Angin kembali menjadi kendala utama bagi pemanah Indonesia. Oleh karena itu, pelatih Permadi Sandra Wibowo mempersiapkan Riau Ega dan kawan-kawan dengan latihan khusus mengantisipasi angin sehari sebelumnya.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·4 menit baca
TOKYO, KOMPAS — Tim panahan Indonesia memiliki kesempatan terakhir untuk meraih medali di nomor recurve individu putra dan putri Olimpiade Tokyo 2020. Tiga pemanah tersisa, Riau Ega Agatha Salsabila, Diananda Choirunisa, dan Alviyanto Bagas Prastyadi, diharapkan tampil habis-habisan demi menjaga kans merebut medali. Angin kencang diperkirakan bakal kembali menjadi penghalang terbesar mereka.
Pemanah putri Diananda mengawali petualangan Indonesia pada Kamis (29/7/2021), yang sekaligus menjadi hari penentuan bagi tim panahan Indonesia. Diananda bakal berhadapan dengan pemanah Denmark, Maja Jager, yang saat ini berperingkat ke-34 dunia, di atas Diananda yang menempati peringkat ke-159 dunia.
Jager merupakan pemanah putri yang sempat mencicipi pengalaman tampil di Olimpiade London 2012. Adapun bagi Diananda, Olimpiade Tokyo ini menjadi debutnya di level Olimpiade.
Nilai atau poin rerata panahan Jager sepanjang kariernya mencapai 8,92 poin, atau lebih tinggi dari Diananda yang mencatatkan 8,79 poin setiap kali melepaskan anak panah. Diananda memiliki kelebihan yang bisa menjadi modalnya untuk memenangkan laga, yaitu kemampuannya untuk menjaga konsentrasi dan fokus. Selain itu, Diananda juga punya motivasi besar dalam dirinya.
Adapun Riau Ega bakal diuji pemanah berpengalaman Australia, David Barnes (35). Barnes adalah pemanah senior yang pernah mengikuti Olimpiade Athena 2004 di Yunani. Penampilan di Athena itu menjadi penampilan terakhirnya di Olimpiade. Setelah itu, Barnes absen cukup lama hingga akhirnya tampil kembali di Olimpiade Tokyo 2020. Pengalaman dan ketenangan menjadi keunggulan Barnes.
Barnes kini menempati peringkat ke-61 dunia. Rerata angka memanah yang dia hasilkan sepanjang kariernya tercatat mencapai 9,05 poin. Rata-rata angka panahan Barnes tersebut turun dari tahun sebelumnya yang mencapai 9,27 poin. Adapun catatan poin terbaiknya dalam babak perankingan adalah 648 poin. Dalam seri Piala Dunia Panahan di Paris, Perancis, 2021, Barnes menempati peringkat ke-33 di nomor individu.
Dibandingkan dengan Barnes, Ega sedikit lebih unggul. Rerata angka memanah Ega di sepanjang kariernya tercatat mencapai 9,13 poin. Namun, dari sisi peringkat dunia, Ega tertinggal cukup jauh. Ega saat ini berada di peringkat ke-192 dunia. Sementara persentase kemenangan Ega ketika bertanding di nomor individu tercatat sebesar 68 persen.
Ega dan Barnes pernah sama-sama berkompetisi di nomor recurve individu Kejuaraan Dunia Panahan di ’S-Hertogenbosch, Belanda, pada 2019. Saat itu, Ega menempati posisi ke-33, sedangkan Barnes di peringkat ke-57. Sejumlah keunggulan pencapaian itu, kendati tipis, menjadi modal bagi Ega ketika berhadapan dengan Barnes.
Angin kembali menjadi kendala utama bagi pemanah Indonesia pada hari penentuan hari ini. Oleh karena itu, pelatih tim panahan Indonesia Permadi Sandra Wibowo mempersiapkan Ega dan kawan-kawan dengan latihan khusus mengantisipasi angin sehari sebelumnya.
Kali ini waktu latihan disesuaikan dengan jam bertanding setiap pemanah. Diananda yang tampil siang hari, misalnya, berlatih pada siang hari agar bisa merasakan kondisi dan situasi angin yang berembus pada jam-jam tersebut. Hal yang sama berlaku untuk pemanah yang bertanding pada sore hari seperti Ega. Latihan Ega kemudian dilangsungkan pada sore hari di lapangan latihan Yumenoshima Archery Park, Tokyo.
”Saat latihan, kami coba menyesuaikan dengan angin. Bukan menghindar atau melawannya. Ketika angin bertiup kencang, kami coba angkat (anak panah) sebisanya,” kata Permadi dihubungi dari Jakarta, Rabu (28/7/2021).
Permadi menyebut arena pertandingan di Yumenoshima Archery Park begitu menyulitkan pemanah. Yumenoshima Archery Park berada di tepi sungai besar yang berangin kencang. Terlebih, angin di sana tidak beraturan, sangat berbeda dengan embusan angin di tempat lain.
Ia mengakui, persiapan tim panahan Indonesia untuk mengantisipasi angin sangat kurang. Para pemanah hanya berlatih di Lapangan Panahan Senayan yang tidak berangin cukup kencang. Seharusnya pemanah juga menjalani sesi latihan di lokasi yang berangin kencang agar mereka terbiasa. Namun, penerapan pembatasan sosial berskala besar dan pandemi Covid-19 yang belum berakhir di Indonesia menyebabkan agenda untuk menjajal lokasi latihan yang berangin belum dapat dilakukan.
Permadi menyebut Barnes sebagai pemanah yang sarat pengalaman. Dalam dunia panahan, katanya, biasanya atlet senior cenderung lebih matang dan sabar. Pemanah senior mengetahui kapan harus membidik dan melepaskan anak panah dalam pemilihan waktu yang tepat. Meski kalah pengalaman, Permadi meyakini Ega masih memiliki peluang.
Di Olimpiade ini, apa pun bisa terjadi. Apalagi dengan situasi angin kencang begini.
”Di Olimpiade ini, apa pun bisa terjadi. Apalagi dengan situasi angin kencang begini,” katanya.
Secara terpisah, Manajer Tim Panahan Indonesia M Ikhsan Ingratubun menyampaikan, dirinya tetap optimistis dan percaya para pemanah Indonesia bisa menampilkan performa terbaik mereka sekaligus mempersembahkan medali. ”Para pemanah kita akan bertanding habis-habisan pada nomor individu. Mari kita doakan bersama-sama,” ujarnya.