Klub-Klub Liga 1 Indonesia di Ambang Krisis Finansial
Sudah lebih dari 500 hari kompetisi sepak bola profesional di Indonesia terhenti. Klub-klub berada di jurang kebangkrutan apabila Liga 1 dan Liga 2 musim 2021-2022 tidak berjalan sesegera mungkin.
Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) dan PT Liga Indonesia Baru (LIB) telah menetapkan bahwa Liga 1 Indonesia 2021-2022 akan dimulai pada 20 Agustus mendatang. Meski begitu, sejumlah klub masih meragukan ketepatan jadwal permulaan kompetisi itu.
Pasalnya, pengumuman yang disampaikan PSSI dan PT LIB melalui laman resmi, Selasa (3/8/2021) kemarin, itu belum dibarengi dengan pernyataan dari Menteri Pemuda Olahraga Zainudi Amali dan Satuan Tugas Penanggulangan Covid-19. Hal itu berbeda dibandingkan ketika PT LIB hendak melaksanakan Piala Menpora 2021 pada 21 Maret lalu.
Di sisi lain, mayoritas wilayah dari 18 peserta Liga 1 juga masih menerapkan Perlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) setidaknya hingga 9 Agustus mendatang. Oleh karena itu, mayoritas klub Liga 1 telah meliburkan skuadnya selama satu bulan terakhir. Kondisi itu jelas tidak ideal untuk memulai kompetisi karena klub hanya memiliki waktu persiapan selama dua pekan jelang dimulainya liga.
Liga 1 musim 2021-2022, awalnya, direncanakan dimulai pada 9 Juli lalu. Tetapi, penetapan aturan PPKM Jawa-Bali membuat kompetisi itu urung dimulai sesuai jadwal. Padahal, PT LIB telah menyiapkan aturan khusus Liga 1 yang akan berlangsung selama enam seri yang dilaksanakan di tiga zona wilayah di Pulau Jawa.
Baca juga : Satgas Putuskan Liga 1 Diundur Hingga Akhir Juli
Apabila dihitung sejak dihentikannya Liga 1 2020 pada 14 Maret 2020 silam, maka kompetisi kasta tertinggi sepak bola Indonesia telah terhenti lebih dari 500 hari. Indonesia menjadi negara dengan kevakuman kompetisi terlama di masa pandemi Covid-19 ini. Kondisi itu tentu memberikan pengaruh signifikan bagi klub, terutama dari sisi finansial.
Sebanyak 18 klub Liga 1 telah memulai masa persiapan musim 2021-2022 pada pertengahan bulan Mei lalu. Hal itu menghitung durasi ideal persiapan selama dua bulan jelang Liga 1 yang awalnya akan bergulir pada 9 Juli.
Pada masa persiapan itu pun sejumlah klub telah mengontrak para pemain lokal dan asing untuk bersaing di Liga 1. Tak hanya itu, mayoritas klub, terutama klub luar Pulau Jawa, juga telah menjalani pemusatan latihan di sejumlah wilayah di Jawa. Klub-klub itu antara lain Barito Putera dan Borneo FC di Yogyakarta serta Persipura Jayapura di Batu, Malang, Jawa Timur.
Ketika PPKM diberlakukan dan jadwal Liga 1 molor, klub pun terkena getahnya. Mereka harus tetap mengeluarkan biaya operasional untuk menggaji para pemain yang telah meneken kontrak dengan durasi minimal selama satu musim kompetisi.
Berdasarkan informasi yang dihimpun Kompas, sejak Mei, lalu klub Liga 1 mengeluarkan dana operasional di kisaran Rp 1 miliar hingga Rp 5 miliar per bulan. Besaran angka dana operasional itu amat bergantung dengan kualitas pemain yang telah dikontrak. Semakin banyak nama besar di klub itu, maka klub mengeluarkan lebih banyak uang.
“Kami mengeluarkan dana operasional untuk gaji dan persiapan tim sebesar Rp 1,2 miliar per bulan dalam tiga bulan terakhir,” ungkap Sekretaris Umum Persiraja Rahmat Djailani kepada Kompas, Senin (2/8/2021).
Jumlah dana operasional yang dikeluarkan Persiraja itu tentu amat besar. Pasalnya, tim yang bermarkas di Kota Banda Aceh itu memiliki nilai pasar skuad yang paling murah di Liga 1 2021-2022. Berdasarkan situs Transfermarkt, skuad “Laskar Rencong” hanya memiliki nilai sekitar Rp 836,89 juta.
Angka itu menjadikan Persiraja sebagai satu-satunya tim Liga 1 yang memiliki nilai pasar di bawah Rp 1 miliar. Tim Liga 1 dengan nilai pasar terendah kedua ialah Persela Lamongan dengan nilai Rp 1,7 miliar.
Berjalannya kembali liga akan memutar roda perekonomian pelaku industri sepak bola. Ketiadaan sepak bola, selain meniadakan prestasi di level nasional, klub juga bisa mati. (I Nyoman Suryanthara, Persita)
Lebih lanjut, Rahmat mengungkapkan, dana operasional itu berasal dari uang pribadi Presiden Persiraja Nazaruddin Dek Gam. Besaran persentase sumber operasional Persiraja jelang musim 2021-2022 sekitar 60 persen dari Presiden klub, kemudian sisanya berasal dari uang muka dana sponsor dan subsidi termin pertama dari PT LIB yang baru masuk bulan Juli lalu.
