Kejutan terus dihadirkan pelari Norwegia Karsten Warholm. Sebulan setelah mematahkan rekor dunia lari gawang 400 meter yang bertahan 29 tahun, Warholm kembali memecahkan rekornya sendiri di Olimpiade Tokyo 2020.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·4 menit baca
TOKYO, KOMPAS – Pelari Norwegia Karsten Warholm seakan ditakdirkan untuk membuat kejutan. Belum hilang decak kagum publik atas capaiannya memecahkan rekor dunia berusai hampir tiga decade, Warholm kembali memecahkan rekornya sendiri hanya berselang waktu satu bulan.
Rekor keduanya itu sekaligus membawa Warholm merebut medali emas nomor lari gawang 400 meter putra, Selasa (3/8/2021). Berlomba di tengah suhu panas dan lembab di Stadion Olimpiade, Tokyo, Warholm tampil mengesankan dengan catatan waktu fenomenal, 45,94 detik. Hasil ini menjadikannya pelari pertama di dunia yang menembus batas waktu 46 detik pada nomor lari gawang 400 m.
Di belakang Warholm menyusul pelari Amerika Serikat Rai Benjamin yang mengamankan medali perak dengan waktu 46,17 detik. Pelari Brasil Alison Dos Santos mengklaim medali perunggu dengan waktu 46,72 detik. Dos Santos dan Benjamin di Olimpiade Tokyo sama-sama memecahkan catatan waktu terbaik mereka sebelumnya, yang menjadikan nomor ini lomba lari gawang tercepat di dunia.
“Itu adalah balapan terbaik dalam sejarah Olimpiade. Warholm luar biasa. Sebagai saingannya, hal itu sangat menyakitkan saya. Tetapi, inilah olahraga. Anda tidak bisa marah sama sekali,” kata Benjamin seusai perlombaan.
Kekecewaan Benjamin bisa diterima, karena catatan waktunya, juga catatan waktu Dos Santos, sudah melampaui rekor dunia nomor ini sebelumnya, milik pelari gawang AS, Kevin Young, yakni 46,78 detik. Rekor yang diciptakan Young di Olimpiade Barcelona 1992 ini bertahan 29 tahun, sebelum ditumbangkan Warholm satu bulan lalu.
Warholm mengakhiri rekor Young dengan cara yang manis: di depan pendukungnya sendiri. Pada seri Liga Berlian di Oslo, 1 Juli 2021, pelari kelahiran Ulsteinvik, Norwegia itu membukukan waktu 46,70 detik. Jika rekor ini belum dipecahkan oleh Warholm di Oslo, maka tiga pelari gawang tercepat di Tokyo, Warholm, Benjamin, dan Dos Santos, adalah pemecah rekor dunia pada saat bersamaan.
Namun, Warholm membuktikan dirinya adalah penguasa nomor 400 m lari gawang. Benjamin menjadi pesaing terdekat pada final di Tokyo 2020, dan masih menempel ketat hingga melewati gawang ke-10. Namun, Warholm berusaha lebih keras dan mengerahkan seluruh tenaganya untuk melewati Benjamin.
Warholm menampilkan teknik berlari dengan gerakan tubuh bagian atas yang minimal saat melewati rintangan gawang. Sesaat setelah menyelesaikan balapan, Warholm melihat catatan waktu di layar raksasa stadion. Begitu menyadari catatan waktunya kembali memecahkan rekor dunia, Warholm langsung berteriak dan merobek pakaiannya.
Tidak tertarik
Sejak kecil, Warholm tak tertarik menekuni olahraga ski jarak jauh yang merupakan olahraga tradisional orang Norwegia. Menurut Warholm, dia tidak memiliki fisik mumpuni untuk bermain ski.
Perkenalan Warholm dengan atletik bermula dari seorang teman di kota asalnya. Kala itu, teman Warholm mengajaknya mencoba ikut balapan lari. Warholm yang pada waktu itu hanya mengenakan celana jins dan kaos kebesaran, menyanggupi tawaran tersebut. Tidak disangka-sangka, meski tidak mengenakan pakaian standar untuk lomba lari, Warholm berhasil menjadi pemenang.
Saya sempat tidak percaya dengan catatan waktu ini. Itu sangat cepat. Saya tidak bisa menggambarkan betapa pentingnya ini bagi saya. Sekarang saya perlu menetapkan tujuan baru untuk diri saya sendiri. Saya rasa ini belum selesai.
Dari momen itu ketertarikannya terhadap atletik tumbuh. Warholm kian menekuni atletik. Bakatnya semakin berkembang semenjak diasah oleh pelatih veteran Leif Olav Alnes pada 2015.
Gelar demi gelar lalu ia peroleh. Sebelum datang ke Tokyo, Warholm pernah dua kali menjadi juara dunia, yaitu di Kejuaraan Atletik Dunia 2017 di London (48,35 detik) dan Kejuaraan Atletik Dunia 2019 di Doha 2019 (47,42 detik).
Selain itu, dia juga telah meraih kejayaan dengan menjuarai Kejuaraan Eropa, mencatatkan rekor dunia dan rekor Eropa. Medali emas Olimpiade, kata Warholm, adalah gelar yang belum pernah ia dapatkan.
Keinginan mengejar keping medali emas Olimpiade itulah yang membuat dia mempersiapkan diri sangat lama dan keras untuk mengikuti Olimpiade Tokyo.
“Saya sempat tidak percaya dengan catatan waktu ini. Itu sangat cepat. Saya tidak bisa menggambarkan betapa pentingnya ini bagi saya. Sekarang saya perlu menetapkan tujuan baru untuk diri saya sendiri. Saya rasa ini belum selesai,” kata Warholm.
Lompat jauh
Sementara itu atlet asal Jerman, Malaika Mihambo, merebut medali emas nomor lompat jauh putri setelah mencatatkan jarak lompatan sejauh 7 meter. Mihambo mengalahkan atlet veteran Amerika Serikat sekaligus juara Olimpiade London 2012, Brittney Reese, dalam pertandingan yang menegangkan.
Reese memimpin laga saat menyelesaikan lompatan ketiga. Di lompatan ketiga, juara dunia empat kali berusia 34 tahun itu melompat sejauh 6,97 meter. Mihambo mengungkapkan, ia takut melihat jarak lompatan yang diraih Reese. Meski takut, ia beberapa kali mengintip layar monitor di stadion untuk melihat sejauh mana lompatan pesaingnya itu.
Kemenangan bagi Mihambo datang di lompatan keenam atau kesempatan terakhir. Di luar dugaan, Mihambo mampu melompat sejauh 7 meter. Hasil itu membuat Mihambo mengunci medali emas dan Reese harus puas dengan medali perak. Atlet Nigeria Ese Brume mengamankan perunggu dengan jarak lompatan sejauh 6,97 meter.
“Saya tahu (lompatan keenam) ini adalah kesempatan terakhir saya dan saya harus melakukannya,” kata Mihambo.
Reese menyebut ada ironi dalam kekalahannya itu. Menurutnya, ia kerap mengalahkan lawan-lawannya dengan mencatatkan jarak terjauh di lompatan keenam. Kali ini, ia harus merasakan pahitnya kekalahan usai disusul Mihambo di lompatan keenam.
“Saya pikir sekarang saya merasa sudah waktunya bagi saya untuk menjauh, dan menghabiskan lebih banyak waktu dengan anak saya,” ujarnya. (AP/AFP/REUTERS)