Karangan Bunga Sarat Makna Kehidupan untuk Para Juara
Karangan bunga kepada para atlet peraih medali Olimpiade Tokyo 2020 menyimpan pesan mendalam dan sarat makna. Bunga-bunga itu antara lain jadi simbol kebangkitan Jepang seusai bencana gempa bumi dan tsunami di masa lalu.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·4 menit baca
Pada perhelatan besar, macam Olimpiade, segala hal diperhatikan mendetail. Aspek-aspek terkecil dan remeh tak boleh luput ditampilkan sesempurna mungkin. Hal itu tidak terkecuali karangan bunga untuk para atlet yang berhasil menggapai podium pemenang.
Pemberian karangan bunga itu sudah ada sejak zaman Olimpiade lama. Kebiasaan itu berasal dari tradisi Yunani kuno yang tetap dilestarikan hingga kini. Dalam perhelatan Olimpiade, setiap kota tuan rumah memberikan karangan bunga dengan desain dan komposisi bunga yang berbeda-beda.
Di Olimpiade Tokyo 2020, panitia penyelenggara menyiapkan sekitar 5.000 karangan bunga yang akan diberikan kepada para atlet peraih medali. Karangan bunga itu bisa bertahan beberapa hari, bahkan di ruangan tanpa pendingin. Para atlet juga mendapatkan boneka kecil maskot Olimpiade Tokyo, yaitu Miraitowa.
Miraitowa menyerupai karakter kartun yang mengenakan ikat kepala berbentuk kotak-kotak biru dan putih. Khusus boneka untuk para peraih medali, ikat kepalanya berwarna sesuai dengan medali yang atlet tersebut dapatkan.
Secara etimologi, Miraitowa adalah kombinasi dari kata bahasa Jepang, yaitu ”mirai” yang berarti masa depan dan ”towa” yang merujuk keabadian. Mengutip laman resmi Olimpiade Tokyo, makna kata itu mewakili semangat warga Jepang untuk berdamai dengan masa lalu guna menyambut masa depan.
Boneka Miraitowa kecil disematkan pada karangan bunga yang disusun dari tiga jenis bunga, yaitu eustoma, matahari, dan gentian. Ketiga jenis bunga itu berasal serta ditanam dari berbagai prefektur Jepang, terutama di wilayah yang berada di bagian utara dan timur laut.
Karangan bunga itu tidak dipilih sembarangan. Panitia penyelenggara memilih ketiga bunga itu karena sarat makna dan mengandung pesan yang dalam. Makna-makna yang terkandung dalam tiap bunga berbeda-beda, tetapi punya satu benang merah, yaitu bencana alam yang meluluhlantahkan kawasan timur laut Jepang.
Jepang adalah negara rawan bencana gempa bumi dan tsunami. Salah satu dampak gempa terdahsyat yang dirasakan Jepang terjadi pada 11 Maret 2011. Gempa berkekuatan 8,9 skala Richter itu memicu tsunami setinggi 10 meter yang menyapu sebagian Jepang utara. Bencana alam itu merenggut setidaknya 18 ribu warga setempat.
Gempa itu juga memicu kebocoran reaktor nuklir di pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Daiichi, Fukushima. Bencana ekologis itu meracuni warga dan tanah setempat. Tanaman di sekitarnya pun sangat sulit untuk tumbuh kembali.
Seiring waktu berlalu, Jin, sebuah organisasi nirlaba, mulai mencoba membudidayakan eustoma di Fukushima dalam upaya menggerakkan perekonomian dan mempercepat pemulihan. Upaya itu sukses. Bunga-bunga eustoma itu ditanam dan tumbuh di 20 rumah kaca.
Kegiatan itu dilakukan untuk mengenang anak-anak mereka yang meninggal. Kini, setiap tahun, bukit itu ditumbuhi banyak bunga matahari.
Simbol kebangkitan
Maka, bunga berwarna hijau dan berenda itu dipilih sebagai karangan bunga bagi atlet karena melambangkan asa untuk bangkit. ”Saya ingin bunga itu menjadi pesan bahwa kita semua bisa mengatasi kesulitan, baik dalam olahraga maupun di dalam kehidupan,” ujar Shimizu, ketua Jin, dikutip dari Kyodo News, Rabu (28/7/2021).
Adapun bunga matahari bukan bunga yang terkenal di prefektur Miyagi. Daerah itu pada awalnya terkenal dengan bunga mawar. Bunga matahari menjadi spesalisasi baru Miyagi sejak bencana gempa dan tsunami menerjang Jepang. Bunga matahari telah dikenal luas sebagai simbol harapan dan keyakinan untuk pulihnya Jepang.
Pembudidaya bunga matahari di sana mengembangkan keahlian dan teknologi untuk menghasilkan bunga matahari jenis kecil yang sesuai dengan ukuran karangan bunga.
Menurut Panitia Penyelenggara Olimpiade Tokyo, orangtua yang kehilangan anak-anak mereka akibat bencana alam mendatangi lereng bukit di Miyagi untuk menanam bunga matahari. Kegiatan itu dilakukan untuk mengenang anak-anak mereka yang meninggal. Kini, setiap tahun, bukit itu ditumbuhi banyak bunga matahari.
Lain lagi makna untuk bunga gentian yang banyak tumbuh di Iwate, daerah pesisir yang juga terkena dampak tsunami. Gentian Iwate menyerupai gugusan bunga kecil biru cerah. Bunga ini lebih menyimbolkan bentuk dukungan yang kuat.
”Karangan bunga punya kisah terkait upaya masyarakat Jepang memulihkan perekonomiannya. Selain itu, bunga-bunga itu jadi simbol rasa terima kasih masyarakat Jepang atas dukungan yang diberikan dunia,” kata Ketua Dewan Bunga Jepang Nobuo Isomura.
Waktu berlalu dan hidup terus berputar. Dahulu, seluruh dunia memberikan bunga kepada Jepang sebagai ucapan duka cita dan harapan bangkit kembali. Kini, giliran penduduk Jepang membalasnya. Mereka memberikan bunga sebagai tanda terima kasih atas dukungan seluruh penduduk dunia terhadap Jepang.