Pelari Lalu Muhammad Zohri harus memakai kacamata kuda dalam Olimpiade Tokyo ini. Tujuannya, agar Zohri yang punya potensi besar tidak tertekan dengan lawan di kanan-kirinya dan bisa mengeluarkan kemampuan terbaik.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pelari andalan Indonesia, Lalu Muhammad Zohri, akan memulai aksinya pada nomor lari 100 meter Olimpiade Tokyo 2020 di Stadion Olimpiade Tokyo, Jepang, Sabtu (31/7/2021). Zohri diharapkan fokus kepada diri sendiri atau menggunakan kacamata kuda saat lomba agar dapat mengeluarkan kemampuan terbaiknya.
”Zohri biarkan mengalir agar rileks, tidak terbebani, dan lebih lepas dalam perlombaan. Dia mesti fokus jauh ke belakang garis finis, berlari secepat yang dia bisa,” kata pelatih sprint Pengurus Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PB PASI) Eni Nuraini, dihubungi dari Jakarta, Jumat (30/7/2021).
Eni mengatakan, Zohri mulai tampil dari babak pertama di Stadion Olimpiade Tokyo antara pukul 17.45 WIB hingga 18.33 WIB. Sejauh ini, kondisi Zohri sangat siap secara fisik maupun mental. Jelang lomba, pelari asal Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat itu sudah beradaptasi mencoba arena lomba pada Rabu (28/7) selama satu jam. Ini menjadi momen keduanya berlaga di arena itu setelah mengikuti uji coba Olimpiade di sana pada 9 Mei.
Adapun intensitas ataupun volume latihan Zohri sudah diturunkan. Dia hanya mengulangi teknik, terutama start block dan menjaga kebugaran. ”Adaptasinya cukup. Saat ini, Zohri sangat enjoy. Yang penting, dari pelatih tidak memberi dia tekanan supaya tidak menjadi beban,” ujar Eni yang mendapatkan predikat sebagai pelatih atletik terbaik Asia 2019.
Sebelumnya, pelatih asal Amerika Serikat, Harry Marra, yang dikontrak PB PASI menilai, Zohri punya kemampuan tak kalah dengan para pelari dunia, terutama lepas dari 30 meter hingga finis. Yang masih kurang praktis teknik start block dan mentalitasnya.
Khusus start block, Marra yang dinobatkan sebagai pelatih atletik terbaik dunia 2016 itu telah membantu memperbaiki teknik Zohri sejak mulai melatih di Stadion Madya Senayan, Jakarta pada 20 Juni sampai sebelum tim atletik bertolak dari Jakarta ke Tokyo pada Sabtu (24/7/2021). Perkembangan pelari kelahiran 1 Juli 2000 itu dinilai positif, dia bisa keluar start block jauh lebih cepat.
Kini, hanya mental yang menjadi pekerjaan rumah yang belum tuntas. Zohri perlu menunjukkan tekad lebih kuat. Selain itu, pelari bertinggi 170 sentimeter ini juga harus fokus dengan diri sendiri atau tidak memikirkan lawan yang ada di kanan dan di kirinya kelak. ”Zohri patut memakai kacamata kuda. Fokus dengan diri sendiri, berlari di lintasannya tanpa memperhatikan siapa lawannya,” kata Marra.
Penampilan Zohri belum kembali ke performa terbaiknya pascatampil sensasional dengan waktu 10,03 detik saat merebut posisi ketiga dalam Seiko Golden Grand Prix 2019 di Osaka, Jepang, 19 Mei 2019. Usai memastikan dirinya lolos ke Olimpiade Tokyo, catatan waktunya tidak pernah membaik.
Pada Kejuaraan Dunia 2019 di Doha, Qatar, Zohri hanya mencatat waktu 10,36 detik dan berada di urutan keenam babak pertama. Kemudian, sepanjang 2020, dia tidak mengikuti perlombaan apa pun karena pandemi Covid-19.
Zohri pun sempat mengalami cedera robek ACl dan meniskus di lutut kanan pada Oktober 2020. Dia baru pulih dan mulai berlatih normal jelang mengikuti uji coba Olimpiade. Di perlombaan itu, dirinya hanya mencatat waktu 10,34 detik dan merebut posisi keempat babak pertama dan membukukan waktu 10,45 detik dan berada di urutan ketujuh babak final.
