Anthony Ginting mewujudkan mimpinya meraih medali Olimpiade, meskipun bukan medali emas. Anthony merebut medali perunggu setelah menang mudah atas Kevin Cordon dari Guatemala.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
TOKYO, KOMPAS - Tunggal putra, Anthony Sinisuka Ginting, menambah medali perunggu bagi Indonesia dalam Olimpiade Tokyo 2020. Dia mewujudkan mimpinya meraih medali Olimpiade, meski bukan emas.
Anthony tak menyia-nyiakan kesempatan terakhir untuk mendapat medali dalam debutnya di Olimpiade. Dia mengalahkan pemain Guatemala, Kevin Cordon (Guatemala), 21-11, 21-13, dalam pertandingan di Musashino Forest Sport Plaza, Senin (2/8/2021). Anthony mempersembahkan kemenangan ini untuk masyarakat Indonesia yang sedang menghadapi pandemi Covid-19.
Laga itu terjadi setelah kedua pemain kalah pada semifinal, sehari sebelumnya. Anthony kalah dari juara bertahan, Chen Long (China), 16-21, 11-21, adapun Kordon dikalahkan Viktor Axelsen (Denmark), 18-21, 11-21. Axelsen pun memastikan meraih medali emas setelah mengalahkan Chen Long, 21-15, 21-12.
Dengan hasil dari final terakhir itu, China unggul dengan dua medali emas, yaitu dari tunggal putri dan ganda campuran. Emas nomor lain didapat Indonesia (ganda putri), Taiwan (ganda putra), dan Denmark (tunggal putra).
Anthony mengawali pertandingan melawan Cordon dengan sedikit canggung, hingga tertinggal di beberapa poin awal. Namun, dia mulai menguasai permainan dan tampil dengan tenang untuk memetik poin demi poin.
Tunggal putra Indonesia peringkat kelima dunia itu sedikit khawatir di awal laga karena Cordon tampil bagus sejak babak penyisihan grup hingga tersingkir di semifinal. Beberapa lawan yang dikalahkan oleh Cordon pernah bertemu dengan Anthony dengan hasil menang-kalah. Kondisi itu membuat dirinya sedikit khawatir.
Namun, setelah bisa menemukan ritme permainan saat memasuki pertengahan gim pertama, Anthony terus melesat tidak terkejar. Pada gim kedua, Anthony bisa bermain lebih tenang dan meraih kemenangan mudah. Dia tidak merayakan berlebihan kemenangan ini, meskipun medali perunggu sangat berarti bagi dirinya.
Pada hampir sepanjang laga, dalam pertandingan yang disaksikan Presiden Komite Olimpiade Internasional (IOC) Thomas Bach dan Presiden Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF) Poul-Erik Hoyer Larsen itu, Anthony bermain lebih rileks dibandingkan laga-laga sebelumnya. Dia beberapa kali tersenyum ketika mendapat poin.
Ini merupakan medali Olimpiade pertama dari tunggal putra setelah Taufik Hidayat meraih emas dan perunggu dari Sony Dwi Kuncoro di Athena 2004.
Empat tahun berikutnya, hasil terbaik tunggal putra “Merah Putih” adalah perempat final dari Sony. Di London 2012, Taufik dan Simon Santoso hanya bertahan hingga babak kedua, demikian pula dengan Tommy Sugiarto di Rio de Janeiro 2016.
Saya ingin meraih medali emas, tetapi inilah jalan saya, mendapat medali perunggu.
"Saya ingin meraih medali emas, tetapi inilah jalan saya, mendapat medali perunggu," ujar Anthony, ketika ditemui wartawan Kompas, Agung Setyahadi di mixed zone.
"Medali ini untuk masyarakat Indonesia yang terus mendukung dan mendoakan selama hampir dua pekan ini. Jujur, ini dua minggu yang berat karena menguras fisik, mental, dan pikiran. Memang dari sebelum berangkat ke sini, saya berusaha supaya tidak kendor sedikit pun dan di minggu terakhir ini sangat krusial sehingga coba supaya tidak ada yang meleset," lanjut pemain asal SGS Bandung itu.
Sementara itu, Cordon tidak menduga bisa masuk dalam laga perebutan medali di Olimpiade. Meskipun bisa bermain lepas sejak gim pertama, dia tidak bisa meredam keunggulan Anthony dalam kejelian penempatan kok di posisi sulit.
Ini merupakan Olimpiade keempat Cordon setelah Beijing 2008, London 2012, dan Rio 2016. Dia tidak menduga bisa kembali tampil di Tokyo karena mengalami cedera lutut setelah Rio 2016. "Setelah Olimpiade Rio sangat sulit bagi saya untuk kembal latihan. Ini seperti kesempatan kedua bagi saya untuk bisa bermain lagi di Olimpiade," ungkap pemain berusia 34 tahun itu.
Terkait anggapan bahwa dirinya adalah pahlawan nasional, Cordon merasa angapan itu terlalu berlebihan. "Saya bermain bulu tangkis bukan karena ingin dianggap sebagai pahlawan, saya bermain bulu tangkis karena saya mencintai olah raga ini, saya menyukai ini," katanya
Cordon cukup terkenal di Guatemala, negeri di mana sepak bola merupakan olah raga paling populer. Dia pun sering dihentikan orang saat berjalan di kota tempat dia tinggalnya untuk diminta berfoto bersama. "Ya, beberapa orang melakukan itu," ujar Cordon dengan malu-malu.
"Namun, saya sebenarnya ingin menjadi manusia terlebih dahulu, sebelum menjadi atlet," lanjut Cordon terkait apa yang dia inginkan saat orang melihat dirinya.
Emas lima nomor
Dengan hasil dari hari terakhir persaingan cabang bulu tangkis di Tokyo 2020, Indonesia meraih satu medali emas dan satu perunggu. Emas diraih ganda putri, Greysia Polii/Apriyani Rahayu setelah di final, beberapa jam sebelumnya mengalahkan Chen Qingchen/Jia Yifan (China), 21-19, 21-15.
Gelar juara dari Greysia/Apriyani itu menjadikan Indonesia sebagai negara kedua, setelah China, yang bisa meraih medali emas dari semua nomor. Tunggal putra telah mendapat medali emas dari Alan Budikusuma (Barcelona 1992) dan Taufik Hidayat (Athena 2004), sementara tunggal putri dari Susy Susanti (Barcelona 1992).
Ganda putra menyumbangkan emas terbanyak, yaitu tiga, melalui Ricky Soebagdja/Rexy Mainaky (Atlanta 1996), Candra Wijaya/Tony Gunawan (Sydney 2000), dan Markis Kido/Hendra Setiawan (Beijing 2008). Adapun medali ganda campuran didapat dari Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir di Rio de Janeiro 2016.