Dominasi tim bola voli putra Brasil di Olimpiade mulai goyah. Tim yang selalu lolos ke final pada empat Olimpiade beruntun itu tersingkir di semifinal dari Kontingen Olimpiade Rusia (ROC).
Oleh
Johanes Waskita Utama
·6 menit baca
TOKYO, JUMAT – Kekalahan tim putra Brasil dari tim Komite Olimpiade Rusia (ROC), 1-3 (25-18, 21-25, 24-26, 23-25), pada semifinal cabang bola voli putra Olimpiade Tokyo 2020 di Ariake Arena, Tokyo, Kamis (4/8/2021), menandai tumbangnya raksasa bola voli putra paling dominan dalam dua dekade terakhir. Untuk pertama kalinya sejak Olimpiade Sydney 2000, tim putra Brasil gagal lolos ke partai puncak Olimpiade.
Setelah sempat meraih perak pada Olimpiade Los Angeles 1984, disusul medali emas pertama di Barcelona 1992, dinasti tim bola voli putra Brasil menancapkan kukunya di Olimpiade dengan meraih medali emas Athena 2004. Setelah itu mereka selalu lolos ke laga penentu, dengan hasil medali perak di Beijing 2008 dan London 2012, serta kembali menjadi tim terbaik di depan publik sendiri pada Rio de Janeiro 2016.
Pada masa yang sama, tim putra Brasil mendominasi dunia pada lima turnamen terakhir kejuaraan dunia dan piala dunia bola voli. Di bawah asuhan pelatih legendaris Bernardo Rezende (2001-2017) dilanjutkan oleh Renan Dal Zotto (2017-sekarang), tim putra merebut tiga gelar juara dunia (2002, 2006, 2010) dan dua kali finalis (2014, 2018), serta tiga gelar juara piala dunia (2003, 2007, 2019).
Dominasi kuat itu mulai terlihat goyah setelah Brasil kalah mudah, 0-3 dari tim ROC pada laga ketiga penyisihan grup B. Tim ROC juga yang akhirnya keluar sebagai juara grup B, mengungguli Brasil di peringkat kedua. Kedua tim sama-sama memetik empat kemenangan dan satu kali kalah, tetapi Brasil dua kali menang susah payah, 3-2, atas Perancis dan Argentina, sedangkan Rusia selalu unggul 3-0 atau 3-1.
Saat kedua tim kembali bertemu, kali ini di semifinal, Brasil tampak siap untuk membalas kekalahan di penyisihan dengan merebut set pertama, 25-18. Meski ROC bangkit merebut set kedua, para pemain asal Rusia ini mulai pasrah kehilangan set ketiga dan bersiap bermain panjang lima set ketika Brasil memimpin delapan angka, 20-12 pada set ketiga.
Perubahan fokus untuk bersiap bermain lima set ini justru membuat pada pemain ROC tampil lebih rileks. Mereka perlahan mengejar ketertinggalan dan menyamakan kedudukan 23-23. Momentum berbalik di lapangan, dan Brasil akhirnya kehilangan set ketiga saat smes keras spiker Ricardo Lucarelli berhasil diblok middle blocker ROC, Ilyas Kurkaev.
Kemenangan di set ketiga itu menguatkan kepercataan diri dan mental bertanding ROC, yang hampir selalu memimpin di set keempat dan menutup laga dengan kemenangan 25-23.
“Keunggulan di set ketiga seperti keajaiban. Tidak seharusnya terjadi. Brasil punya pemain yang sangat berpengalaman untuk tampil dalam kondisi seperti ini. Jika Anda menang set ketiga dengan cara seperti ini, kepercayaan diri dan mental Anda pasti melambung, dan akan sulit dikalahkan setelahnya,” kata pelatih ROC, Tuomas Sammelvuo.
Para pemain berpengalaman Brasil, seperti kapten dan setter Bruno Rezende (35), middle blocker jangkung Lucas Saatkamp (35), dan opposite hitter Wallace de Souza (34), tak mampu mengangkat permainan Brasil melawan lawan berat mereka ini. Brasil dan Rusia kerap bertemu di babak empat besar Olimpiade, karena Rusia telah tujuh kali berturut-turut lolos ke semifinal. Rusia menggagalkan Brasil merebut emas London 2012, sedangkan Brasil balik menundukkan Rusia di semifinal sebelum merebut emas Rio 2016.
