Sunisa Lee nyaris menyerah untuk mengejar mimpi di dunia senam pada beberapa tahun terakhir. Namun, mimpi sang remaja justru terwujud nyata dengan raihan emas Olimpiade di nomor paling bergengsi, ”all-around” putri.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
Pepatah tak ada rotan akar pun jadi” menjadi sangat relevan untuk tim senam artistik putri Amerika Serikat. Meskipun kehilangan ”ratu senam” Simona Biles (24) yang mengundurkan diri karena kesehatan mental, mereka masih punya Sunisa Lee (18). Bintang baru itu bersinar di final all-around individu senam Olimpiade Tokyo dan meraih medali emas dalam nomor lomba paling prestisius tersebut.
AS kembali membuktikan diri sebagai ”rahim” terbaik untuk melahirkan para pesenam putri andal di Ariake Gymnastics Center, Jepang, Kamis (29/7/2021) malam. Di tengah absennya Biles, sang juara bertahan, tanggung jawab meraih emas justru diambil Lee yang tampil memukau dalam empat rangkaian gerakan lomba.
Pesenam termuda di tim AS itu meraih emas setelah mencatat total nilai 57,433. Dia bersaing ketat hingga rangkaian gerakan terakhir dengan peraih perak asal Brasil, Rebeca Andrade (57,298), dan peraih perunggu asal Rusia, Angelina Melnikova (57,199).
Lee mempertahankan tradisi emas AS di nomor all-around individu putri yang sudah bertahan sejak Olimpiade Athena 2004. Ini merupakan gelar juara kelima beruntun untuk raksasa senam dunia tersebut. Lee bersanding dengan ratu senam AS peraih emas sebelumnya, Carly Patterson (2004), Nastia Liukin (2008), Gabby Douglas (2012), dan Biles (2016).
”Ini sangat gila dan tidak nyata. Ini adalah sebuah mimpi yang menjadi nyata. Saya bahkan tidak tahu harus berkata apa. Dua tahun ini kondisi sangat gila akibat Covid-19. Di satu titik, saya hampir ingin menyerah. Untuk berada di sini dan menjadi peraih emas, itu adalah hal ajaib,” kata pesenam keturunan Asia tersebut.
Dramatis
Penentuan peraih emas berlangsung dramatis hingga akhir. Jelang rotasi terakhir, di senam lantai, Lee hanya unggul tipis 0,101 atas Andrade. Lee memulai penampilan terakhir lebih dulu di nomor yang bukan andalannya tersebut. Penampilan anggun dan energik itu menghasilkan nilai 13,700.
Seharusnya, Andrade yang mencatatkan nilai 14,066 pada kualifikasi bisa dengan mudah mengejar Lee. Namun, takdir berkata lain. Andrade tampil tidak sempurna dan hanya menghasilkan nilai 13,666. Dewi fortuna lebih memihak kepada Lee.
Lee adalah orang pertama dari keturunan kelompok Hmong yang bisa berdiri di podium Olimpiade. Grup Hmong merupakan para pengungsi dari Laos yang berpindah ke AS ketika gejolak perang Vietnam.
Melihat skor juri, Lee sempat menganga dengan kedua tangan menutup mulutnya. Setelah sadar meraih emas, emosinya langsung tumpah di Ariake Gymnastics Center. Dia memeluk kencang pelatihnya, Jeff Graba, lalu menangis di pundak sang pelatih.
Biles, yang menyaksikan sahabatnya itu dari barisan depan tribune penonton, langsung berlari ke arah Lee. Rekan-rekannya yang lain di tim AS pun memeluk dan memberikan selamat kepada sang ratu all-around baru.
”Dukungan dari mereka sangat berarti untuk saya. Hal yang menyebalkan hanya karena saya tidak bisa tampil bersama Simone di final tadi. Tetapi, berkat kedatangannya di arena, saya sangat senang dan terbantu. Dia adalah inspirasi terbesar untuk saya,” tambah Lee.
Kemenangan Lee bagaikan kisah dongeng yang berakhir indah. Dia datang ke Tokyo sama sekali bukan sebagai unggulan. Pada tahun lalu, persiapannya bahkan sempat terganggu karena mengalami cedera tendon achilles. Cedera itu membuatnya harus menepi selama dua bulan lebih.
Namun, siapa sangka, ternyata unggulan mutlak dalam ajang ini, Biles, memutuskan untuk mengundurkan diri sehari sebelum final. Lee dengan berani mengambil beban tanggung jawab sang senior. Dia lalu menaklukkan unggulan lain, salah satunya Melinkova, pesenam yang mengalahkannya dalam final tim putri pada dua hari lalu.
”Saya tidak pernah berpikir datang ke kompetisi ini untuk meraih emas. Saya datang untuk bersaing mendapatkan perak. Tetapi, semua menjadi berbeda karena saya adalah pilihan kedua setelah Biles. Jadi, saya tahu orang akan berharap saya bisa meraih emas. Saya mencoba tidak fokus pada itu karena bisa menjadi grogi,” ucap peraih emas nomor palang bertingkat pada Kejuaraan AS 2019 tersebut.
Penampilan apik Lee pada rotasi kedua di nomor favoritnya, palang bertingkat, menjadi kunci kemenangan. Beratraksi dari palang tinggi ke rendah, ia mencuri hati juri. Dia meraih nilai tertinggi di antara peserta lain, 15,300.
Sang debutan Olimpiade ini juga tampil cukup baik di meja lompat (14,600) dan balok keseimbangan (13,833). Raihan emas all-around ini membuktikan, Lee adalah ratu senam baru yang ahli di semua nomor. Dengan usia yang masih muda, dia patut diperhitungkan sebagai bintang pada masa depan.
Lee adalah orang pertama dari keturunan kelompok Hmong yang bisa berdiri di podium Olimpiade. Grup Hmong merupakan para pengungsi dari Laos yang berpindah ke AS saat gejolak perang Vietnam.
”Mereka (kelompok Hmong) adalah orang paling suportif. Saya berharap banyak kemenangan ini bisa menginspirasi kelompok Hmong untuk menggapai mimpi mereka. Intinya, jangan menyerah pada mimpi Anda!” seru Lee. (AFP/REUTERS)