Dua olimpian, Italo Ferreira dan Gianmarco Tamberi, berbeda negara dan cabang olahraga. Namun, mereka sama-sama gigih berjuang menjalani nasib buruk dan tragedi. Keteguhan mereka berbuah medali emas di Olimpiade Tokyo.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·4 menit baca
Berbagai masalah pelik sempat merundung dua Olimpian, Italo Ferreira dan Gianmarco Tamberi, sebelum tampil di Olimpiade Tokyo 2020. Namun, rentetan kemalangan itu tidak lantas menghentikan mereka mewujudkan mimpinya, yaitu meraih medali emas Olimpiade.
Ferreira, atlet asal Brasil, menjadi peselancar pertama yang meraih medali emas di Tokyo. Cabang olahraga selancar baru pertama kali dipertandingkan di Olimpiade 2020.
Di balik kesuksesannya itu, Ferreira melewati banyak masalah dan kesulitan sebelum bisa mencapai Olimpiade. Semua kesulitan itu terjadi beberapa saat menjelang International Surfing Association (ISA) World Surfing Games 2019 di Pantai Kisakihama, Prefektur Miyazaki, Jepang.
Sebelum berangkat ke Miyazaki, Ferreira tengah berada di Amerika Serikat. Di sana, mobil Ferreira dibobol pencuri sehingga barang berharga, termasuk paspor dan visanya, raib. Kehilangan paspor dan visa membuat Ferreira panik karena bisa mengancam keikutsertaannya di ISA World Surfing Games 2019.
Satu-satunya pilihan yang dimiliki Ferreira adalah mengajukan paspor dan visa baru agar bisa masuk ke Jepang. Berkat bantuan teman-temannya, Ferreira akhirnya mendapatkan visa dan paspor baru. Dalam perjalanan menuju Jepang, masalah kembali menghampiri Ferreira. Penerbangannya tertunda hingga 18 jam akibat topan.
Di saat bersamaan, saat penerbangannya tertunda, perlombaan sudah akan dimulai. Ferreira bergegas menuju ke Miyazaki begitu mendarat di Jepang. Waktu tempuh antara bandara dan arena laga sekitar 10 menit. Saat itu, heat yang diikuti Ferreira telah dimulai.
Ferreira lalu berlari ke pantai dengan masih mengenakan celana jins pendek. Setibanya di arena laga, heat Ferreira hanya tersisa 8-9 menit. Tidak ada waktu baginya berganti pakaian.
Alat pinjaman
Dia pun terpaksa berselancar dengan mengenakan jins dan papan selancar pinjaman dari peselancar Brasil lainnya, Filipe Toledo. Situasi bertambah sulit karena Ferreira tertinggal 12 poin dari pesaing terdekatnya di heat itu.
”Waktu itu, saya hanya perlu berselancar dan melakukan apa yang paling saya sukai dalam waktu singkat. Setelah dipikir-pikir, saya mengalami situasi sulit dengan begitu banyak hal yang terjadi. Namun, saya selalu memiliki harapan sampai akhir,” kata Ferreira dikutip dari laman Olimpiade, Selasa (3/8/2021).
Meskipun nyaris kehabisan waktu, ia tetap tenang. Dalam sisa waktu yang ada, ia tampil trengginas dan mampu memikat para juri untuk mendapatkan skor tinggi. Berkat penampilan luar biasa di waktu sedikit itu, ia memenangkan ISA World Surfing Games 2019 sekaligus mengunci tiket menuju Olimpiade Tokyo.
Peristiwa itu, di kalangan peselancar, dikenang sebagai ”Miracle Heat” dari Ferreira. ”Saya datang dari situasi sulit beberapa jam sebelumnya untuk menang. Ya, itu luar biasa," kata Ferreira mengenangnya.
Nyaris kehilangan
Situasi serupa juga sempat dialami Gianmarco Tamberi, atlet loncat tinggi asal Italia. Ia hampir kehilangan semangat dan peluang berlaga di Olimpiade Tokyo. Hal itu terjadi saat ia mengalami cedera patah pergelangan kaki menjelang Olimpiade Rio de Janeiro 2016 yang sudah di depan mata. Hatinya remuk, saat itu.
Jika Anda memiliki masalah dalam hidup, jangan menyerah. Yakinlah! Pada akhirnya, semuanya akan baik-baik saja. Percaya saja semuanya masih mungkin. (Italo Ferreira)
Cedera itu otomatis membuatnya batal tampil di Rio. Padahal, dia telah menyiapkan diri bertahun-tahun untuk tampil di sana. Tak hanya itu, ia sempat diberi tahu bahwa kariernya mungkin tidak akan bertahan lama akibat cedera itu. Menghadapi realitas menyakitkan itu, Tamberi sempat larut dalam kesedihan.
”Bertahun-tahun saya lalui hanya untuk tampil di Rio. Semua pengorbanan hanyalah untuk itu. Saya ingin berteriak, saya akan kembali lebih kuat dari sebelumnya. Namun, saya benar-benar hanya bisa menangis,” ujar Tamberi melalui media sosialnya.
Operasi penyembuhan cedera Tamberi itu memang berhasil. Akan tetapi, ia memerlukan waktu lebih dari enam bulan untuk benar-benar pulih. Selama menjalani masa perawatan, ia mengumpulkan tekadnya untuk menatap Olimpiade Tokyo 2020.
Maka di permukaan gips kakinya, Tamberi menuliskan ”Road to Tokyo 2020”. Kalimat itu dijadikannya motivasi bangkit dan tampil lebih baik. Sambil menjalani pemulihan, ia mengumpulkan kembali keping-keping semangatnya yang hancur berserakan.
Perlahan tapi pasti, ia mulai pulih dari cedera dan berlatih kembali. ”Saya berkata pada diri sendiri saat itu bahwa saya ingin ke Tokyo dan berjuang untuk medali emas,” katanya.
Beberapa tahun kemudian, kesempatan kedua bagi Tamberi pun datang. Ia telah pulih 100 persen dan dinyatakan lolos ke Olimpiade Tokyo seusai mengikuti kualifikasi. Tamberi mampu tampil baik hingga berkesempatan merebut medali emas loncat tinggi.
Untuk meraih emas, Tamberi bersaing dengan atlet Qatar, Mutaz Essa Barshim. Keduanya kemudian berbagi medali emas setelah masing-masing menyelesaikan loncatan setinggi 2,37 meter. Tamberi menjadi orang Italia kedua yang meraih emas dalam loncat tinggi di Olimpiade. Sebelumnya, atlet putri Italia, Sara Simeoni, merebut emas di Olimpiade Moskwa 1980.
Jika saja ia larut dalam kesedihan dan menyerah dengan kenyataan, saat cedera, Tamberi mungkin tidak akan bisa meraih emas di Tokyo. Begitu pula Ferreira yang tetap gigih meskipun masalah beruntun seolah-olah tidak merestui kehadirannya di Tokyo.
Berkaca dari pengalaman itu, Ferreira memiliki nasehat ampuh bagi siapa pun yang berada dalam situasi sulit. ”Jika Anda memiliki masalah dalam hidup, jangan menyerah. Yakinlah! Pada akhirnya, semuanya akan baik-baik saja. Percaya saja semuanya masih mungkin,” ucapnya.