Untuk pertama kali dalam banyak gelaran Olimpiade, tim bola basket Amerika Serikat tidak jadi magnet utama. Daya pikat lebih besar mengarah ke bintang Slovenia, Luka Doncic.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·5 menit baca
Jelang perempat final bola basket Olimpiade Tokyo 2020, semua mata tertuju ke arah pebasket andalan Slovenia, Luka Doncic (22). Bintang NBA asal klub Dallas Mavericks ini tampil memukau sepanjang babak grup. Dia bersinar terang melampaui kilauan para pemain top di tim bertabur bintang sekaligus juara bertahan Amerika Serikat.
Perebutan tiket 8 besar di babak grup telah berakhir pada Minggu (1/8/2021). Slovenia memastikan keluar sebagai juara Grup C setelah menang atas peraih perunggu Olimpiade Rio 2016, Spanyol, 95-87, di Arena Saitama Super. Doncic dan rekan-rekan menyapu bersih tiga laga di grup ”neraka” yang diramaikan juga oleh Argentina dan Jepang.
Catatan mentereng Slovenia tidak lepas dari andil besar Doncic. Guard setinggi 2,01 meter ini hampir selalu mendominasi permainan dalam setiap laga. Dia berkontribusi rata-rata 28,3 poin, 10,7 rebound, dan 7 asis selama bermain 30,3 menit.
Doncic menempati peringkat tiga besar dalam setiap aspek catatan individu tersebut. Tak ada satu pun pemain dari negara mana pun yang bisa menyamai dominasi itu. Spesialnya lagi, dia juga menjadi pencetak angka tersubur sepanjang babak grup.
Sebagai pembanding, pencetak angka terbanyak kedua adalah forward Jepang, Rui Hachimura (22,3 poin), yang jauh tertinggal dari Doncic. Saat bersamaan, tidak ada yang terlalu bersinar dari tim AS. Dipimpin forward megabintang asal Brooklyn Nets Kevin Durant, belum ada satu pun pemain yang terlihat dominan. Mesin skor terbaik mereka saat ini adalah Jayson Tatum dengan 16,7 poin per gim.
Dominasi itu menjadikan Doncic sebagai magnet terbesar di Olimpiade. Saking dominannya, pelatih Jepang Julio Lamas sampai kehabisan kata-kata untuk Doncic. Lamas begitu terpukau dengan sang pemain lawan ketika ditaklukkan Slovenia, 81-116, pada Kamis lalu. Sang pelatih asal Argentina itu menyebut Doncic sebagai salah satu dari lima pemain terbaik di dunia saat ini.
Saya tidak pernah melihat dalam 30 tahun terakhir, ada pemain yang mampu mendominasi pertandingan di turnamen seperti ini.
”Saya tidak pernah melihat dalam 30 tahun terakhir ada pemain yang mampu mendominasi pertandingan di turnamen seperti ini. Sangat sulit menyiapkan rencana (untuk berhadapan dengan Doncic). Dia punya semua, bisa mencetak poin dari penetrasi, menembak, juga mengatur serangan untuk pemain lain,” kata Lamas, yang melihat Doncic berpesta dengan 25 poin, 7 rebound, dan 7 asis.
Sanjungan lebih tinggi disampaikan Pelatih Argentina Sergio Hernandez. Dia tidak ragu menyebut Doncic sebagai pemain terbaik di dunia saat ini. Sanjungan ini disampaikan setelah Doncic menghasilkan 48 poin ke keranjang Argentina pada laga pembuka, Senin lalu. Catatan poin itu merupakan yang terbanyak kedua oleh seorang pemain dalam sepanjang sejarah Olimpiade.
Incaran Spanyol
Tak ayal, Doncic menjadi incaran utama pertahanan Spanyol ketika laga kemarin. Dijaga ketat dua sampai tiga pemain, peraih Rookie of The Year NBA itu agak kewalahan. Dia hanya menyumbang 12 poin dalam laga ini. Doncic pun hanya bisa menembak 7 kali, dengan akurasi sangat rendah, 29 persen.
”Terkadang ada tiga pemain sekaligus mengarah kepadanya. Mereka sangat menekannya. Tetapi, itulah Luka. Dia selalu bisa menemukan cara untuk membawa kami menang. Kuncinya ada di pergerakan bola,” kata Pelatih Slovenia Aleksander Sekulic.
Meski minim kontribusi poin, Doncic tetap menjadi roh permaianan Slovenia. Dia mengatur tempo serangan dan turut bertarung mengambil semua bola pantul. Mantan pemain klub basket Real Madrid ini nyaris menyumbang triple-double, dengan tambahan catatan 14 rebound dan 9 asis.
Menariknya, catatan statistik plus minus Doncic sangat baik +11. Itu adalah catatan kedua terbaik di tim setelah shooting guard, Klemen Prepelic (+17). Artinya tanpa sumbangan poin signifikan, kehadiran Doncic tetap sangat penting di lapangan. Dalam 33 menit bermain, dia membuat Slovenia lebih unggul 11 poin atas Spanyol.
Kontribusi dari sosok jenderal lapangan inilah yang menjadikan Slovenia begitu tangguh saat ini. Sejak akhir 2017, tim peringkat ke-16 dunia ini tidak pernah terkalahkan saat Doncic bermain (16 menang-0 kalah).
Seluruh pemain Slovenia sangat bahagia bermain dengan Doncic. Dua kali peserta All-Star NBA itu tidak membawa ego pemain bintang ke dalam tim nasional. Justru pemain murah senyum tersebut mau mendengar masukan dan melayani para seniornya di lapangan.
Kerendahan hati ini sangat penting. Pengalaman buruk pernah dirasakan oleh mantan point guard NBA dari tim San Antonio Spurs, Tony Parker. Pemain Perancis ini sering kali diabaikan oleh rekan-rekan timnas karena punya ego tinggi. Hal tersebut membuat potensi besar Perancis selalu tenggelam.
”Saya senang bisa bermain dengannya. Dia adalah pria yang sangat istimewa. Sangat mudah bermain dengannya karena dia sosok hebat sebagai pebasket dan manusia. Kami bahagia dia adalah orang Slovenia,” kata pemain veteran tim Slovenia, Zoran Dragic (32).
Jika juara Olimpiade, Doncic akan semakin dipertimbangkan sebagai pebasket terbaik di dunia saat ini. Status itu bisa digapai karena dia mampu membawa tim kuda hitam lebih berprestasi dibandingkan tim AS yang berisi para megabintang NBA.
Namun, sebelum itu, Doncic sudah dinanti rintangan lebih berat di perempat final. Slovenia akan menghadapi tim peringkat ke-17 dunia, Jerman, pada Selasa nanti. Jerman tidak terlalu menjanjikan karena kalah dua kali di babak grup, tetapi mereka punya pemain berbakat seperti Lo Maodo (28) yang menyumbang rata-rata 14,3 poin dan 6 asis.
Doncic sedang dalam fokus tertinggi. Dia ingin kembali membawa Slovenia juara, setelah merajai Eropa dalam turnamen EuroBasket pada 2017. ”Saya pikir kami sudah siap untuk segalanya. Ini adalah perempat final. Jika Anda kalah, Anda akan pulang. Kami akan memberikan 100 persen,” ucap calon wajah masa depan NBA tersebut. (AP/REUTERS)