Sydney McLaughlin meraih emas dan mencetak rekor dunia 400 meter gawang putri di Olimpiade Tokyo 2020. Pelari Amerika Serikat itu sudah lama diprediksi akan menjadi bintang atletik.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
TOKYO, RABU — Prediksi bahwa Sydney McLaughlin akan menjadi bintang baru di lintasan atletik dimulai saat dia berlomba di tingkat sekolah menengah atas. Setelah menjadi olimpian termuda tim Amerika Serikat di cabang atletik dan menciptakan rekor dunia yunior pada 2016, lima tahun kemudian, McLaughlin menjadi juara Olimpiade dan dua kali menciptakan rekor dunia.
McLaughlin adalah pelari putri AS yang memiliki spesialisasi pada jarak menengah. Nomor yang telah mengantarkannya menjadi salah satu atlet atletik terbaik dunia adalah 400 meter gawang.
Ini adalah nomor lintasan yang unik, yang menuntut teknik, kecepatan, dan daya tahan. Setelah start, pelari harus berlari secepat mungkin sambil menjaga daya tahan karena harus melompati 10 gawang. Dalam nomor 400 meter putri, gawang yang harus dilompati setinggi 76,2 sentimeter, sementara di putra setinggi 91,4 cm.
McLaughlin lolos pada seleksi tim AS untuk Olimpiade Rio de Janeiro 2016 pada usia 16 tahun dan menjadi olimpian termuda AS di cabang atletik sejak Muenchen 1972. Setelah mencapai semifinal pada debutnya dalam Olimpiade, dia berlari cepat dan lebih cepat.
Pada Kejuaraan Dunia Atletik Doha 2019, yang juga menjadi penampilan pertamanya dalam Kejuaraan Dunia, McLaughlin menjadi pesaing seniornya, Dalilah Muhammad, yang sepuluh tahun lebih tua. Dalilah adalah peraih emas Olimpiade Rio de Janeiro 2016 dan pemegang gelar juara dunia. Meski kalah dari Dalilah, yang waktu itu menciptakan rekor dunia, 52,16 detik, McLaughlin membuat catatan waktu terbaiknya (personal best/PB), yaitu 52,23 detik.
Pada usia 21 tahun, McLaughlin tiba di Tokyo sebagai pemegang rekor dunia. Catatan waktu 51,90 detik, yang masih menanti pengesahan World Athletics sebagai rekor dunia, dibuatnya dalam seleksi tim atletik AS untuk Tokyo 2020 di Eugene, Juni. McLaughlin pun menjadi favorit juara di Tokyo dalam persaingan yang, sejak awal, dinilai Presiden World Athletics Sebastian Coe akan menjadi persaingan terbaik.
Prediksi Coe, peraih medali emas lari 1.500 meter putra Moskwa 1980 dan Los Angeles 1984, terbukti. Persaingan ketat terjadi di Stadion Olimpiade, Rabu (4/8/2021), terutama di antara McLaughlin, Dalilah, dan Femke Bol (Belanda). Mereka adalah tiga pelari dengan catatan waktu tercepat dari finalis lain.
Dalilah sedikit lebih cepat dibandingkan tujuh peserta lain setelah melompati 10 gawang. Menempel di belakangnya Dalilah dan Bol. Namun, setelah gawang terakhir, dalam sisa sekitar 60 meter menjelang finis, McLaughlin melakukan akselerasi. Dia melampaui Dalilah untuk finis tercepat.
Tak ada ekspresi apa pun dari McLaughlin setelah melewati finis meski tahu telah meraih emas dan menciptakan rekor dunia. Dia baru tersenyum ketika fotografer memintanya berfoto bersama Dalilah sambil membawa bendera AS.
Dalilah sebenarnya mencatatkan waktu terbaik dalam kariernya, yaitu 51,58 detik. Namun, McLaughlin membuat waktu lebih spektakuler, yaitu 51,46 detik. Dia pun memecahkan rekor dunia atas namanya sendiri.
Lomba yang luar biasa. Saya bersyukur bisa berada di sini dan merayakan persaingan seperti tadi dan mewakili negara saya.
”Lomba yang luar biasa. Saya bersyukur bisa berada di sini dan merayakan persaingan seperti tadi dan mewakili negara saya,” kata McLaughlin.
”Persaingan ketat tak terjadi hingga gawang ketujuh. Saya melihat Dalilah di depan saya saat tersisa satu gawang. Saya pun berpikir harus lebih cepat,” kata atlet atletik terbaik tingkat SMA di AS pada 2015-2016 itu.
Hasil spektakuler McLaughlin tercipta setelah terjadi momen serupa, sehari sebelumnya dalam nomor yang sama di bagian putra. Pelari Norwegia, Karsten Warholm, mendapat emas dengan memecahkan rekor dunia atas namanya sendiri. Dia membuat waktu 45,94 detik, lebih cepat dari rekor dunia 46,70 detik yang dibuatnya di Oslo, Juli.
Kualitas final 400 meter gawang putri terlihat dari catatan waktu setiap pelari. Dari tujuh pelari yang mencapai finis, lima mencatat rekor terbaik masing-masing, termasuk Bol yang mendapat medali perunggu. Dia mebuat waktu 52,03 detik, lebih cepat dari rekornya 52,37 detik.
Satu pelari lainnya, Anna Cockrell, didiskualifikasi berdasarkan peraturan teknik nomor 17.3.1. Berdasarkan peraturan ini, atlet didiskualifikasi jika berlari melewati garis lintasannya sendiri.
McLaughlin lahir dari keluarga atlet. Ibunya, Mary, adalah pelari di tingkat SMA, sementara ayahnya, Willie, adalah semifinalis seleksi tim AS untuk Olimpiade Los Angeles 1984. Salah satu saudara laki-lakinya, Taylor, finis kedua dalam Kejuaraan Dunia Atletik U-20 2016 pada nomor 400 meter gawang.
Setelah membuat rekor dunia, Juni, dia mengatakan bahwa hasil itu menjadi wujud dari kerja kerasnya. ”Itu juga menjadi hasil kerja sama saya, keluarga, dan tim pelatih,” katanya.
McLaughlin juga belajar menjadi pribadi lebih dewasa, kuat, dan bijak pada masa pandemi Covid-19. Dalam situasi sulit, ketika di Los Angeles diberlakukan lockdown, dia berupaya mencari jalan agar bisa tetap berlatih.
Terkadang, atlet yang hobi menonton film dari Netflix ini mengendap untuk berlatih di lintasan atletik atau di median jalan besar. McLaughlin pun merasa, momen tersebut memberinya waktu tambahan untuk bersiap menuju Tokyo 2020.
”Tujuan saya sekarang berbeda. Pada hampir sepanjang hidup, saya selalu mencoba membuktikan sesuatu. Namun, itu selalu berakhir dengan rasa tidak puas pada diri saya. Sekarang, ketika berdiri di podium, saya mempersembahkan keberhasilan saya kepada Tuhan,” katanya, dikutip dari The Guardian. (AFP)