Dua laga semifinal sepak bola putra Olimpiade 2020 tidak ada yang berakhir dalam waktu normal 90 menit. Brasil dan Spanyol membuktikan ketangguhan mental untuk menyegel tiket ke laga perebutan medali emas.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·4 menit baca
KASHIMA, SELASA – Dua negara yang paling berambisi meraih medali emas cabang sepak bola putra Olimpiade Tokyo 2020, yaitu Brasil dan Spanyol, sukses memenuhi ekspektasi untuk berduel di partai puncak, Sabtu (7/8/2021) pukul 18.30 WIB di Stadion Nissan, Yokohama. Kedua raksasa itu bertekad untuk meraih medali emas kedua di ajang olahraga terakbar di dunia itu.
Brasil menjadi negara ketiga dalam sejarah Olimpiade yang berhasil menembus partai puncak dalam tiga partisipasi secara beruntun. Capaian monumental itu serupa dengan Yugoslavia dan Hungaria lebih dari 50 tahun silam.
Yugoslavia mampu menembus tiga final cabang sepak bola putra pada Olimpiade edisi 1948 hingga 1956, tetapi hanya mampu mendapatkan medali perak. Emas pertama dan satu-satunya yang diraih Yugoslavia tercipta pada kesempatan keempat menembus final pada Roma 1960.
Adapun Hungaria mencapai babak final pada 1964 hingga 1972. Dalam tiga kesempatan itu, Hungaria meraih dua medali emas pada Tokyo 1964 dan Meksiko 1968. Sementara itu, Brasil telah meraih emas perdana di ajang Olimpiade pada Rio de Janeiro 2016 lalu.
Kemenangan 4-1 (0-0) dalam adu penalti melawan Meksiko di Stadion Kashima, Selasa (3/8/2021) sore WIB, memastikan langkah Brasil untuk menembus laga perebutan medali emas Olimpiade Tokyo 2020. Sejak London 2012, Brasil selalu konsisten mampu menembus partai puncak di cabang olahraga paling bergengsi di muka bumi itu.
Pada Olimpiade 2012, Brasil tumbang 1-2 dari Meksiko. Oleh karena itu, keberhasilan membalas dendam atas Meksiko di Kashima melepas sebagian beban skuad Brasil dari tekanan para pendukung yang belum melupakan rasa sakit sembilan tahun silam itu. “Selecao” sesungguhnya tampil lebih dominan dari Meksiko dengan menghasilkan 11 peluang berbanding delapan tembakan yang diciptakan sang lawan. Tetapi, kiper senior sekaligus kapten Meksiko, Guillermo Ochoa, tampil brilian untuk melakukan lima penyelamatan selama 120 menit.
Kapten Brasil, Dani Alves, menyatakan, Brasil bermain sangat baik di babak semifinal, meskipun gagal mencetak gol di waktu normal. Meksiko, lanjutnya, menghadirkan penderitaan bagi timnya dengan penampilan bertahan yang amat kokoh.
“Di Olimpiade ini setiap lawan yang kami hadapi bermain dengan cara berbeda, sehingga kami harus menemukan bentuk permainan yang beragam untuk mengatasi setiap lawan. Kuncinya, kami harus tetap mampu menjaga fokus dan kini hanya butuh satu kemenangan lagi untuk mencapai target (emas) kami,” ucap Alves yang berpeluang meraih trofi ke-44 selama kariernya seusai laga seperti dikutip Folha.
Penampilan kiper Brasil, Santos, pun menjadi penentu kemenangan Brasil. Pemain Athletico Paranaense itu menepis penendang pertama Meksiko, Danie Aguirre, lalu mampu membaca tendangan kedua “El Tricolor”, julukan Meksiko, yang dieksekusi Johan Vazquez. Satu-satunya gol Meksiko diciptakan oleh Carlos Rodrigeuz. Di sisi lain, empat eksekutor Brasil, yaitu Alves, Gabriel Martinelli, Bruno Guimaraes, dan Reinier sukses menaklukan Ochoa.
Sementara itu, Spanyol untuk keempat kalinya akan tampil di laga final Olimpiade setelah menang 1-0 (0-0) atas Jepang. Dalam tiga kesempatan sebelumnya, “La Rojita” hanya satu kali meraih emas pada Barcelona 1992. Kemudian, pada dua edisi Olimpiade lainnya, yaitu Antwerp 1920 dan Sydney 2000, Spanyol harus puas hanya membawa pulang medali perak.
Kami sangat senang dengan hasil ini. Tim ini telah menunjukkan penampilan yang berkembang dari pertama kali kami tiba di Jepang.
Capaian untuk berlaga di final itu dipastikan berkat gol pemain Real Madrid, Marco Asensio, melalui sepakan melengkung dengan kaki kiri pada menit ke-115. Dalam laga yang berlangsung di Stadion Saitama, Selasa malam itu, Asensio berperan sebagai pemain pengganti di laga semifinal itu, Pemain berusia 25 tahun itu masuk ke lapangan untuk menggantikan Pedri pada menit ke-84.
“Kami sangat senang dengan hasil ini. Tim ini telah menunjukkan penampilan yang berkembang dari pertama kali kami tiba di Jepang,” kata Pelatih Spanyol Luis de la Fuente.
Kenangan Piala Dunia 2002
Alhasil, Brasil akan kembali menjalani laga final kedua di Stadion Nissan, Yokohama. Sebelumnya, “Selecao” meraih trofi Piala Dunia kelima di stadion itu berkat mengalahkan Jerman 2-0 di Jepang-Korea Selatan 2002.
“Bermain di Yokohama untuk laga final membuat kami amat termotivasi. Meski mayoritas kami masih anak-anak, tetapi kami bisa mengingat jelas kejayaan ‘Selecao’ di Yokohama pada 2002 lalu,” kata Richarlison, pencetak gol terbanyak Tokyo 2020 dengan catatan lima gol.
Bermain di Yokohama untuk laga final membuat kami amat termotivasi. Meski mayoritas kami masih anak-anak, tetapi kami bisa mengingat jelas kejayaan ‘Selecao’ di Yokohama pada 2002 lalu.
Sementara itu, Meksiko dan Jepang akan bertarung untuk memperebutkan medali perunggu. Laga itu akan berlangsung, Jumat (6/8) pukul 18.00 WIB, di Stadion Saitama. Kedua tim sempat bertarung di laga kedua Grup A. Kala itu, Jepang unggul 2-1.
“El Tricolor” berpeluang meraih medali kedua di ajang Olimpiade setelah membawa pulang emas pada London 2012. Walaupun kecewa gagal mengulangi prestasi di London, Meksiko bertekad untuk tampil habis-habisan demi dapat dikalungkan medali perunggu.
“Kami akan tampil dengan permainan terbaik kami. Kami ingin melanjutkan momentum bagus yang telah kami jalani selama Olimpiade ini, sehingga hal itu bisa menjadi modal kami untuk bersiap menghadapi Piala Dunia Qatar tahun depan,” ucap gelandang Meksiko, Sebastian Cordova, dilansir laman resmi FIFA.
Adapun Jepang akan menjalani laga perabutan medali perunggu kedua setelah di London 2012. "Samurai Biru" ingin menutup Tokyo 2020 dengan raihan medali perunggu. Prestasi itu demi mengulangi capaian di Olimpiade 1968 saat Jepang meraih perunggu usai menumbangkan Meksiko, sang tuan rumah, 2-0. (AFP)