Pedayung Mutiara/Melani Gapai Waktu Terbaik di Olimpiade
Pedayung muda Indonesia menyulut harapan untuk bisa berprestasi di masa depan. Meski belum sukses berprestasi di Tokyo, mereka sudah menunjukkan potensi besar untuk dipetik pada kemudian hari.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·3 menit baca
TOKYO, KAMIS — Meskipun tidak berhasil meraih medali, pedayung debutan Indonesia Mutiara Putri (17) dan Melani Putri (21) membawa pulang bekal berharga dari Olimpiade Tokyo 2020. Mereka tampil maksimal dan berhasil menembus waktu terbaik pribadi sepanjang ajang ini dalam final C atau penentuan peringkat 13-18.
Mutiara/Melani finis pada urutan ke-5 dengan catatan waktu 7 menit 25,06 detik dalam final C di Sea Forest Waterway, Teluk Tokyo, Kamis (29/7/2021). Lewat hasil itu, pasangan ini mengakhiri rangkaian lomba sebagai peringkat ke-17 di nomor ganda putri kelas ringan disiplin rowing (LW2X).
Indonesia lebih baik satu posisi dibandingkan dengan juru kunci, Guatemala, yang menyelesaikan lomba dengan 7 menit 27,51 detik. Sementara itu, pemenang di final C adalah Argentina yang memimpin lomba jauh di depan lewat catatan waktu 7 menit 5,82 detik.
Walaupun tidak membawa pulang medali dan hanya berada di peringkat ke-17 dari seluruh negara, Mutiara/Melani sudah maksimal sebagai debutan. Pasangan ini bahkan mencatatkan waktu terbaik pada penampilan terakhirnya.
Catatan waktu mereka jauh lebih baik dibandingkan dengan babak kualifikasi (7 menit 52,57 detik) dan babak repechage (8 menit 3,19 detik). Mereka bahkan melampaui catatan terbaiknya ketika kualifikasi Olimpiade untuk zona Asia pada Mei lalu (7 menit 35,71 detik). Adapun catatan itu merupakan yang membawa Mutiara/Melani lolos ke Olimpiade.
Mutiara/Melani sayangnya belum bisa memenuhi target dari tim pelatih. Adapun mereka ditargetkan untuk menembus peringkat 16 besar atau finis dengan catatan waktu 7 menit 20 detik.
”Mereka sudah berusaha maksimal untuk masuk 16 besar. Namun, Tunisia memang lebih unggul. Sekarang sebenarnya lebih baik daripada saat repechage,” kata pelatih tim rowing Indonesia, M Hadris, kepada tim media Komite Olimpiade Indonesia (KOI).
Sepanjang final C, duet ”Merah Putih” ini terus menempel peringkat ke-4 Tunisia (7 menit 22,25 detik) dan peringkat ke-3 Vietnam (7 menit 19,05 detik). Mereka sudah berupaya mengejar saat 500 meter terakhir menuju garis finis. Namun, Tunisia dan Vietnam bisa mempertahankan jarak keunggulan.
Penampilan terakhir Mutiara/Melani di Tokyo memperlihatkan potensi mereka untuk bersaing pada tahun-tahun mendatang. Dengan usia yang masih sangat muda, mereka punya kans untuk bersaing di Olimpiade Paris 2024. Mengingat, lawan mereka sekarang merupakan para veteran di nomor tersebut.
Misalnya, tim Argentina yang mendominasi final C dipimpin oleh pedayung senior, Milka Kraljev (38). Dia mendampingi atlet muda yang sangat berpotensi, Evelyn Maricel Silvestro (22). Komposisi sempurna ini tidak dimiliki pasangan Indonesia yang belum genap setahun digabungkan.
”Menurut saya, (pengalaman bertanding) ini penting bagi Mutiara/Melanti karena mereka masih muda dan berpotensi untuk tampil lagi di Olimpiade Paris,” kata Hadris sebagai pelatih yang pertama memiliki ide untuk menyatukan Mutiara/Melani di nomor LW2X.
Menurut saya, ini penting bagi Mutiara/Melanti karena mereka masih muda dan berpotensi untuk tampil lagi di Olimpiade Paris.
Hanya saja, ke depan, Mutiara/Melani perlu lebih banyak pemusatan latihan di luar negeri untuk menambah jam terbang. ”Jadi, mereka bisa lebih fokus untuk mengikuti berbagai ajang internasional,” kata sang pelatih.
Jam terbang ini sangat penting bagi atlet muda seperti mereka. Sebab, keduanya mengaku kesulitan beradaptasi dengan suhu panas di Tokyo. Mereka juga sempat grogi karena berhadapan dengan pedayung luar Asia, yang belum pernah dihadapi sepanjang karier.