Malam Pengukuhan Dominasi Janja Garnbret di Panggung Terbesar
Janja Garbret mengukuhkan diri sebagai ratu panjat tebing dunia. Dia melengkapi gelar juara dunia dan peringkat satu dunia dengan medali emas Olimpiade dalam debut panjat tebing di Olimpiade Tokyo 2020.
Oleh
JOHANES WASKITA UTAMA
·5 menit baca
TOKYO, JUMAT - Debut panjat tebing di Olimpiade Tokyo 2020 berakhir di Aomi Urban Sports Park, Tokyo, Jumat (6/8/2021). Final nomor kombinasi putri di hari pamungkas pun berubah menjadi malam pengukuhan Janja Garnbret sebagai atlet panjat tebing putri terbaik dunia.
Atlet putri Slovenia itu melengkapi gelar juara dunia panjat tebing miliknya dengan penghargaan tertinggi di olahraga. Garnbret tampil sangat dominan, terutama di nomor bouldering, yang mengantarnya menjadi peraih medali emas panjat tebing putri pertama di Olimpiade.
Saat pemanjat belia Korea Selatan Seo Chae-hyun (17), yang menjadi atlet terakhir di nomor lead terjatuh di titik panjat 35+, dua titik panjat lebih rendah dari yang dicapainya, Garnbret terlihat menitikkan air mata. Semua beban di pundaknya, yang dirasakan jelang Olimpiade, terlepas sudah.
Dia kemudian berjalan ke panggung, memeluk dua pemanjat putri tuan rumah, Miho Nonaka dan Akiyo Noguchi, yang juga tengah mengangis haru karena mereka merebut medali perak dan perunggu.
Secara total, Garnbret merebut medali emas nomor kombinasi dengan poin 5, hasil perkalian peringkat 5 di nomor speed, peringkat pertama bouldering, dan peringkat pertama lead. Nonaka mengumpulkan 45 poin (speed 3, bouldering 3, lead 5), disusul Noguchi dengan 64 poin (speed 4, bouldering 4, lead 4).
Nomor kombinasi melombakan tiga disiplin, yakni speed, bouldering, dan lead. Atlet mendapat poin sesuai peringkat yang diperolehnya dari tiap nomor. Ketiga poin ini akan dikalikan untuk menentukan poin akhir, dan pemanjat dengan poin terkecil keluar sebagai pemenang.
”Rasanya luar biasa. Saya sangat gembira sampai tidak bisa menjelaskannya. Ini mimpi yang jadi kenyataan. Sejak lima atau enam tahun lalu, saya menulis di instagram, \'Sampai jumpa di Tokyo\',” kata atlet putri berusia 22 tahun itu.
Garnbret mengungkapkan, tekanan yang dirasakannya sangat besar mengingat posisinya sebagai pemanjat tebing putri peringkat satu dunia dan enam kali juara dunia panjat tebing, masing-masing dua kali di nomor lead (2016, 2019), bouldering (2018, 2019), dan kombinasi (2018, 2019).
”Saya menaruh tekanan di pundak saya sendiri, karena merasa mendapat tekanan dari seluruh dunia. Akhirnya saya mencoba membayangkan tengah berada di Innsbruck, Austria, mengikuti seri Piala Dunia, dan ini hanya sebuah latihan,” ujarnya.
Lebih cepat
Berbeda dengan penentuan peraih emas nomor kombinasi putra, sehari sebelumnya, yang harus ditentukan hingga pemanjat terakhir, kemenangan Garnbret bisa ditentukan lebih cepat.
Berbekal poin 5 dari nomor speed dan poin 1 setelah mendominasi bouldering, Garnbret mendaki dinding lead sebagai pebalap urutan kelima dari delapan finalis. Di dinding setinggi 15 meter dengan tingkat kesulitan tinggi itu, Garnbret mencapai titik panjat 37+. Hasil itu lebih baik daripada Noguchi (29+) dan empat atlet lain sebelumnya.
Di belakang Garnbret, terdapat tiga pemanjat, yakni Nonaka, dan dua atlet spesialis lead, yakni juara dunia lead 2018 Jessica Pilz dan Seo sebagai pemanjat terakhir. Dari tiga atlet ini, hanya Nonaka yang masih berpeluang merebut medali emas dari genggaman Garnbret. Nonaka yang berbekal 9 poin (speed 3, bouldering 3) akan merebut medali emas bila mampu mendaki lebih tinggi dari Garnbret di nomor lead, merebut poin 1 dan menggeser pesaingnya itu ke posisi kedua.
