Gardiner "Kawinkan" Juara Dunia dan Emas Olimpiade

Pelari Bahama Steven Gardiner memperbaiki prestasinya di Olimpiade. Setelah gagal lolos ke final Olimpiade Rio, kini, dia meraih emas lari 400 meter. Itu menjadi tren positif usai emas Kejuaraan Dunia 2019 lalu.

AP Photo/Matthias Schrader

Ekspresi pelari asal Bahamas, Steven Gardiner setelah berhasil melintasi garis finis untuk memenangkan final 400 meter putra Olimpiade Tokyo 2020, Kamis (5/8/2021).

TOKYO, KAMIS – Pelari Bahama, Steven Gardiner, berhasil mengawinkan gelar juara dunia lari 400 meter Kejuaraan Dunia 2019 di Doha, Qatar dan emas 400 meter Olimpiade Tokyo 2020. Dalam final 400 meter di Stadion Olimpiade Tokyo, Jepang, Kamis (5/8/2021), pelari berusia 25 tahun itu finis pertama dengan waktu 43,85 detik.

Pelari Kolombia Anthony Zambrano meraih perak dengan 44,08 detik dan peraih emas Olimpiade London 2012 asal Grenada, Kirani James merebut perunggu dengan 44,19 detik. ”Saya berusaha melewati batas dan melihat nama saya di layar lebar dan nama saya berada di posisi pertama, saya hanya senang,” ujar Gardiner dikutip BBC.

Baca juga : Galeri Foto Steven Gardiner Sumbang Emas Pertama untuk Bahamas

Gardiner yang gagal lolos ke final Olimpiade Rio de Janeiro 2016 sedikit diuntungkan, karena juara bertahan sekaligus pemegang rekor dunia dan Olimpiade dengan 43,03 detik sejak 2016, Wayde van Niekerk (Afrika Selatan), tidak lolos ke final. Van Niekerk cuma finis kelima dengan 45,48 detik di semifinal heat tiga. Performa van Niekerk belum kembali ke puncak karena cedera yang dialami lima tahun terakhir.

Dengan ketiadaan van Niekerk, final 400 meter Olimpiade Tokyo ini berlangsung lebih seimbang. Gardiner bersaing ketat dengan James di awal start. Namun, mereka agak tertinggal dalam 100 meter awal dari pelari Amerika Serikat Michael Norman yang keluar dengan meyakinkan di awal perlombaan.

KOMPAS/Morry Gash

Hasil medali emas dari 400 meter putra Olimpiade Tokyo 2020, Kamis (5/8/2021) melengkapi kesuksesan Steven Gardiner yang pada tahun 2019 berhasil menjadi yang tercepat pada kejuraan dunia di Doha, Qatar.

Saat pistol meledak, saya sedikit tersandung ketika keluar tetapi saya pulih, saya terus bergerak dan dengan 200 meter lagi saya mulai mendorong. Dan 100 meter lagi, saya memberikan semuanya.

Akan tetapi, 100 meter menjelang finis, Gardiner bisa menyusul. Dengan gaya larinya yang tegak, pelari bertinggi 193 sentimeter itu melaju kencang di lintasan lurus terakhir. Bahkan, dia terlihat agak santai menjelang finis pertama. ”Saat pistol meledak, saya sedikit tersandung ketika keluar tetapi saya pulih, saya terus bergerak dan dengan 200 meter lagi saya mulai mendorong. Dan 100 meter lagi, saya memberikan semuanya,” kata Gardiner.

Capaian itu membuat Gardiner melengkapi prestasinya. Dua tahun lalu, pelari kelahiran Abaco, Bahamas, 12 September 1995 itu sukses meraih emas Kejuaraan Dunia 2019 dengan 43,48 detik yang sekaligus waktu tercepat keenam di dunia. Ini pun menjadi emas pertamanya di Olimpiade setelah harus puas dengan perunggu estafet 4x400 meter pada Olimpiade Rio.

Baca juga : Mimpi Buruk Tim Estafet AS Berlanjut

Adapun Norman yang sedang naik daun dan memiliki waktu terbaik 43,45 detik pada 2019 silam ini justru melorot di urutan kelima dengan 44,31 detik. Kegagalan pelari berusia 23 tahun itu membuat tim atletik Amerika Serikat untuk pertama kalinya tidak memenangi emas dalam lari jarak pendek Olimpiade, yakni 100 meter, 200 meter, dan 400 meter, serta lari gawang.

