Pelari Bahama, Shaunae Miller-Uibo, meraih emas di Olimpiade Tokyo 2020 dari nomor 400 meter putri. Kemenangan telak di Tokyo membalas kekalahannya dari pelari AS, Allyson Felix, di Olimpiade Rio de Janeiro 2016.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·3 menit baca
Lima tahun lalu, Shaunae Miller-Uibo harus menjatuhkan diri untuk mendahului Allyson Felix saat mencapai finis pada final lari 400 meter putri Olimpiade Rio de Janeiro 2016. Kali ini, di Olimpiade Tokyo 2020, Miller-Uibo unggul telak atas Felix yang masih menjadi pesaing terkuatnya.
Miller-Uibo mempertahankan medali emas dalam penampilan yang tak tersaingi tujuh finalis lainnya dalam final di Stadion Olimpiade, Tokyo, Jepang, Jumat (6/8/2021). Pelari Bahama itu menjadi yang tercepat dengan catatan waktu 48,36 detik, lebih cepat 1,10 detik dari Felix (AS) yang mendapat medali perunggu. Finis pada posisi kedua dalam nomor yang menuntut kecepatan sekaligus daya tahan ini adalah pelari Dominika, Marileidy Paulino, dengan waktu 49,20 detik.
Waktu yang dicatat Miller-Uibo menjadi rekor baru di kawasan Amerika Utara, Amerika Tengah, dan Karibia. Catatan itu lebih cepat dari 49,08 detik yang dibuatnya pada kejuaraan di Oregon, April.
Saya sangat senang, bahkan bisa menangis karena senangnya. Setelah berjuang dengan berbagai cedera, saya bisa berhasil.
”Saya sangat senang, bahkan bisa menangis karena senangnya. Setelah berjuang dengan berbagai cedera, saya bisa berhasil,” katanya.
Semula, pelari berusia 27 tahun itu hanya akan fokus pada nomor 200 meter karena penampilannya yang konsisten pada nomor tersebut tahun ini. Namun, pada nomor itu, dia akhirnya gagal mendapat medali karena finis pada urutan terakhir (kedelapan) di final.
Miller-Uibo, yang kalah dari Salwa Eid Naser (Bahrain) dalam Kejuaraan Dunia Atletik Doha 2019, tak mendapat perlawanan ketat dari pelari lain. Keunggulan telaknya terlihat ketika memasuki lintasan lurus dalam 100 meter terakhir. Persaingan ketat terjadi untuk memperebutkan perak dan perunggu.
Ini berbeda dengan final lima tahun lalu. Setelah gagal finis pada penyisihan London 2012, Miller-Uibo dinilai sebagai rival berat Felix di Rio de Janeiro 2016. Ini berkat medali perak yang didapatnya dari Kejuaraan Dunia Beijing 2015. Dia hanya berada di belakang Felix.
Miller-Uibo sebenarnya unggul saat lomba tersisa 100 meter di Rio de Janeiro. Namun, Felix menambah kecepatan dan mendekati hingga Miller-Uibo bisa melihatnya sejajar dengannya menjelang finis. Tekad untuk mengungguli sang senior membuatnya menjatuhkan diri ke depan.
Meski sangat berisiko menimbulkan cedera, setelah tubuh memproduksi banyak asam laktat, cara itu ternyata berhasil. Tubuh bagian atasnya melewati finis lebih dulu dibandingkan Felix. Foto finis saat Miller-Uibo menjatuhkan diri menjadi foto yang begitu terkenal.
”Saya tak pernah merencanakan finis dengan cara itu. Namun, saya ingin membuat Bahama bangga. Saya ingin seperti tim putri ketika mendapat emas estafet 4 x 100 meter di Sydney 2000. Orang-orang di Bahama merayakan kemenangan itu setelah menonton TV,” komentar Miller-Uibo mengenang kembali penampilannya, lima tahun lalu.
Bagi Felix, meski gagal meraih emas, dia telah menyejajarkan namanya dengan Carl Lewis sebagai peraih medali terbanyak bagi AS dari cabang atletik, yaitu dengan 10 medali. Dari 10 medali itu, Felix mendapat enam emas, sementara Lewis dengan sembilan emas. Lewis pun langsung memberi ucapan selamat melalui Twitter.
Pelari berusia 35 tahun itu mendapat kesempatan untuk menambah medali dari nomor estafet 4 x 400 meter dalam Olimpiade terakhirnya. Menjalani debut di Athena 2004, ini menjadi Olimpiade kelima bagi Felix.
Selain medali, hal lain yang membuat pencapaian di Tokyo ini lebih bermakna karena Felix melakukannya setelah menjadi ibu. Dia melahirkan putrinya, Camryn, pada 2018.
”Kehadiran anak mengubah segalanya. Itu memberi saya motivasi lebih besar. Berada di panggung ini (Olimpiade) menjadi lebih berarti setelah saya menjadi ibu,” katanya. (REUTERS)