“Kami kehilangan banyak poin karena serangan mereka sangat kuat. Blok kami tidak berjalan baik, dan membuat sejumlah kesalahan. Sekarang kami harus berjuang merebut medali perunggu,” kata Bruno.
Bruno dan para pemain senior terlihat saling memotivasi dan terlibat diskusi serius setelah kehilangan set kedua. Hal ini semula cukup berhasil di set ketiga, saat mereka unggul jauh hingga 20-12. Namun, ROC memperkuat pertahanan seiring kebangkitan mereka. Dua kali beruntun blok Ivan Iakovlev membawa kedudukan menjadi 23-23, sebelum blok Kurkaev memastikan kemenangan.
“Set ketiga memang berbeda,” kata Sammelvuo. “Saya pikir semua pemain malah lebih rileks setelah tertinggal jauh. Kami bermain lepas, dan poin demi poin malah berdatangan dan kami melihat peluang. Kami tampil sabar dan bermain dengan hati pada saat yang krusial,” ujar pelatih asal Finlandia ini.
Meski Brasil masih berpeluang meraih medali perunggu, tetapi kekalahan ini membuka pertanyaan tentang dominasi mereka di bola voli putra setelah Tokyo 2020. Apalagi, delapan dari 12 pemain yang dibawa ke Tokyo telah berusia 30 tahun ke atas.
Lawan baru
Setelah menyingkirkan lawan terberat mereka, ROC pun sangat diunggulkan untuk meraih emas. Apalagi lawan mereka di final adalah Perancis, tim pendatang baru di persaingan elite bola voli putra. Perancis, yang lolos ke semifinal Olimpiade untuk pertama kalinya dari empat kali partisipasi, di luar dugaan melaju ke final setelah menundukkan Argentina 3-0 (25-22, 25-19, 25-22).
Semua pemain malah lebih rileks setelah tertinggal jauh. Kami bermain lepas, dan poin demi poin malah berdatangan dan kami melihat peluang.
Perancis lolos ke perempat final dengan susah payah, sebagai tim peringkat keempat Grup B dengan dua kali menang dan tiga kali kalah. Mereka ditekuk Amerika Serikat, 0-3 pada laga pertama, lalu harus mengakui keunggulan Argentina dan Brasil, masing-masing dengan 2-3.
Penampilan cemerlang Perancis dimulai di perempat final, dengan menyingkirkan juara Grup A Polandia, 3-2. Kemenangan atas juara dunia 2018 dan peringkat dua piala dunia 2019 itu mengantar Perancis ke semifinal untuk pertama kalinya melawan Argentina. Pembalasan kekalahan di penyisihan grup atas Argentina di semifinal pun memastikan tim bola voli putra Perancis merebut medali Olimpiade untuk pertama kalinya.
“Setelah kekalahan dari Argentina di penyisihan grup, kami tidak yakin bisa lolos ke delapan besar. Tetapi kami sekarang sampai di final, dan hanya satu pertandingan tersisa. Ini cerita yang menakjubkan untuk kami, yang sebagian besar telah bermain bersama sejak 2012,” middle blocker Barthelemy Chinenyeze.
Kemenangan telak atas Argentina dirayakan para pemain Perancis dengan meloncat-loncat dan berpelukan di lapangan. Di seberang net, seorang pemain Argentina yang frustasi menendang bola jauh ke tribune penonton yang sepi. Para pemain Argentina yang sulit menerima kekalahan ini juga terlihat masih duduk di tepi lapangan saat pemain Perancis mulai meninggalkan Ariake Arena.
Meski tidak diunggulkan melawan ROC, Perancis memiliki modal penting, yakni kemenangan 3-1 atas ROC di penyisihan grup B. “ini akan jadi pertandingan yang baru. Kami akan memberikan semua yang kami punya di lapangan, dan kita lihat hasilnya nanti,” kata Chinenyeze.
Di bagian putri, AS membuka peluang untuk memperbaiki perolehan medali perunggu yang mereka dapat di Rio 2016. Tim asuhan Karch Kiraly ini menundukkan Serbia—lawan yang mengalahkan mereka pada semifinal final di Rio de Janeiro—dengan 3-0 (25-19, 25-15, 25-23) di semifinal, Jumat, dalam waktu tak sampai 90 menit. Di final mereka menunggu pemenang antara Brasil melawan satu-satunya wakil Asia, Korea Selatan, pada laga semifinal yang berlangsung Jumat pk 17.00 WIB. (AFP/REUTERS)