Final Pertama Ganda Putri Indonesia di Olimpiade dari Greysia/Apriyani
Greysia Polii/Apriyani Rahayu membuka peluang Indonesia meraih medali emas Olimpiade Tokyo 2020 dari bulu tangkis setelah menembus final ganda putri. Mental yang tangguh dan ikatan yang kuat menjadi kunci pasangan itu.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
TOKYO, KOMPAS - Kontingen Indonesia akhirnya menempatkan satu wakilnya pada nomor final melalui Greysia Polii/Apriyani Rahayu yang akan berlaga dalam perebutan medali emas bulu tangkis ganda putri Olimpiade Tokyo 2020. Mereka pun menjadi ganda putri pertama Indonesia yang lolos ke final kompetisi olahraga terbesar di dunia ini.
Harapan “Merah Putih” untuk mendengar diputarnya lagu Indonesia Raya di Tokyo 2020 lahir setelah Greysia/Apriyani memenangi semifinal. Di Musashino Forest Sport Plaza, Sabtu (31/7/2021), mereka mengalahkan ganda Korea Selatan, Lee So-hee/Shin Seung-chan, 21-19, 21-17.
Lawan mereka pada final, Senin (1/8/2021), adalah Chen Qingchen/Jia Yifan (China) yang mengalahkan pasangan Korea Selatan lainnya, Kim So-yeong/Kong Hee-yong.
Pertandingan Greysia/Apriyani dan Lee/Shin yang bertemu untuk kedelapan kalinya sejak 2017 ini menjadi perang ketangguhan mental dan ketangguhan mereka dalam bertahan. Dari tujuh pertemuan sebelumnya, Greysia/Apriyani unggul 5-2, termasuk pada pertemuan terakhir dalam penyisihan grup turnamen Final BWF 2020 yang berlangsung Januari 2021 di Bangkok, Thailand.
Dilaporkan wartawan Kompas, Agung Setyahadi, dari Tokyo, Lee/Shin memiliki pertahanan yang begitu sulit ditembus, meski melalui serangan bertubi-tubi melalui smes, termasuk smes yang dilakukan pasangan Indonesia di depan net.
Greysia/Apriyani pun harus menanti dengan sabar untuk mendapat celah agar bisa menempatkan kok ke sempitnya area lapangan kosong yang ditinggalkan Lee/Shin.
Pada gim pertama misalnya, Apriyani dengan cerdik melihat celah kosong di sisi kiri pertahanan pasangan Korea Selatan. Dia pun menempatkan kok untuk mengecoh mereka dengan dropshot silang.
Dalam momen lain, mereka juga harus menerapkan pola serangan yang ditata dengan rapi, seperti ketika mendapat poin untuk unggul 14-12. Dari area serang di belakang lapangan, Apriyani melancarkan smes lurus, diikuti drop shot silang, dan smes silang hingga kok pengembalian lawan melambung tak jauh dari net. Dengan posisi ini, Greysia pun bisa mendapat poin lebih mudah dengan menghujamkan pukulan sekencang mungkin.
Mendekati akhir gim pertama, perang mental pun terjadi. Greysia/Apriyani unggul 18-16, lalu berbalik tertinggal 18-19. Setelah itu, kedua pemain yang berasal dari PB Jaya Raya itu mendapat tiga poin beruntun melalui dropshot Apriyani dan dua kesalahan yang dilakukan Shin.
Pada gim kedua, perolehan skor selalu imbang sejak setelah jeda pada poin 11. Setelah Greysia/Apriyani tertinggal 9-11, skor imbang terjadi pada 11-11, 12-12, hingga 16-16.
Skor akhirnya berselisih lebih dari satu poin ketika Greysia/apriyani unggul 18-16. Dengan berani, Apriyani melakukan flick serve, servis yang dilambungkan tinggi ke arah belakang lapangan. Tak menduga akan menerima servis seperti ini, Lee mengembalikannya dengan backhand sambil memutar badan. Kok yang melambung di atas net pun hanya disentuh Greysia hingga tak terjangkau lawan.
Kehati-hatian kedua pasangan pada momen kritis ini membuat mereka bermain dengan tempo lambat pada perebutan poin berikutnya. Terjadi 90 kali pukulan pada momen yang diwarnai adu lob ini hingga Indonesia memperlebar selisih angka ketika Greysia dengan cepat menyambar kok di atas net.
Lee/Shin bisa menahan matchpoint Greysia/Apriyani dengan mendapat dua poin. Tim “Merah Putih” akhirnya menempatkan wakil pertamanya dalam final di Tokyo 2020 ini ketika kok dari gerakan cepat Greysia di depat net tidak dapat dikembalikan.
Greysia/Apriyani melampiaskan emosi dengan berteriak, sementara pelatih mereka, Eng Hian, mengepalkan tangan sambil memejamkan mata.
Mereka sempat melewati lokasi wawancara pers Indonesia setelah melayani pers internasional. Mereka mengira sesi wawancara sudah selesai.
Mereka pun berjalan kembali dan melayani wawancara diawali dengan canda Greysia. Saat ditanya kunci permainan sehingga bisa menang dua gim langsung, Greysia menjawab dengan lelucon. "Kuncinya gak lupa dibawa tadi, ha ha ha," jawab Greysia ,yang disambut tawa yang lainnya.
"Ketawa sedikit dulu biar tidak tegang," ujar Apriyani, yang sebelumnya tertawa lepas.
Laga Greysia/Apriyani melawan Lee/Shin memang membuat jantung berdebar karena poin mereka sangat ketat. Perolehan poin selalu melalui perjuangan keras melalui reli-reli panjang, permainan variasi pukulan, dan juga perubahan taktik jitu yang mengejutkan lawan.
Poin pertama adalah, saya dan Apri bilang, hawanya harus lebih atas dari mereka, atmosfernya harus kita pegang dulu sebelum masuk lapangan.
"Poin pertama adalah, saya dan Apri bilang, hawanya harus lebih atas dari mereka, atmosfernya harus kita pegang dulu sebelum masuk lapangan," ungkap Greysia.
Menurut Greysia, saat di lapangan strategi berjalan, tetapi ternyata ganda Korrsel lebih mau menyerang. Namun, Greysia/Apriyani menang angin dan setelah 11 poin mereka mencoba mengubah strategi. "Pola main kami lebih pendek, main memancing dan mereka melakukan kesalahan sendiri sehingga kami bisa menyerang balik," jelas Greysia.
"Set kedua, kami kalah angin, mereka kencang smes-nya, tetapi kami menang hawa dulu, jadi kita tidak boleh lepas. Saya bilang di awal gim pertama, dua gim langsung. Saya bilang itu karena hawanya itu yang harus kita bangkitkan terus-menerus, sehngga kita bisa dapatkan (kemenangan). Walaupun tertinggal lagi 8-11, kami mengubah permainan supaya hawanya tidak ketinggalan lagi. Jangan sampai kami yang ketinggalan, apalagi di Olimpiade dan kita juga sudah saling mengenal. Pola mainnya juga sudah tahu. Jadi itu dulu," ungkap Greysia.
Jadi bonding harus kuat.
Apriyani menambahkan, cara menjaga hawa itu adalah dengan melalui komunikasi di antara mereka, juga, dengan pelatih. “Kami sudah saling tahu, tanpa harus ngomong, dari sikap tubuh, dari mata pun kita sudah tahu," ungkap Apriyani.