Kemenpora akan memberikan bonus kepada atlet dan pelatih berprestasi di Olimpiade Tokyo dengan nilai tak kurang dari Olimpiade Rio. Bahkan, atlet dan pelatih yang belum berprestasi pun bakal diberi apresiasi.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah melalui Kementerian Pemuda dan Olahraga akan memberikan bonus kepada atlet dan pelatih peraih medali Olimpiade Tokyo dengan besaran tak kurang dari bonus Olimpiade Rio de Janeiro 2016. Bahkan, atlet dan pelatih yang belum mendapatkan medali pun bakal menerima apresiasi berupa uang tunai.
Jumlah bonus yang diberikan hampir sama dengan Olimpiade Rio, tetapi tidak turun dari itu.
Namun, nilai persis uang yang akan diberikan itu baru diumumkan secara resmi setibanya kloter terakhir atlet dan pelatih Olimpiade Tokyo ke Tanah Air dalam pekan ini. ”Jumlah bonus yang diberikan hampir sama dengan Olimpiade Rio, tetapi tidak turun dari itu. Pengumuman resmi besarannya disampaikan nanti saat penyambutan Greysia Polii/Apriyani Rahayu (pasangan peraih emas bulu tangksi ganda putri),” ujar Sekretaris Kemenpora Gatot S Dewa Broto, Selasa (3/8/2021).
Di Olimpiade Tokyo ini, kontingen Indonesia membawa pulang satu emas dari pasangan Greysia/Apriyani, satu perak dari lifter 61 kg Eko Yuli Irawan, dan tiga perunggu dari pebulu tangkis tunggal putra Anthony Sinisuka Ginting, lifter 73 kg Rahmat Erwin Abdullah, serta lifter 49 kg putri Windy Cantika Aisah. Atas prestasi tersebut, pemerintah melalui Kemenpora telah menjanjikan bonus.
Lima tahun lalu, Kemenpora memberikan bonus masing-masing Rp 5 miliar kepada pasangan ganda campuran bulu tangkis Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir yang meraih emas di Olimpiade Rio, serta masing-masing Rp 2 miliar kepada lifter Eko Yuli Irawan yang merebut perak kelas 62 kg dan lifter putri Sri Wahyuni Agustiani yang mendapatkan perak 48 kg putri. Pemerintah juga memberikan bonus Rp 1 miliar kepada lifter paragames Ni Nengah Widiasih yang meraih perunggu 41 kg di Paralimpiade 2016.
Tak hanya kepada atlet, Kemenpora turut memberikan bonus kepada pelatih, yakni Rp 2 miliar untuk Richard Mainaky selaku pelatih Tontowi/Liliyana, Rp 800 juta masing-masing untuk Dirdja Winardja, pelatih Eko; dan Supeni, pelatih Sri Wahyuni. Adapun pelatih Ni Nengah, I Ketut Mija Srinama, mendapatkan bonus Rp 400 juta. Di samping itu, para asisten pelatih pun memperoleh bonus dengan besaran setengah dari yang diterima pelatih kepala.
”Kira-kira jumlah bonusnya seperti itu. Kami bakal memberikannya sebelum keringat atlet mengering. Sebagai gambaran, Tontowi/Liliyana dan kawan-kawan mendarat di Indonesia sehabis Olimpiade Rio itu sekitar 23 Agustus 2016 dan bonus diberikan pada 2 November 2016. Ada jarak sekitar dua bulan itu karena kami harus mengurus administrasi, pajak (meski ditanggung negara), dan lain-lain. Untuk bonus Olimpiade Tokyo ini, paling lambat diberikan pas Peringatan Hari Olahraga Nasional (setiap 9 September),” tutur Gatot.
Selain itu, sesuai dengan arahan Menpora Zainudin Amali, pemerintah juga akan memberikan apresiasi kepada semua atlet dan pelatih yang belum berhasil membawa pulang medali Olimpiade Tokyo. Menurut Gatot, apresiasi itu memungkinkan diberikan karena pernah dilakukan kepada semua atlet yang tidak mendapatkan medali di Asian Games 2018 Jakarta-Palembang dan Asian Para Games 2018 Jakarta.
”Waktu itu, atlet yang tidak memperoleh medali di Asian Games ataupun Asian Para Games 2018 diberi apresiasi Rp 20 juta per orang. Namun, itu cuma untuk atlet dan sah tidak menjadi temuan di BPK (Badan Pemeriksa Keuangan),” tutur Gatot.
Di samping bonus kepada atlet dan pelatih berprestasi, menurut Gatot, pihaknya bakal memberikan penghargaan untuk pengurus cabang yang sukses mengantarkan atletnya berprestasi di Olimpiade Tokyo. Dua cabang yang sukses menyumbang medali, yakni bulu tangkis (satu emas dan satu perunggu) dan angkat besi (satu perak dan dua perunggu), sudah pasti masuk kluster pertama dalam 14 cabang prioritas nasional.
Dengan begitu, bulu tangkis dan angkat besi akan mendapatkan keistimewaan atau jauh lebih besar dari segi anggaran bantuan pelaksanaan pelatnas. Hal itu diharapkan bisa mendukung upaya dua cabang itu meningkatkan prestasinya di level internasional, terutama di Olimpiade Paris 2024. ”Jadi, ini semacam kompetisi untuk para pengurus cabang. Kalau mau mendapatkan anggaran bantuan pelatnas lebih besar, mereka patut menunjukkan prestasi lebih baik di ajang bergengsi, khususnya Olimpiade. Untuk yang belum bisa, tidak boleh iri,” kata Gatot menegaskan.
Sebelumnya, Menpora telah menyambut kedatangan dua kloter kontingen Indonesia dari Olimpiade Tokyo di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Tangerang, yakni enam atlet dari tiga cabang pada Kamis (29/7) dan 12 atlet dari tiga cabang pada Minggu (1/8). Dalam masing-masing sambutan, Menpora mengingatkan bahwa pemerintah pasti memberikan apresiasi atau penghargaan kepada semua kontingen Indonesia yang berhasil merebut medali ataupun yang belum.
Selain itu, Menpora berharap semua atlet, pelatih, ataupun pengurus cabang tidak lama-lama beristirahat. Mereka wajib segera menyiapkan diri kembali untuk mengikuti kejuaraan internasional lainnya, khususnya kualifikasi Olimpiade Paris yang dimulai dalam waktu dekat.
Sebagaimana desain besar olahraga nasional, Menpora ingin semua pemangku kepentingan olahraga nasional menjadikan Olimpiade sebagai target prestasi utama, sedangkan Asian Games ataupun SEA Games sebagai target antara. ”Kami bakal terus mendorong agar prestasi olahraga nasional semakin membaik, terutama prestasi muncul by design bukan by accident,” tutur Menpora.