Ternyata, Nonaka tak mampu melewati sulitnya rintangan dan terjatuh di titik panjat 21. Pilz kemudian mencapai titik panjat 34+ dan Seo 35+, membawa mereka ke posisi ketiga dan kedua di lead. Namun, hasil buruk di dua nomor sebelunnya—Pilz dengan 30 poin (speed 6, bouldering 5) dan Seo 56 poin (speed 8, bouldering 7)—membuat mereka tak mampu bersaing merebut medali. Garnbret pun dipastikan merebut medali emas.
Rasanya luar biasa. Saya sangat gembira sampai tidak bisa menjelaskannya. Ini mimpi yang jadi kenyataan. Sejak lima atau enam tahun lalu, saya menulis di instagram, \'Sampai jumpa di Tokyo\'.
Setelah memeluk Nonaka dan Noguchi, Garnbret turun dari panggung, memeluk pelatih dan rekan-rekannya dari tim Slovenia, termasuk sesama pemanjat tebing, Mia Krampl, yang tersisih di babak kualifikasi.
Rekor dunia
Kesuksesan panjat tebing pada debutnya di Olimpiade juga terlihat dari ramainya para pendukung di bangku penonton. Meski tertutup untuk penonton umum, Aomi Urban Sports Park terletak tak jauh dari Wisma Atlet, sehingga atlet yang tak lagi bertanding berbondong-bondong datang menyaksikan. Hanya mereka yang memiliki kartu idnentitas (ID card) Olimpiade yang bisa duduk di bangku penonton.
Di antara mereka terdapat ratu lontar martil asal Polandia, Anita Wlodarczyk, yang beberapa hari lalu merebut medali emas ketiganya di Olimpiade. Kehadiran Wlodarczyk secara tidak langsung memompa semangat rekan senegaranya, Alexandra Miroslaw, yang menjadi unggulan pertama di nomor speed.
Juara dunia nomor speed 2018 dan 2019 itu tampil memukau di nomor pembuka, dan maju ke final menghadapi sesama spesialis speed Anouck Jaubert (Perancis). Di final, Miroslaw melaju cepat dan mencatat waktu 6,84 detik untuk memecahkan rekor dunia. Rekor dunia sebelumnya dipegang Iuliia Kaplina (Kontingen Olimpiade Rusia) dengan waktu 6,96 detik.
Nonaka dan Noguchi bersaing memperebutkan posisi ketiga dan keempat, sedangkan Garnbret mengalahkan Pilz untuk menempati posisi kelima. Meski hanya posisi kelima, Garnbret terlihat sangat gembira mencatat waktu 7,81 detik, waktu tercepat yang pernah diraihnya. Sebelum Olimpiade, dia mengaku nomor speed bukanlah kekuatannya, dan dia bekerja keras untuk memperbaiki penampilannya di nomor yang mengadu kecepatan pebalap mendaki dinding setinggi 15 meter, satu lawan satu itu.
Namun, penampilan terbaik Garbret diperlihatkannya di nomor bouldering. Setelah menyapu habis semua puncak dari empat masalah pendakian di kualifikasi, Garbret menjadi satu-satunya pemanjat yang menyelesaikan puncak bouldering di final. Tak hanya satu, Garnbret memuncaki dua jalur pertama, bahkan puncak kedua dicapainya hanya dalam sekali usaha.
Pendaki kelahiran Slovenj Gradec, Slovenia, 12 Maret 1999 ini sudah memastikan posisi teratas di bouldering sebelum masalah ketiga. Di problem terakhir ini, dia hanya mencapai titik zone tanpa mencapai puncak, lalu menyimpan tenaganya untuk berlaga di nomor lead.
Sementara itu, hasil yang dicapai Nonaka dan Noguchi menghapus kekecewaan tuan rumah setelah rekan mereka yang menjadi unggulan teratas putra, Tomoa Naarasaki, gagal meraih medali. Khusus bagi Noguchi (32), yang memutuskan pensiun usai Olimpiade, medali perunggu ini mengakhiri karier cemerlangnya sejak 2005 di dunia panjat tebing. Selama 17 tahun, Noguchi mengoleksi empat medali perak dan tiga perunggu kejuaraan dunia, serta delapan kali juara Piala Dunia, yang membuatnya sangat dihormati sesama atlet panjat tebing. (AFP/REUTERS)