Namun, Zohri tetap optimitis bisa menembus waktu di bawah 10 detik dalam Olimpiade ini. Pelatih dan pengurus PB PASI juga berharap seperti itu agar Zohri setidaknya bisa mencapai semifinal. ”Jika mampu berlari di bawah 10 detik, Zohri berpeluang ke semifinal. Ini sekaligus menyamai pencapaian pendahulunya, yakni Purnomo Yudhi di Los Angeles (1984) dan Mardi Lestari di Seoul (1988),” kata Ketua Umum PB PASI Luhut Binsar Pandjaitan.
Sementara itu, Pelari nomor 100 meter putri Indonesia, Alvin Tehupeiory, terhenti pada babak pertama Olimpiade Tokyo 2020 dengan menempati posisi paling belakang di heat 2. Dia mencetak waktu 11,92 detik, lebih lambat dari hasil babak penyisihan dengan 11,89 detik. Hasil ini di luar target Alvin untuk memperbaiki catatan personalnya 11,64 detik, serta memecahkan rekor nasional 100 meter putri 11,56 detik.
Namun, Alvin tetap bersyukur bisa tampil di Olimpiade yang tidak pernah dia bayangkan bisa diraih. Dia tampil di Tokyo 2020 menggunakan tiket kuota universalitas, bukan melalui kualifikasi. Awalnya, tiket itu untuk pelari gawang putri Emilia Nova, tetapi karena peraih perak Asian Games 2018 itu cedera, tiket diberikan kepada Alvin oleh PB PASI.
Saya masih belum fokus ke diri sendiri, masih terpecah perhatian ke yang lain. Selama ini, kan, belum ada pertandingan.
”Saya masih belum fokus ke diri sendiri, masih terpecah perhatian ke yang lain. Selama ini, kan, belum ada pertandingan. Dari tahun kemarin sampai sekarang belum ada pengalaman tanding karena pandemi. Makanya, pas lomba ini agak kaget,” ujar Alvin
Sementara itu, usia menempati posisi ke-35 kualifikasi dan gagal lolos ke final nomor menembak 10 meter senapan angin individu di Lapangan Tembak Asaka, Tokyo, Sabtu (24/7/2021), penembak putri Indonesia, Vidya Rafika Rahmatan Toyyiba, bakal tampil dalam kualifikasi 50 meter senapan api tiga posisi individu di arena yang sama, Sabtu pukul 10.00 WIB. Kali ini, pelatih maupun pengurus tidak memberikan target apa pun kepada Vidya.
Penembak berusia 20 tahun itu hanya diharapkan mempertajam rekor skor pribadi babak kualifikasi dari 1.159 poin yang dibuat dua bulan lalu dalam salah satu kejuaraan daring menjadi 1.160-1.170 poin di Olimpiade ini. Apalagi 50 meter senapan api tiga posisi bukan nomor spesialisasinya.
Vidya praktis baru intensif berlatih nomor itu dua tahun terakhir atau pasca SEA Games 2019 Filipina. ”Kami tidak mau membebani Vidya, biarkan dia berlomba dengan lepas supaya tidak trauma sehabis tampil di bawah performa terbaiknya pada nomor 10 meter senapan angin kemarin. Minimal, di sini, dia dapat menambah pengalaman untuk modal ke depan. Lagipula, dia masih muda dan punya potensi tampil di Olimpiade selanjutnya,” kata Ketua Komisi Kepelatihan dan Pendidikan Bidang Target Pengurus Besar Persatuan Menembak Indonesia (PB Perbakin) Glenn C Apfel.
Glenn mengungkapkan, hasil kualifikasi 10 meter senapan angin itu cukup menyesakan bagi Vidya. Sebab, Vidya hanya menghasilkan skor 622 poin atau jauh di bawah rekor skor pribadinya 629,8 dalam Kejuaraan Menembak Daring 2021 yang dioperatori Kazakhstan, Mei. ”Namun, pelatih yang mendampingi di sana (pelatih asal Iran Ebrahim Inanlou alias Ali Reza) bisa menenangkan Vidya. Saat ini, dia sudah bangkit dan siap untuk berlaga,” pungkas Glenn.