Para pemanjat tebing papan atas dunia tak menyia-nyiakan debut di Olimpiade untuk unjuk gigi. Atlet putri Slovenia Janja Garnbret tampil dominan untuk membuktikan dia layak menjadi unggulan teratas.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·4 menit baca
TOKYO, KOMPAS – Debut cabang panjat tebing di Olimpiade Tokyo 2020 meloloskan sejumlah pemanjat tebing unggulan ke final, 5-6 Agustus 2021. Di antara mereka adalah pemanjat tebing putri nomor satu dunia asal Slovenia, Janja Garnbret, yang tampil dominan pada babak kualifikasi di Aumi Urban Sports Park, Tokyo, Rabu (4/8/2021) malam.
Panjat tebing menjadi satu dari empat cabang olahraga debutan di Olimpiade, bersama selancar ombak, skate board, dan karate. Cabang ini menyediakan dua medali emas dari nomor kombinasi putra dan putri.
Masing-masing 20 atlet putra dan putri mengikuti babak kualifikasi yang melagakan tiga disiplin, yakni kecepatan (speed), bouldering, dan lead. Delapan atlet peringkat tertinggi setelah menyelesaikan ketiga nomor pertandingan lolos ke final.
Di babak kualifikasi ini, Garnbret (22) memperlihatkan mengapa dirinya menjadi unggulan pertama. Meski menyelesaikan kualifikasi speed di posisi ke-14, pemegang rekor enam kali juara dunia ini tampil sangat dominan di bouldering.
Tampil paling akhir untuk menyelesaikan empat problem pendakian, Garnbret mencapai puncak keempat problem itu, semuanya dilakukan pada percobaan pertama. Saat dia mulai memanjat, problem yang membuat pemanjat lain berulang kali jatuh bangun itu terlihat sangat mudah diselesaikan.
”Saya telah berlatih dengan baik. Apa yang saya lakukan hanya memindahkan latihan ke pertandingan sebenarnya,” kata Garnbret.
Hasil sempurna di bouldering itu membuat juara dunia lead (2016, 2019), bouldering (2018, 2019), dan kombinasi (2018, 2019) itu melejit ke peringkat teratas setelah dua nomor. Meski di luar dugaan terhenti pada titik panjatan ke-30 pada nomor lead, nomor yang menantang atlet mendaki titik tertinggi dengan tingkat kesulitan tertentu, posisi Garnbret di urutan teratas tak tergeser.
Waspada
Di final, Garnbret perlu mewaspadai pemanjat tebing belia Korea Selatan Seo Chae-hyun (17), yang menempati peringkat kedua kualifikasi setelah memimpin nomor lead dengan mencapai titik panjatan ke 40+. Tingkat kesulitan lead yang cukup tinggi membuat sejumlah atlet papan atas, seperti dua kali juara dunia bouldering Shauna Coxsey (Inggris Raya) dan juara dunia yunior 2019 Laura Rogora (Italia) tergelincir dan gagal lolos ke final.
Garnbret juga perlu mewaspadai dua wakil tuan rumah, Miho Nonaka dan Akiyo Noguchi, yang menempati posisi ketiga dan keempat di kualifikasi.
Sehari sebelumnya, atlet panjat tebing Perancis, Mickael Mawem (31), mengungguli pemanjat tebing populer Adam Ondra (Ceko) dan andalan tuan rumah Tomoa Narasaki untuk menjadi yang terbaik di kualifikasi. Mawem menjadi yang terbaik di bouldering, peringkat ketiga speed, dan ke-11 lead.
Saya telah berlatih dengan baik. Apa yang saya lakukan hanya memindahkan latihan ke pertandingan sebenarnya.
Narasaki, yang menjadi unggulan pertama, harus puas di posisi kedua setelah nemepati posisi kedua di speed dan bouldering, serta peringkat ke-14 lead. Adapun Ondra, yang memiliki banyak penggemar di dunia maya dan salah satu video di chanbel Youtube-nya disaksikan lebih dari 4,6 juta orang, harus puas di posisi kelima. Tiga kali juara dunia lead itu menempati posisi ke-18 speed, ketiga di bouldering, dan keempat di lead.
Kejutan ditampilkan atlet muda Amerika Serikat,Colin Duffy (17), yang menjadi satu-satunya atlet putra yang masuk 10 besar di ketiga nomor. Hasil itu membawanya menempati urutan ketiga di peringkat akhir kualifikasi.
Namun, kegembiraan Mawem memimpin kualifikasi terganggu dengan cedera yang dialami kakaknya, Bassa Mawem (36). Bassa terpaksa absen di final, meski lolos kualifikasi, karena mengalami cedera lengan kiri saat berlaga di bouldering. Cedera Bassa cukup serius sehingga dia dikabarkan pulang ke Perancis untuk menjalani perawatan.
Bassa masuk final di urutan ketujuh berkat prestasinya memenangi nomor speed. Meski hanya menempati posisi ke-18 di nomor bouldering, dan peringkat buncit di lead, dia tetap lolos di posisi ketujuh dari delapan finalis. Absennya Bassa karena cedera tidak membuatnya digantikan oleh atlet panjat tebing Jerman Alexander Megos yang menempati peringkat ke-9 kualifikasi. Federasi Internasional Panjat Tebing (IFSC) memutuskan menempatkan Bassa di urutan kedelapan final dengan status tidak memulai (did not start/DNS). Dengan demikian, putaran final kombinasi putra hanya diikuti 7 atlet panjat tebing.
Tak lolos
Meski panjat tebing yang digemari kaum muda akhrnya masuk ke Olimpiade, pembatasan hanya melombakan nomor kombinasi membuat atlet panjat tebing yang memiliki spesialisasi di salah satu lomba sulit untuk menembus kualifikasi Olimpiade. Termasuk pada pemanjat tebing Indonesia, yang dominan di nomor kecepatan, tetapi sulit bersaing di nomor lead dan boulder.
Keunggulan Indonesia di nomor speed tahun ini terlihat dari penampilan dua atlet panjat tebing andalan, Veddriq Leonardo dan Kiromal Katibin. Veddriq dua kali menenangi Seri Piala Dunia Panjat Tebing IFSC 2021. Gelar pertama diperoleh di Seri Piala Dunia Salt Lake City, Amerika Serikat, Mei 2021. Di kejuaraan tersebut, Veddriq bahkan menempatkan diri sebagai atlet panjat tebing tercepat di dunia dengan catatan waktu 5,208 detik.
Kegemilangan Veddriq berlanjut dengan menjuarai Seri Piala Dunia IFSC di Villars, Swiss, Juli 2021. Veddriq menjadi yang terbaik di kejuaraan itu dengan catatan waktu 5,32 detik.
Pelatih Tim Nasional Panjat Tebing Indonesia Hendra Basyir menargetkan para atlet panjat tebing Indonesia bisa tampil di Olimpiade Paris 2024, saat nomor kecepatan dilombakan terpisah dari lead dan boulrdering. “Tentu kita mengincar kesempatan tampil di Paris. Kesempatan merebut medali juga sangat besar karena kemampuan atletatlet kita di nomor speed sudah diperhitungkan negara lain,” kata Hendra. (REUTERS)9