Greysia dan Eko Yuli Bersedia Membantu Regenerasi Atlet
Pebulu tangkis Greysia Polii dan lifter Eko Yuli mengungkapkan rencana masa depannya seusai meraih medali di Olimpiade Tokyo. Sambil menunggu waktu yang tepat untuk pensiun, mereka bersedia menjadi mentor bagi yuniornya.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Pemain bulu tangkis Greysia Polii dan lifter Eko Yuli Irawan bersedia memikirkan ulang rencana pensiun untuk membantu regenerasi atlet di cabang olahraga keahliannya masing-masing. Kedua atlet senior peraih medali di Olimpiade Tokyo itu diharapkan bisa membimbing para yuniornya agar tidak kalah berprestasi di ajang Olimpiade berikutnya, Paris 2024.
Hal itu mengemuka dalam konferensi pers daring bersama atlet-atlet peraih medali Olimpiade Tokyo yang digelar Komite Olimpiade Indonesia (KOI), Jumat (6/8/2021). Dalam acara itu, rencana ke depan, termasuk pensiun, menjadi topik yang banyak ditanyakan wartawan ke Greysia dan Eko.
Seusai meraih medali emas nomor ganda putri bulu tangkis di Olimpiade Tokyo, yaitu bersama Apriyani Rahayu, kini Greysia seolah-olah berada di persimpangan jalan. Mengingat usianya sudah 33 tahun, maka tidak lagi mudah baginya untuk terus melanjutkan kariernya di bulu tangkis seperti kebanyakan para atlet muda.
”Sekarang, saya menunggu waktu yang tepat untuk menyatakan pensiun dari bulu tangkis. Sebab, saya sudah menikah. Dalam kehidupan, kita harus tahu kapan saatnya berhenti dan melanjutkan kehidupan yang lain. Akan tetapi, saya belum bisa bilang kapan waktunya,” kata Greysia yang kini ingin menjalani kariernya sebagai atlet dengan nothing to lose alias mengalir.
Kata pensiun sebetulnya tidak lagi asing bagi Greysia. Empat tahun lalu, ia sempat menyatakan Olimpiade Rio de Janeiro 2016 sebagai Olimpiade terakhirnya. Hal itu didorong kegagalan dia dan pasangannya saat itu, Nitya Krishinda Maheswari, meraih medali. Ketika itu, mereka terhenti di perempat final. Tidak lama, Nitya mengalami cedera lutut. Greysia pun tidak punya pasangan bermain saat itu.
”Sejak kecil, saya terbiasa memasang goals (target) untuk diri saya. Ketika gagal mencapai target (di bulu tangkis), saya harus siap-siap pensiun dan melanjutkan target lain di luar bulu tangkis. Saya sempat kehilangan semangat karena pengalaman besar yang menimpa saya (didiskualifikasi di Olimpade London 2012). Pada 2016, patner saya (Nitya) cedera. Itu jadi ancang-ancang saya untuk pensiun,” ujarnya.
Rencana lain
Rencananya untuk pensiun saat itu tertunda setelah diduetkan dengan Apriyani pada 2017. Namun, godaan untuk pensiun kembali muncul setelah Greysia dipersunting Felix Djimin, akhir 2020 lalu. Ia harus memikirkan rencana lain di luar kariernya sebagai atlet, antara lain kapan saatnya untuk memiliki anak.
”Sebagai atlet wanita, kami tidak bisa meneruskan karier semudah atlet laki-laki sehabis menikah,” ungkap Greysia.
Setali tiga uang, Eko mulai berpikir untuk pensiun setelah meraih medali perak nomor 61 kilogram putra di angkat besi Olimpiade Tokyo. Itu menjadi medali keempatnya setelah melakukan debutnya di Olimpiade pada 2008 silam di Beijing, China. Ia pun tercatat sebagai olimpian asal Indonesia yang paling konsisten, yaitu selalu meraih medali dari empat kali tampil di Olimpiade.
Kini, Eko telah berusia 32 tahun. Tidaklah mudah baginya untuk kembali bersaing, apalagi mengejar medali emas yang belum pernah diraihnya, di Olimpiade Paris 2024. Saat itu, usianya akan mencapai 35 tahun.
Ia pun juga berada di persimpangan jalan hidup. ”Untuk pensiun, mungkin sekarang belum. Cita-cita meraih emas belum tercapai. Tetapi, lihat nanti progress (perkembangan) ke depan. Mudah-mudahan saya masih bisa bersaing untuk 2024 nanti,” tuturnya.
