Petembak putri Indonesia, Vidya Rafika Rahmatan Toyyiba, gagal meraih prestasi terbaik di Olimpiade Tokyo. Namun, dia diyakini memetik banyak pengalaman berharga sebagai modal untuk lebih baik di kejuaraan lain ke depan.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Petembak putri Indonesia, Vidya Rafika Rahmatan Toyyiba, berada di urutan ke-37 atau juru kunci dengan skor 1.137 poin dalam kualifikasi 50 meter senapan api tiga posisi individu Olimpiade Tokyo 2020 di Lapangan Tembak Asaka, Tokyo, Jepang, Sabtu (31/7/2021). Hasil itu membuat Vidya gagal lolos ke final yang hanya mempertandingkan delapan petembak terbaik babak kualifikasi.
Secara keseluruhan, Vidya belum berhasil menyumbangkan prestasi terbaik di Olimpiade perdananya ini. Namun, bagi Pengurus Besar Persatuan Menembak Seluruh Indonesia (PB Perbakin), petembak berusia 20 tahun itu tidak mutlak gagal. Paling tidak, petembak peraih emas 10 meter senapan angin individu dan campuran SEA Games 2019 Filipina ini telah memetik banyak pengalaman luar biasa sebagai modal tampil lebih baik di kejuaraan-kejuaraan lain ke depan.
Vidya dinilai masih berusia muda dan punya potensi besar tampil maupun berprestasi di Olimpiade Paris 2024. ”Maaf, Vidya sudah maksimal dan belum bisa ke final. Tetapi, dia pasti tambah matang ke depannya,” ujar Ketua Komisi Kepelatihan dan Pendidikan Bidang Target PB Perbakin Glenn C Apfel saat dihubungi dari Jakarta, Sabtu.
Vidya tampil di babak kualifikasi itu mulai pukul 10.00 WIB. Dalam laga yang berlangsung 2 jam 45 menit itu, petembak kelahiran Depok, Jawa Barat, 27 Mei 2001, itu nyaris tidak pernah beranjak dari urutan 35-37. Pada akhirnya, dia finis di urutan terakhir dengan skor 1.137 poin, yaitu terdiri dari skor berlutut 371 poin, tengkurap 391 poin, dan berdiri 375 poin.
Skor itu jauh di bawah rekor skor terbaik Vidya, yaitu 1.159 poin, yang dibuat dua bulan lalu dalam salah satu kejuaraan daring. Tadinya, PB Perbakin berharap Vidya setidaknya bisa mempertajam rekor terbaiknya itu menjadi 1.160-1.170 poin.
”Target ini realisitis karena 50 meter senapan api tiga posisi bukan spesialisasi Vidya. Lagi pula, dia baru intens berlatih nomor tersebut dua tahun terakhir atau sehabis SEA Games 2019,” kata Glenn.
Vidya telah mengeluarkan semua kemampuan terbaiknya. Dia kalah dalam pertempuran, bukan kalah sebelum berperang. Saya bangga.
Menurut Glenn, hasil Vidya di 50 meter senapan api tiga posisi yang masih jauh di bawah rekor terbaiknya itu murni karena dia belum benar-benar menguasai nomor tersebut. Selama ini, spesialisasi utamanya adalah 10 meter senapan angin.
”Secara mental, Vidya lebih siap bertanding di 50 meter senapan api tiga posisi ini. Namun, nomor ini bukan andalannya. Untuk 10 meter senapan angin kemarin, penampilan dia masih jauh di bawah performa terbaiknya karena memang belum berpengalaman berlaga di ajang sebesar Olimpiade ini,” tuturnya.
Sebelumnya, pada kualifikasi 10 meter senapan angin, pekan lalu, Vidya harus puas duduk di peringkat ke-35 dari 50 peserta dengan skor 622,0 poin. Capaian itu pun masih jauh di bawah performa terbaiknya dengan skor 629,8 poin ketika mengikuti Kejuaraan Menembak Daring 2021 pada Mei lalu. Dia lolos ke Olimpiade usai berada di tempat ke-14 Kejuaraan Asia 2019 di Doha, Qatar, 5-13 November 2019, dengan skor 625,4 poin.
”Vidya telah mengeluarkan semua kemampuan terbaiknya. Dia kalah dalam pertempuran, bukan kalah sebelum berperang. Saya bangga dia sudah berjuang dengan luar biasa,” ungkap ibu Vidya, I Gusti Ayu Putu Indra Dewi, lewat pesan singkat.