Walau tidak meraih emas, James cukup puas dengan perunggu kali ini. ”Mempertimbangkan apa yang saya alami tiga tahun terakhir, mulai dari sakit, kehilangan ibu pada 2019 yang membuat saya tidak berlatih dan mengurung diri di rumah, hingga pandemi Covid-19. Ini seperti rollercoaster, saya senang bisa kembali ke podium, ini berkah. Saya senang dengan perunggu meski membidik lebih tinggi,” tutur James yang turut mengoleksi perak 400 meter Olimpiade 2016 ini dilansir Eurosport.com.

AP Photo/David J. Phillip

Steven Gardiner (kanan) berhasil finis terdepan dengan waktu 43,85 detik dalam final 400 meter putra, Kamis (5/8/2021) di Stadion Olimpiade, Tokyo, Jepang. Peringkat kedua diraih pelari Colombia Anthony Jose Zambrano (kedua dari kanan) dan ketiga dikantongi pelari Grenada Kirani James (ketiga dari kanan).

Taklukan tuan rumah

Sementara itu, dalam final jalan cepat 20 kilometer di Sapporo Odori Park, Jepang, Kamis, atlet jalan cepat Italia Massimo Stano merebut emas dengan waktu 1 jam 21,05 menit. Atlet berusia 29 tahun ini menaklukan dua atlet tuan rumah yang jauh lebih diunggulkan, yakni Koki Ikeda yang finis kedua dengan 1 jam 21,14 menit dan Toshikazu Yamanishi yang finis ketiga dengan 1 jam 21,28 menit.

Baca juga : Kemenangan Sejati Barshim dan Tamberi di Olimpiade

Dua atlet Jepang itu lebih diunggulkan karena punya rekor waktu terbaik jauh lebih baik, yakni Tamanishi waktu terbaiknya 1 jam 17,15 detik yang berada di urutan kelima rekor dunia dan Ikeda waktu terbaiknya 1 jam 17,25 menit yang berada di urutan ke-14 rekor dunia. Adapun Stano waktu terbaiknya 1 jam 17,45 menit yang berada di urutan ke-22 rekor dunia.

Kendati sudah menjadi atlet jalan cepat selama lebih dari satu dekade terakhir, Stano juga belum pernah mendapatkan emas dari kejuaraan regional, kontinental, ataupun global. Prestasi terbaik atlet kelahiran Grumo Appula, Italia, 27 Februari 1992 ini hanya perak jalan cepat 20 km tim; perunggu jalan cepat 20 km individu pada Piala Dunia Jalan Cepat 2018 di Taicang, China; serta perak jalan cepat 20 km tim pada Kejuaraan Jalan Cepat Eropa 2021 di Podebrady, Republik Ceko.

Baca juga : Kejutan dari Nomor Paling Bergengsi

Namun, berkat tekad baja dengan kesabaran mengambil momentum, Stano berhasil meraih prestasi prestisius pertamanya tersebut. Dia tidak terpancing dan memilih menonton atlet China, Kaihua Wang dan atlet India, Sandeep Kumar membuat terobosan besar pertama dalam balapan dengan keluar menjauh dari rombongan besar yang cuma empat kilometer pasca lomba dimulai.

AP PHOTO/EUGENE HOSHIKO

Pelari Italia, Massimo Stano, melakukan selebrasi setelah menjuarai nomor lari 20 kilometer putra Olimpiade Tokyo 2020 di Sapporo, Jepang, Kamis (5/8/2021).

Secara bertahap, Stano akhirnya bersaing ketat dengan Ikeda dan Yamanishi di pertengahan lomba. Dia sempat beberapa kali bertukar keunggulan dengan Yamanishi. Akan tetapi, memasuki lima kilometer akhir, dirinya bisa memimpin dan tidak pernah lagi melepaskan keunggulannya sampai finis.

Baca juga : Ujung Perburuan Emas Andre De Grasse

”Setiap hari dalam benak saya, saya mengulang bahwa saya yang terkuat, saya yang terkuat, dan memang begitu. Tetapi, untuk saat ini, ini seperti mimpi dan saya tidak ingin bangun,” ujar Stano dikutip laman World Athletics.

Ikeda mengakui ketangguhan Stano. ”Dia sangat kuat, tetapi saya tidak mau kalah. Saya terus berada di belakangnya tetapi dia terus menjauh dari saya. Saya kemudian fokus pada target berikutnya, yakni perak,” terang atlet Jepang berusia 23 tahun tersebut. (DRI)