Meskipun pensiun adalah hal yang tidak bisa dihindari, sejumlah pihak meminta kedua atlet mantap menunda pensiun, Permintaan itu salah satunya datang dari Imelda Wigoeno, mantan atlet bulu tangkis yang juga Ketua Harian Klub PB Jaya Raya, untuk Greysia.
Ia berharap kejadian anjloknya performa sektor tunggal putri bulu tangkis Indonesia seusai ditinggal pensiun Susy Susanti, beberapa dekade lalu, tidak terulang kembali. Menurut Imelda, dalam sebuah diskusi daring beberapa hari lalu, Greysia perlu menunda pensiun hingga muncul penggantinya yang sepadan di ganda putri.
Harapan serupa disampaikan Rosan P Roeslani, Ketua Rombongan Kontingen Indonesia di Olimpiade Tokyo. Ia berharap para atlet senior, seperti Greysia dan Eko, tetap berkiprah untuk membantu tim Indonesia meningkatkan prestasi dan medali di Olimpiade 2024.
Kami mesti mempersiapkan hari tua sejak jauh-jauh hari. Bonus ini sangat menolong kami.(Anthony Ginting)
Menurut Rosan, Greysia dan Eko bisa menjadi mentor atau pendamping yang dapat membantu atlet-atlet yunior mengembangkan potensinya dalam tiga tahun ke depan. Ketua Umum Pengurus Besar Perkumpulan Angkat Besi Seluruh Indonesia (PB PABSI) itu bakal mendukung Eko mengikuti kualifikasi Olimpiade 2024 dengan syarat masih bisa menjaga kebugaran dan kualitasnya.
”Selain itu, saya minta Eko sekalian membimbing para yuniornya. Ia bisa berbagi ilmu dan pengalaman agar yuniornya bisa turut meningkatkan prestasinya. Saya lihat, untuk 2024 nanti, angkat besi tak hanya bisa mempertahankan tradisi medali, melainkan pula mencanangkan medali emas,” ujar Rosan.
[embed]https://youtu.be/ksZ8sGhCq_8[/embed]
Selain lifter putri Windy Cantika Aisah (19) yang meraih perunggu 49 kg dan lifter Rahmat Erwin Abdullah (20) yang menyabet perunggu 73 kg di Olimpiade Tokyo, ada sedikitnya empat lifter muda lain yang siap tampil dan berprestasi di Olimpiade Paris.
Adapun sehabis Olimpiade Tokyo, Rosan bakal menduduki jabatan baru sebagai Duta Besar Republik Indonesia di Amerika Serikat. Kendati demikian, dia berjanji tidak akan meninggalkan jabatannya sebagai Ketua Umum PB PABSI yang berakhir pada 2025. Dia punya komitmen untuk mengantarkan angkat besi Indonesia meraih emas pertama di Olimpiade.
Bonus ditabung
Menyikapi harapan itu, baik Greysia dan Eko akan memikirkan masak-masak soal rencana pensiun. Namun, yang pasti, kedua atlet berkomitmen kuat untuk membimbing para yuniornya. Menurut Eko, banyak yuniornya di angkat besi yang memiliki potensi berkembang. Ia ingin membantu mengerahkan potensi mereka.
Sementara itu, terkait bonus, para peraih medali Olimpiade Tokyo mengucapkan terima kasih atas banjirnya apresiasi dari berbagai pihak. Sejumlah informasi menyebutkan, peraih emas akan mendapatkan bonus Rp 5 miliar, perak Rp 2 miliar, dan perunggu Rp 1 miliar, dari pemerintah. Selain itu, masih ada puluhan hadiah yang menanti mereka dari pemerintah daerah dan pihak-pihak lain.
”Semua bonus itu akan saya tabung untuk hari tua. Atlet, terutama bulu tangkis, ada batasan usia prestasi yang biasanya menurun di usia 31-32 tahun. Jadi, kami mesti mempersiapkan hari tua sejak jauh-jauh hari. Bonus ini sangat menolong kami,” ujar Anthony Sinisuka Ginting, tunggal putra bulu tangkis peraih perunggu di Olimpiade Tokyo.
Ada pula atlet yang bakal menggunakan berbagai bonus dan hadiah itu untuk investasi. ”Selain ditabung, saya akan menggunakan bonus untuk bisnis agar uangnya terus meningkat dan bisa dimanfaatkan untuk masa depan (selepas menjadi atlet),” kata Apriyani.