washington Post.
Prinsip ”Wajah Kuat” punya peran besar untuk menentukan kesuksesan tiga emas beruntun AS. ”Coach K” menggunakan prinsip ini demi menekan ego para pemain. Contoh suksesnya, dia bisa mengharmoniskan megabintang dengan ego selangit seperti LeBron James, Kobe Bryant, dan Carmelo Anthony pada Beijing 2008.
AS bersama pemain hebat, seperti Durant, Damian Lillard, dan Jayson Tatum, datang ke Tokyo dengan status tim terkuat. Bermodal itu, mereka hanya bisa hancur oleh diri sendiri. ”Ini adalah tentang kami, bagaimana kami bisa menyelesaikan pekerjaan ini dengan baik. Sejak hari pertama, kami sudah menatap momen ini (final),” ujar Durant.
AP/ERIC GAY
Pemain Australia, Jock Landale (13), berebut bola dengan pemain Amerika Serikat, Kevin Durant (7), pada laga semifinal basket putra dalam Olimpiade Tokyo 2020, di Saitama Super Arena, Saitama, Kamis (5/8/2021). Tim AS menang dengan skor 97-78.
Perancis tidak takut dengan kesatuan tim lawan. Seperti dikatakan bintang Perancis dari tim NBA, New York Knicks, Evan Fournier, mereka jauh lebih solid sebagai tim. Terbukti tim peringkat ke-7 dunia ini adalah satu-satunya yang belum terkalahkan di Tokyo. ”Mereka lebih baik dari sisi individu, tetapi mereka bisa dikalahkan sebagai satu tim,” ucapnya.
Fournier begitu yakin karena tim Perancis tidak dibetuk dalam ”satu malam” seperti sang lawan. Contohnya, dia bersama center Rudy Gobert sudah berpasangan sejak Kejuaraan Eropa U-20 pada 2011. Di sisi lain, nyaris seluruh pemain AS, kecuali Durant dan Draymond Green, baru pertama kali tampil di Olimpiade.
Bagi skuad Perancis, ini adalah kesempatan terbesar mereka untuk meraih emas Olimpiade. Sebelumnya, mereka pernah lolos final dua kali (1948 dan 2000), tetapi selalu kandas di tangan AS.
”Kami paham tim AS adalah favorit di final kali ini, seperti juga di semua laga sebelumnya. Saya hanya berharap kami bermain dengan api dan energi yang sama seperti laga pertama,” ucap pelatih Perancis Vincent Collet setelah mengalahkan tim kejutan Slovenia, 90-89, di semifinal.
AFP/ARIS MESSINIS
Pelatih timnas basket AS Gregg Popovich memberikan instruksi kepada pemainnya saat melawan Australia pada semifinal basket putra dalam Olimpiade Tokyo 2020, di Saitama Super Arena, Saitama, Kamis (5/8/2021). Tim AS menang dengan skor 97-78.
Perancis bisa mengancam dari area dalam bersama Gobert dengan tubuh setinggi 2,16 meter. Posisi center adalah satu-satunya kelebihan mereka. Sebab, Popovich memutuskan untuk bermain dengan ”bola kecil” tanpa center murni. AS punya center murni, Javale McGee, tetapi hanya pemain pelapis yang jarang dimainkan.
Pertarungan sengit akan terjadi di antara penembak para finalis. AS punya Durant yang mencetak 19 poin per gim (ppg), sementara Perancis bisa mengancam dengan Fournier yang mencatat 19,2 ppg. Pemenang duel penembak ini bisa menentukan peraih emas di Tokyo.
Laga ini akan dilanjutkan dengan perebutan perunggu antara Slovenia versus Australia pada Sabtu malam. Bagi guard andalan Slovenia, Luka Doncic, duel tersebut menjadi kesempatan terbaik untuk menuliskan sejarah baru.
Jika menang, Doncic yang menjadi magnet perhatian selama di Tokyo akan akan menjadi bagian sejarah indah. Slovenia yang merupakan tim debutan akan meraih medali Olimpiade pertama. Mereka akan menjadi debutan yang sukses meraih medali sejak terakhir kali dilakukan oleh Kroasia (perak) dan Lithuania (perunggu) pada Olimpiade Barcelona 1992. (AP/REUTERS)