Teofilo Yldefonso, Orang Asia Tenggara Pertama Peraih Medali Olimpiade
Sejarah mencatat, orang Asia Tenggara pertama peraih medali Olimpiade berasal dari Filipina, yakni Teofilo Yldefonso, atlet renang gaya dada dan seorang serdadu yang terlibat dalam Perang Dunia II.
Oleh
Iwan Santosa
·4 menit baca
Bangsa Filipina berbangga hati atas raihan medali emas pertama dari cabang angkat besi oleh lifter putri Hidilyn Diaz di Olimpiade Tokyo 2020. Diaz berjaya di kelas 55 kilogram dengan angkatan total 224 kilogram, mengungguli atlet China, Liao Qiuyun, yang meraih perak.
Emas itu diraih Filipina setelah mencoba hampir 100 tahun. Negara ini memiliki sejarah panjang di Olimpiade, dengan mengirimkan atlet pertamanya ke Olimpiade modern pada 1924. Sejarah mencatat, orang Asia Tenggara pertama peraih medali Olimpiade juga berasal dari Filipina, yakni Teofilo Yldefonso, atlet renang gaya dada dan seorang serdadu yang terlibat dalam Perang Dunia II, yang meraih perunggu pada Olimpiade 1928.
Harian Manila Bulletin dalam laman tanggal 30 Juli 2021 menulis laporan khusus tentang Teofilo Yldefonso yang disebut sebagai ”bapak renang gaya dada modern”. Teofilo Yldefonso, kelahiran Provinsi Ilocos Norte—kampung halaman Presiden Ferdinand Marcos—di Pulau Luzon pada 5 November 1903 di kota Piddig, adalah anak kedua dari tiga bersaudara.
Ibunya meninggal tidak lama setelah melahirkan si bungsu—anak keempat—Felipe Yldefonso. Bersama kakaknya, Vicente Yldefonso, Teofilo Yldefonso pun merawat adik nomor tiga, Teodoro Yldefonso. Semasa kanak-kanak, mereka belajar berenang di Sungai Guisit di kampung halaman.
Pada 1922, saat berusia 18 tahun, Teofilo Yldefonso mengikuti berbagai kejuaraan renang yang berulang kali dimenanginya. Kemudian dia terus menekuni dunia renang selama 16 tahun. Teofilo Yldefonso memenangi medali emas dalam Far Eastern Games dalam nomor 200 meter gaya dada tahun 1927, 1930, dan 1934.
Pada 1928, Teofilo Yldefonso mewakili Persemakmuran Filipina pada Olimpiade musim panas di kota Amsterdam, Belanda. Dia menorehkan tinta emas sejarah sebagai orang Asia Tenggara pertama yang meraih medali dalam Olimpiade modern dengan raihan medali perunggu.
Kembali dia meraih prestasi serupa medali perunggu tahun 1932 dalam Olimpiade di California, Amerika Serikat. Teofilo Yldefonso juga meraih medali emas berulang kali dalam pertandingan Filipina melawan Formosa (Taiwan) tahun 1929, 1931, 1933, dan tahun 1937. Dia bertanding kembali di Olimpiade Berlin tahun 1936, tetapi hanya finis di tempat ketujuh.
Perang Dunia II
Sebelum Perang Dunia II melanda Filipina akhir tahun 1941, Teofilo Yldefonso sudah menikah dengan Manuela Ella tahun 1925 dan dianugerahi enam anak, yakni Porfirio, Emilio, Felipe, Norma, Herminia, dan Carmelito. Ketika pecah Perang Dunia II, Teofilo Yldefonso menjadi serdadu dalam satuan perintis—Scout Philippines—dan terlibat dalam pertempuran melawan invasi Jepang.
Pada April 1942, Jenderal Edward P King, Komandan Pasukan Amerika-Filipina, menyerah kepada Jepang setelah empat bulan pertempuran berdarah di Semenanjung Bataan dan Correigidor. Para serdadu Amerika dan Filipina kemudian ditawan dan dipaksa berjalan kaki tanpa diberi bekal sejauh 105 kilometer dari Mariveles, di Semenanjung Bataan ke kamp tawanan di Kota San Fernando di Provinsi Pampanga.
Peristiwa kejam itu dikenal sebagai Bataan Death March yang memakan korban ribuan jiwa orang Filipina dan Amerika. Selanjutnya, mereka dipindahkan ke kamp tawanan di Kamp O’Donnell di Capas, Provinsi Tarlac.
Walaupun Teofilo Yldefonso selamat dari Bataan Death March, kondisi kamp tawanan yang sangat buruk dan minimnya asupan makanan membuat kondisi fisiknya merosot tajam. Pada 19 Juni 1942, Teofilo Yldefonso (39) meninggal di dalam pelukan adiknya, Teodoro Yldefonso, yang menjadi tenaga medis militer. Catatan resmi menyebutkan, penyebab kematian adalah disentri dan keracunan darah yang memicu sepsis—kegagalan fungsi organ tubuh.
Menurut data International Swimming Hall of Fame (ISHOF), seterunya dalam Olimpiade, Yoshi Tsuruta, yang menjadi letnan dalam angkatan darat Jepang, mendengar kabar penahanan Teofilo Yldefonso. Yoshi Tsuruta mencari seterunya pada pertandingan Olinpiade untuk membebaskannya. Namun, itu terlambat, Teofilo Yldefonso keburu meninggal dan dimakamkan di kuburan masal.
Hingga kini, makam Teofilo Yldefonso tidak diketahui lokasinya. Pada 2010, ISHOF memberikan gelar ”Bapak Renang Gaya Dada Modern” kepada Teofilo Yldefonso yang memperkenalkan renang gaya dada yang kini dikenal dunia.
Presiden Ferdinand Marcos juga memberikan penghargaan jasa kemiliteran dan selanjutnya pada 2006, di kota Pidig dibuat patung dada Teofilo Yldefonso di plaza kota Pidig. Salah seorang putrinya, Norma Yldefonso, menjadi atlet renang dan meraih medali perak di ajang Asian Games tahun 1954 di kota Manila, Filipina.