Tim AS sudah dinanti Spanyol di perempat final Olimpiade Tokyo 2020. Pengalaman dan kehebatan Kevin Durant sangat dibutuhkan AS untuk mengalahkan sang rival abadi.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
TOKYO, SENIN – Tim nasional bola basket Amerika Serikat akan menjalani ujian pertama fase gugur menghadapi rival terbesar, Spanyol, pada perempat final, Selasa (3/8/2021). Di tengah inkonsistensi permainan AS selama babak grup, kapten tim Kevin Durant (32) diharapkan bisa menopang para juniornya untuk melewati ujian besar tersebut.
Tim bertabur bintang NBA ini tampil kurang menggigit selama babak grup. Di luar dugaan, Durant dan rekan-rekan sebagai unggulan teratas hanya menempati peringkat kedua Grup A, di bawah Perancis. Mereka pun bertemu Spanyol yang juga merupakan peringkat kedua Grup C.
AS baru mengalahkan tim yang levelnya berada di bawah mereka, yaitu Iran (120-66) dan Republik Ceko (119-84). Tim asuhan pelatih Gregg Popovich ini belum terbukti ketika bertemu tim selevel, seperti saat dikalahkan Perancis. Keraguan besar pun menyelimuti AS jelang bertarung dengan Spanyol, tim peringkat kedua dunia versi FIBA.
Olimpiade semakin lama semakin kompetitif. Banyak tim yang bermain dengan hasrat dan punya pemain berbakat dari sisi individu. Jika tim Anda tidak siap, Anda akan dihukum.
Popovich merasakan tekanan besar untuk bisa mempertahankan tradisi emas AS di Olimpiade yang diraih beruntun sejak Beijing 2008. “Olimpiade semakin lama semakin kompetitif. Banyak tim yang bermain dengan hasrat dan punya pemain berbakat dari sisi individu. Jika tim Anda tidak siap, Anda akan dihukum,” katanya.
Di tengah penampilan kurang greget, pemain paling diharapkan untuk bersinar adalah Durant. Megabintang asal Brooklyn Nets ini merupakan pemain terbaik di tim AS saat ini. Dia juga satu-satunya pemain paling berpengalaman dengan tampil dalam tiga gelaran Olimpiade sekaligus.
Sang kapten sejauh ini belum memperlihatkan dominasi di lapangan untuk memimpin pasukan muda AS. Dia baru menghasilkan rata-rata 14,3 poin; 5 rebound; dan 4,3 asis selama bermain 22,6 menit. Jumlah kontribusi itu sangat jauh dari kapasitas peraih dua emas Olimpiade (2012, 2016) tersebut.
Namun, ada harapan besar terhadapnya. Durant mulai bersinar dalam laga terakhir babak grup versus Ceko. Dia mencetak 23 poin dengan akurasi lemparan 72,7 persen (8-11). Raihan itu menjadikannya sebagai pencetak poin terbanyak dalam sejarah tim AS (354 poin), melewati Carmelo Anthony (336 poin).
Mantan pemain Golden State Warriors ini juga mulai menampilkan sosok kepemimpinan yang tidak terlihat pada dua laga pertama. Dia berjuang keras menjaga pemain besar Ceko, mengambil bola pantul, hingga menjadi mesin skor tim. Semua itu dilakukan kapten yang tidak terlalu vokal ini untuk memberi contoh kepada pemain lain.
“Saya merasa harus siap untuk melakukan setiap hal di lapangan. Saya akan bekerja keras untuk berada pada titik tertinggi. Itu sangat menyenangkan ketika bisa berjuang untuk tim,” kata Durant tentang sikap yang akan dibawanya ke fase gugur.
Durant punya tanggung jawab amat besar karena rekan-rekannya masih belum berpengalaman. Hanya power forward Draymond Green yang pernah bermain di Olimpiade. Sisanya, pemain bintang seperti Damian Lillard dan Jayson Tatum merupakan debutan di ajang multicabang terbesar ini.
Kata Durant, dia tidak akan memaksa untuk menjadi eksekutor tim saat berhadapan dengan Spanyol. “Terkadang bisa saya (sebagai eksekutor). Atau seperti sebelumnya bisa saja Dame (Lillard) atau Tatum. Tergantung siapa yang sedang bagus,” tambahnya.
Spanyol bisa mengejutkan AS kapan saja. Mereka punya tim kompak dengan pemain veteran yang juga bermain di NBA. Spanyol punya duo Gasol bersaudara (Pau dan Marc) di posisi center serta Ricky Rubio di posisi point guard.
Spanyol sedang mengincar pembalasan seusai ditaklukkan Slovenia, bersama Luka Doncic, di laga terakhir babak grup. Rubio sebagai jenderal lapangan akan memimpin perlawanan terhadap negara tempatnya berkarier. Adapun pemain Minessota Timberwolves itu cukup impresif selama Olimpiade dengan catatan rerata 21,3 poin dan 7,3 asis.
AS unggul atas Spanyol, 16-2, dalam rekor pertemuan di Olimpiade ataupun Piala Dunia. Terakhir kali bertemu, mereka juga menang atas Spanyol di semifinal Rio 2016, 107-100. Meskipun AS lebih sering menang, duel kedua tim peringkat teratas FIBA ini nyaris selalu berakhir dengan selisih skor tipis.
Pasukan Popovich tidak bisa bergantung pada rekor. Tim yang dibawa kali ini bukanlah representasi terbaik AS, tidak seperti Olimpiade terdahulu. Dua pemain paling berpengaruh di NBA, LeBron James dan Stephen Curry, tidak ikut berangkat ke Tokyo.
Bagi Spanyol, ini adalah kesempatan terbesar untuk menumbangkan sang raksasa. “Jika Anda mau mendapatkan medali emas, Anda harus siap mengalahkan semuanya. Di titik ini, tidak penting siapa yang akan kami hadapi,” kata Marc.
Guard tim AS, Jrue Holiday, meyakini sosok raksasa dalam diri mereka telah bangkit. Mereka telah terbangun setelah kekalahan menyakitkan dari Perancis (76-83) pada laga pembuka. Kekalahan itu yang merusak rekor sempurna 24 kemenangan beruntun AS di Olimpiade.
“Kekalahan pasti akan membantu Anda lebih berkembang. Itu akan membuat Anda lebih detail dalam semua hal yang salah sebelumnya. Kami menunjukkan kemajuan signifikan setelah kekalahan itu,” ucap Holiday yang bergabung dengan tim AS setelah menjuarai NBA bersama Milwaukee Bucks. (AP/REUTERS)