Kemenangan Anthony Sinisuka Ginting atas Anders Antonsen dalam laga perempat final bulu tangkis Olimpiade Tokyo 2020 mengantarnya sebagai tunggal pertama Indonesia yang lolos ke semifinal Olimpiade setelah Athena 2004.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·5 menit baca
TOKYO, KOMPAS -- Anthony Sinisuka Ginting membuka harapan medali dari nomor tunggal putra bulu tangkis yang terakhir kali didapat Indonesia pada Olimpiade Athena 2004. Tunggal putra peringkat kelima dunia itu melaju ke semifinal Olimpiade Tokyo 2020.
Tiket semifinal didapat Anthony setelah mengalahkan salah satu dari dua wakil Denmark pada perempat final, Anders Antonsen. Di Musashino Forest Sport Plaza, Sabtu (31/7/2021), Anthony menang, 21-18, 15-21, 21-18.
Lawannya pada semifinal, yang akan berlangsung Minggu ialah juara bertahan, Chen Long (China), yang mengalahkan Chou Tien Chen (Taiwan), 21-14, 9-21, 21-14. Semifinal lain mempertemukan pemain Guatemala, Kevin Cordon, dan peraih perunggu Olimpiade Rio de Janeiro 2016, Viktor Axelsen.
Anthony menjadi tunggal pertama Indonesia yang lolos ke semifinal Olimpiade setelah Athena 2004. Pada saat itu, dua wakil tunggal putra Indonesia menyumbangkan dua medali, yaitu emas dari Taufik Hidayat dan perunggu dari Sony Dwi Kuncoro.
Pada tiga Olimpiade berikutnya, hasil terbaik tunggal putra Indonesia ialah perempat final yang dicapai Sony di Beijing 2008. Di London 2012, Taufik dan Simon Santoso tak bisa melewati babak kedua, demikian pula dengan satu-satunya wakil di Rio de Janeiro 2016, Tommy Sugiarto.
Indonesia memiliki harapan untuk menempatkan pemain di podium tunggal putra Tokyo 2020 dengan dua wakilnya pada peringkat 10 besar dunia. Selain Anthony, ada pula Jonatan Christie di peringkat ketujuh.
Akan tetapi, Jonatan tak bisa tampil dengan baik ketika berhadapan dengan Shi Yuqi (China) pada babak 16 besar. Dia kalah telak, 11-21, 9-21. Harapan akhirnya ada pada Anthony yang baru meraih hasil terbaik semifinal Thailand Terbuka I pada tahun ini.
“Dibilang nyangka, ya enggak nyangka juga (bisa lolos ke semifinal). Dulu, pertama kali menekuni badminton, melihat pemain-pemain senior juara di Olimpiade, pasti ingin juga main di sini. Nah, ini kebetulan bersyukur dapat kesempatan main dan bersyukur bisa sampai ke semifinal. Pasti enggak nyangka juga sih. Tetapi ini kenyataan, saya sudah sampai babak ini dan yang pasti tidak mau menyia-nyiakan,” tutur Anthony yang ditemui wartawan Kompas, Agung Setyahadi, di mixed zone.
Anthony pun mengatakan, bahwa sejak masa persiapan, dia tidak ingin menatap tahap yang terlalu jauh. “Ini Olimpiade, semua pemain ingin punya hasil yang bagus, tetapi juga harus tahu bagaimana mengatasi itu dengan baik. Jangan terlalu berekspektasi tinggi, tetapi juga jangan terlalu rendah, karena belajar dari pengalaman sebelumnya, itu bisa jadi bumerang juga. Saya hanya memanfaatkan peluang yang ada, satu-satu setiap pertandingan di maksimalkan dan dinikmati saja," lanjutnya.
Pemain berusia 25 tahun itu menampilan kemampuan terbaiknya pada gim pertama yang berjalan 26 menit. Dia banyak meraih poin dari pukulan yang menjadi senjatanya, yaitu smes dan pukulan net. Anthony, bahkan, mendapat dua poin beruntun melalui pukulan halus yang membuat kok jatuh bergulir melalui net hingga sulit dikembalikan.
Namun, dengan akurasi pukulan net yang menurun dan serangan yang dapat diredam Antonsen, pertandingan pun berjalan hingga tiga gim. Pada gim kedua, Antonsen, yang dilatih mantan pemain Denmark, Kenneth Jonassen, bahkan, bisa meraih poin dari pukulan pengembalian smes.
Anthony kembali pada permainan net terbaik dalam gim ketiga. Tetapi, pemain dari klub SGS Bandung ini sering kehilangan poin pada pukulan-pukulan awal, seperti dari arah servis yang terlalu melambung di atas net hingga dengan mudah dimatikan oleh Antonsen. Anthony pun selalu tertinggal dalam perolehan angka meski dengan selisih yang tipis, 1-2 angka.
Juara China Terbuka 2018 itu juga dua kali melakukan kesalahan beruntun saat melakukan smes. Dua smes lurusnya ke arah forehand Antonsen jatuh di luar garis tunggal di sisi lapangan. Dua kesalahan tersebut membuat selisih skor melebar, menjadi 11-14.
Mendapat dukungan melalui teriakan “Indonesia!” dari rombongan ketua kontingen dan Komite Olimpiade Indonesai (KOI), Anthony akhirnya dapat mengontrol kembali penampilannya. Dia membalikkan situasi dengan merebut lima poin beruntun.
Setelah momen tersebut, peraih medali perunggu Asian Games Jakarta Palembang 2018 itu selalu memimpin. Dia akhirnya bisa berteriak melepas kelegaan setelah smes silangnya menghasilkan angka terakhir yang menentukan kemenangan.
Faktor non teknis
"Saya bersyukur bisa bermain dengan baik hari ini dan mengeluarkan kemampuan secara maksimal dan tanpa ada cedera. Dari awal sampai akhir memang pertandingan cukup ketat, dan selisih poin gak jauh. Dari gim ketiga, pelajaran yang bisa saya ambil adalah perlu lebih banyak menyerang karena kondisi lapangan juga menang angin. Dalam kondisi ini, tidak boleh terlalu banyak lob karena susah mengontrolnya. Dalam poin-poin kritis terakhir itu lebih banyak menyerang," ujar Anthony.
Tentang kunci kemenangannya, Anthony tak terbeban dengan rasa tegang dan lelah karena lawan pun merasakan hal yang sama. Dia juga belajar dari pengalaman bertemu dengan Antonsen dan pertandingan lain bahwa pemenang adalah pemain yang bisa mengatasi semua kendala di lapangan dengan mencari solusi.
Menghadapi semifinal, Anthony akan segera melakukan evaluasi dengan Hendry Saputra Ho, pelatihnya. Mereka juga akan menyaksikan penampilan terakhir lawan ketika berhadapan dengan Anthony melalui video.
Anthony menuturkan, tahap yang dicapainya saat ini berkat latihan panjang di pelatnas Cipayung karena tak ada turnamen akibat pandemi Covid-19. Meski semua aspek dilatih, dia menilai, faktor non teknis menjadi penentu di lapangan.
“Pada babak seperti ini bukan faktor teknis lagi yang menentukan, karena ada ketegangan yang harus diatasi. Jadi, mental dan fokus harus ditingkatkan,” katanya.