Lifter putri Nurul Akmal belum berhasil menyumbangkan medali dari kelas +87 kg Olimpiade Tokyo. Namun, setidaknya, dia telah berusaha maksimal dan mencapai target minimum masuk lima besar di kelas tersebut.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Lifter putri Indonesia, Nurul Akmal, belum berhasil menciptakan kejutan untuk meraih medali kelas +87 kilogram Olimpiade Tokyo 2020 di Tokyo International Forum, Jepang, Senin (2/8/2021). Kendati demikian, lifter asal Lhoksukon, Aceh Utara, Provinsi Aceh, itu mencapai target minimum masuk lima besar dari 10 peserta kelas tersebut.
Dalam laga Grup A itu, Nurul membukukan total angkatan 256 kg (snatch 115 kg, clean and jerk 141 kg) dan berada di urutan kelima. Emas direbut lifter China, Wenwen Li, dengan 320 kg (snatch 140 kg, clean and jerk 180 kg); perak direngkuh lifter Inggris, Emily Jade Campbell dengan 283 kg (snatch 122 kg, clean and jerk 161 kg); dan perunggu diraih lifter Amerika Serikat, Sarah Elizabeth Robles, dengan 282 kg (snatch 128 kg, clean and jerk 154 kg).
”Kami menargetkan Nurul untuk masuk lima besar dan bisa memecahkan rekor total angkatan terbaiknya dari 260 kg (dalam Kejuaraan Dunia 2019 di Pattaya, Thailand) menjadi 269 kg. Namun, ini sudah cukup baik,” ujar Kepala Bidang Pembinaan Prestasi Pengurus Besar Perkumpulan Angkat Besi Seluruh Indonesia (PB PABSI) Hadi Wihardja saat dihubungi dari Jakarta, Senin.
Nurul memulai aksi dengan angkatan snatch 107 kg yang dilakukan dengan baik walau sedikit tersendat untuk menaikkan barbel ke atas kepala. Setelah itu, lifter kelahiran 12 Februari 1993 itu tampil lebih meyakinkan dengan angkatan snatch 111 kg di kesempatan kedua dan 115 kg di kesempatan ketiga yang semuanya dilakukan dengan mulus.
Sejatinya, rekor snatch terbaik Nurul adalah 116 kg ketika tampil di Asian Games 2018 Jakarta-Palembang. Akan tetapi, menurut Hadi, angkat snatch terbaik Nurul di Olimpiade Tokyo dengan 115 kg sudah bagus. Sebab, sepanjang uji coba angkatan maksimal bulanan (UCAM) di pelatnas jelang Olimpiade, angkatan snatch terbaik dia hanya 112 kg yang dicatat pada 25 Juni lalu. ”Angkatan snatch 115 kg sudah oke. Sebab, setahun terakhir di UCAM, Nurul masih sulit melebihi 112 kg. Jadi, ini sudah keren dan performanya sudah kembali,” kata Hadi.
Pada angkatan clean and jerk, Nurul mengawali aksi dengan bobot 141 kg yang dilakukan dengan baik meski agak lama menaikkan barbel dari bahu ke atas kepala. Sayangnya, lifter bertinggi 165 sentimeter itu gagal saat mencoba clean and jerk 151 kg di kesempatan kedua dan 154 kg di kesempatan ketiga.
Clean bisa dilakukannya dengan mudah, tetapi jerk-nya belum bisa mengunci sehingga barbel dibuang ke belakang. Sayang memang, tetapi dia sudah berusaha.
Angkatan clean and jerk 141 kg itu masih jauh di bawah rekor terbaik Nurul dengan 150 kg pada Kejuaraan Dunia 2019. Namun, lanjut Hadi, capaian itu pun cukup bagus. ”Setidaknya, itu tidak terlalu jauh di bawah usaha terbaiknya di UCAM, yakni 145 kg yang dibukukan pada 10 Maret dan 25 Juni,” kata Hadi.
Mencoba yang terbaik
Secara keseluruhan, total angkatan Nurul di Olimpiade ini dengan 256 kg masih empat kg di bawah rekor terbaiknya 260 kg. ”Tadi, Nurul sudah mencoba untuk memecahkan rekor itu dengan percobaan clean and jerk 151 kg di kesempatan kedua dan 154 kg di kesempatan ketiga. Clean bisa dilakukannya dengan mudah, tetapi jerk-nya belum bisa mengunci sehingga barbel dibuang ke belakang. Sayang memang, tetapi dia sudah berusaha,” tutur Hadi.
Hadi mengatakan, performa lifter kelas +87 kg turut dipengaruhi bobot tubuhnya. Adapun bobot Nurul 113 kg yang jauh di bawah Wenwen dengan 150 kg, Campbell dengan 124 kg, dan Robles dengan 148 kg. Lewat modal itu, Wewen sukses memecahkan tiga rekor Olimpiade sekaligus, yakni snatch (standar 139 kg), clean and jerk (standar 172 kg), dan total angkatan (standar 306 kg). ”Berat badan sangat berpengaruh dalam nomor ini dan tentunya latihan yang baik,” ungkap Hadi.
Secara keseluruhan dari lima lifter Indonesia yang berlaga di Olimpiade Tokyo, tiga di antaranya berhasil merebut medali, yakni perak oleh lifter 61 kg Eko Yuli Irawan, perunggu oleh lifter 73 kg Rahmat Erwin Abdullah, dan perunggu oleh lifter 49 kg putri Windy Cantika Aisah. Selain Nurul, lifter 67 kg Deni juga belum bisa membawa pulang medali.
Pengamat olahraga Fritz E Simanjuntak menyampaikan, kendati belum mendapatkan emas, capaian tim angkat besi Indonesia telah cukup baik karena setidaknya bisa mempertahankan tradisi medali Olimpiade sejak Sydney 2000 atau selama 21 tahun terakhir. Akan tetapi, untuk meningkatkan prestasi dengan meraih emas, fasilitas pelatnas wajib ditingkatkan mulai dari melahirkan lebih banyak atlet, meningkatkan kapasitas pelatih, hingga infrastruktur tempat latihan.
Paling tidak, itu diawali dengan pembangunan tempat latihan baru di luar Mess Marinir Kwini di Jakarta Pusat. Hal ini amat memungkinkan mengingat angkat besi salah satu dari 14 cabang prioritas nasional. ”Untuk mempercepat semua proses itu dibutuhkan instruksi presiden dan harus segera,” ujar Fritz.