“Sesungguhnya, kami sudah tidak mampu mengeluarkan biaya operasional kalau liga tidak akan berjalan. Kami siap bermain di mana pun. Kalau tidak ada lagi liga, maka satu per satu klub akan mati di kondisi saat ini,” ucapnya.
Manajer Persebaya Surabaya Candra Wahyudi juga berpendapat serupa. Menurut Candra, pengeluaran klub menjadi tidak menentu karena tidak adanya kepastian kompetisi selama ini.
“Beban finansial semakin berat. Memutar kembali kompetisi adalah solusi untuk memperpanjang nafas klub,” kata Candra.
Baca juga : Komitmen Suporter untuk Keberlanjutan Liga
Apabila Liga 1 bisa dijalankan kembali, maka tim akan menerima kembali subsidi yang terbagi dalam empat termin dalam satu musim kompetisi. Di sisi lain, PT LIB juga berencana untuk membantu klub dengan memberikan bantuan dana operasional selama menjalani enam seri kompetisi, terutama bagi tim yang berasal dari zona wilayah tempat setiap seri berlangsung.
Dana operasional yang ditanggung PT LIB mencakup penginapan dan transportasi selama menjalani seri kompetisi yang berdurasi sekitar dua pekan.
Atas dasar itu, selama kompetisi berjalan, maka klub bisa sedikit bernafas karena tanggung jawab finansial sedikit berkurang. Klub hanya perlu memenuhi kewajiban gaji pemain dan staf kepelatihan serta membayar sewa lapangan latihan.
“Berjalannya kembali liga akan memutar roda perekonomian pelaku industri sepak bola. Ketiadaan sepak bola, selain meniadakan prestasi di level nasional, klub juga bisa mati,” ucap Manajer Persita Tangerang I Nyoman Suryanthara.
Andai Liga 1 bisa dimulai sesuai jadwal 20 Agustus mendatang, hal itu akan berimbas pula bagi berjalannya kompetisi lainnya, seperti Liga 2. Liga 2 direncanakan akan dimulai paling cepat dua pekan setelah Liga 1 berjalan.
Kewajiban federasi
Sekretaris Jenderal PSSI Yunus Nusi menegaskan, pihaknya memiliki kewajiban untuk menjalankan kompetisi profesional pada tahun ini. Hal itu, lanjutnya, sesuai mandat dari FIFA dan Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC).
“PSSI harus menjalankan kompetisi karena bisa memengaruhi penilaian FIFA, AFC, dan AFF (Federasi Sepak Bola Asia Tenggara), kepada kami. Kompetisi itu diperlukan karena PSSI perlu bekal untuk menyelenggarakan Piala Dunia U-20, play-off kualifikasi Piala Asia 2022, dan kualifikasi Piala AFC U-23,” kata Yunus dilansir laman resmi PSSI.
Sementara itu, Direktur Utama PT LIB Akhmad Hadian Lukita mengatakan, Liga 1 2021-2022 akan dimulai di zona wilayah 1 atau Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Banten. Stadion yang dipilih untuk tuan rumah Liga 1 seri pertama adalah kota-kota yang sudah tidak dalam zona merah atau PPKM level empat.
Akan tetapi, berdasarkan daftar daerah PPKM level empat yang dirilis Satgas Penanggulangan Covid-19, Minggu (2/8/2021), seluruh wilayah yang menjadi calon tuan rumah seri 1 masih dalam zona merah. Terdapat enam stadion yang telah dinilai PT LIB untuk persiapan seri 1, Juni lalu, yaitu Stadion Si Jalak Harupat (Kabupaten Bandung), Stadion Gelora Bandung Lautan Api (Kota Bandung), Stadion Wibawa Mukti (Kabupaten Bekasi), Stadion Patriot Chadrabhaga (Kota Bekasi), Stadion Pakansari (Kota Bogor), dan Stadion Indomilk Arena (Kabupaten Tangerang).
“Mudah-mudahan, kasus di DKI (Jakarta), Banten, dan Jabar, terus melandai dalam sepekan ke depan. Minggu ini kami akan survei stadion lagi. Target kami pekan depan sudah ada keputusan soal stadion yang akan digunakan,” ujar Hadian yang dihubungi, Rabu (4/8/2021).
Secara umum, Hadian memastikan, pihaknya telah siap menjalankan Liga 1, terutama untuk menerapkan protokol kesehatan di kompetisi. PT LIB pun akan rutin melakukan tes usap kepada seluruh anggota tim dan perangkat pertandingan jelang pertandingan, seperti yang telah dijalankan di Piala Menpora 2021.
Tak hanya itu, PT LIB juga telah mendapatkan sponsor utama baru untuk Liga 1 2021-2022. Sponsor itu adalah perusahaan bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang akan menjadi korporasi keuangan ketiga yang menjadi pendukung Liga Indonesia, setelah Bank Mandiri (1999-2003) serta Bank QNB (2015). Peresmian logo baru Liga 1 dan pengumuman sponsor utama akan dilaksanakan pekan depan.