Sempat Minta Maaf ke Ibu, Nageotte Rebut Emas Loncat Galah
Peloncat galah putri Amerika Serikat Katie Nageotte sempat dua kali gagal dalam upaya pertama. Namun, dia bisa melesat menjadi peraih emas karena menemukan kepercayaan diri ganda setelah meminta maaf kepada ibunya.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·3 menit baca
TOKYO, KAMIS – Dimulai dengan permintaan maaf kepada ibunya, peloncat galah putri Amerika Serikat, Katie Nageotte, seolah mendapatkan keberanian ganda dan keluar sebagai pemenang final loncat galah putri Olimpiade Tokyo 2020 di Stadion Olimpiade Tokyo, Jepang, Kamis (5/8/2021) malam. Atlet berusia 30 tahun itu meraih emas dengan loncatan terbaik 4,90 meter.
Adapun medali perak direbut atlet Komite Olimpiade Rusia (ROC), Anzhelika Sidorova, dengan loncatan terbaik 4,85 meter. Peraih emas loncat galah putri Kejuaraan Dunia 2019 Doha, Qatar, ini unggul dalam efektivitas percobaan loncatan atas atlet Inggris Raya, Holly Bradshaw, yang merengkuh perunggu dengan loncatan terbaik yang sama.
”Kita semua telah melalui begitu banyak hal dengan Covid-19 dan segalanya. Ini adalah mimpi terbesar saya (meraih emas Olimpiade). Saya menjalani mimpi tersebut,” ujar Nageotte yang sempat tertular Covid-19 di awal tahun ini dikutip laman World Athletics.
Keberhasilan Nageotte cukup istimewa. Sebab, belum pernah ada peloncat galah putra ataupun putri yang memenangkan emas Olimpiade setelah dua kali gagal dalam upaya pertama. Atlet kelahiran Cleveland, Ohio, Amerika Serikat, 13 Juni 1991, itu dua kali gagal melewati mistar setinggi 4,50 meter dalam upaya pertamanya.
Beruntung, di kesempatan terakhir upaya pertama, Nageotte berhasil melewati mistar tersebut. Sehabis itu, dia spontan meminta maaf kepada ibunya melalui kamera yang menyorotnya. ”Maaf bu,” kata atlet bertinggi 173 sentimter tersebut.
Setelah permohonan maaf itu, Nageotte tampak lebih lega. Begitu juga anggota keluarganya yang menonton dari Ohio. ”Itu merupakan pemanasan terburuk yang pernah saya lakukan. Tetapi, saya terus berjuang dan akhirnya menemukan loncatan yang mulus,” kata Nageotte yang meraih emas sekaligus medali pertamanya di Olimpiade tersebut.
Sidorova kecewa dengan medali perak tersebut, tetapi menegaskan persaingan kali ini luar biasa.
Kompetisi kali ini berlangsung dalam kondisi sedikit berangin yang cukup menyulitkan para peserta. Terbukti, 10 dari 15 atlet yang ada gagal dalam kesempatan pertama upaya pertama mereka, termasuk Nageotte. Pada akhirnya, dua peserta tereliminasi karena gagal melewati mistar dari tiga kesempatan upaya pertama, yakni atlet AS, Morgann Leleux Romero, dan atlet Anicka Newell (Kanada).
Setelah itu, mistar setinggi 4,70 meter menjadi tantangan berat berikutnya, yaitu dalam upaya kedua. Tantangan itu membelah peserta dari awalnya 13 atlet lalu tersisa empat atlet, yakni Nageotte, Sidorova, Bradshaw, dan atlet Katerina Stefanidi (Yunani).
Stefanidi, yang memiliki masalah pada tumitnya sejak 2020, gagal melewati mistar 4,85 meter dalam kesempatan pertama upaya keempat. Namun, peraih emas loncat galah putri Olimpiade Rio de Janeiro 2016 ini malah langsung mencoba melewati mistar 4,90 meter dalam upaya kelima. Sayangnya, dia gagal dalam dua kesempatan yang membuatnya tereleminasi.
Persaingan ketat pun menyisahkan Nageotte, Sidorova, dan Bradshaw. Akan tetapi, Nageotte yang sudah menemukan kepercayaan dirinya berhasil melewati mistar 4,90 meter dalam kesempatan kedua upaya kelima. Adapun Sidorova gagal dalam dua kesempatan melewati mistar 4,90 meter dan satu kesempatan melewati mistar 4,95 meter di upaya keenam. Sementara Bradshaw gagal melewati mistar 4,90 meter dalam tiga kesempatan.
Sidorova kecewa dengan perak tersebut, tetapi menegaskan persaingan kali ini luar biasa. Sementara itu, Bradshaw puas dengan perunggu sekaligus medali Olimpiade pertamanya ini. ”Sejujurnya, saya tidak bisa memercayainya, saya merasa gembira dan lega,” ungkap Bradshaw dilansir Athletics Weekly. (DRI)