Yui Ohashi, Bersinar Melewati Tantangan Fisik dan Mental
Sempat didiagnosis mengalami anemia ekstrem, gangguan kecemasan, bahkan sempat nyaris memutuskan berhenti berenang, Yui Ohashi muncul lagi dengan lebih kuat dan meraih emas Olimpiade Tokyo 2020.
Sempat didiagnosis mengalami anemia ekstrem, gangguan kecemasan, bahkan sempat nyaris memutuskan berhenti berenang, Yui Ohashi muncul lagi dengan lebih kuat. Semangat, kegigihan, dan perjuangan mengantar Ohashi memperoleh emas Olimpiade Tokyo 2020. Ia mampu membuktikan bahwa tak ada yang tak mungkin selama mau berusaha.
Ohashi mengukir kemenangan manis pada hari pertama final renang di Tokyo, Minggu (25/7/2021). Ia mempersembahkan emas pertama untuk tuan rumah Jepang pada nomor 400 meter gaya ganti putri dengan catatan waktu waktu 4 menit 32,08 detik.
Ia mengalahkan dua perenang AS, Emma Weyant yang meraih perak dengan selisih waktu 0,68 detik dan Hali Flickinger yang meraih perunggu (4 menit 34,90 detik). Dalam nomor ini, Ohashi juga mengalahkan pemegang rekor dunia Katinka Hosszu dari Hongaria yang tampil mendominasi pada nomor ini selama delapan tahun terakhir.
Meski perlombaan dilaksanakan tanpa penonton, kegembiraan Ohashi tidak berkurang. ”Awalnya saya tidak kaget. Kemudian, saya melihat sesuatu yang mengatakan ’juara Olimpiade’, saat itulah saya merasa sudah menang dan saya jadi sangat gembira. Sejujurnya, saya masih tidak percaya,” kata Ohashi, seperti dikutip The Japan Times.
Awalnya saya tidak kaget. Kemudian, saya melihat sesuatu yang mengatakan ’juara Olimpiade’, saat itulah saya merasa sudah menang dan saya jadi sangat gembira. Sejujurnya, saya masih tidak percaya.
Ohashi membuka perlombaan dengan berada di urutan ketiga gaya kupu-kupu. Ia berenang di belakang Flickinger. Perenang kelahiran 1995 ini berangkat ke perlombaan dengan keyakinan bahwa gaya dada adalah kekuatannya. Ohashi membuktikan diri dengan tampil mendominasi pada gaya ini sehingga bisa mengambil alih kendali perlombaan. Ohashi lalu mengamankan medali emas setelah menyelesaikan renang gaya bebas.
Perenang Jepang itu mengatakan, semula ia berpikir akan berenang lebih cepat pada 200 meter pertama. Namun, setelah dipikir-pikir ia tidak mungkin menang jika tampil terburu-buru. Ohashi kemudian memaksimalkan gaya dada yang menjadi kekuatannya.
”Setelah berputar dari gaya punggung, saya berpikir, inilah titik kritisnya. Itulah gameplan yang saya gunakan untuk memenangkan lomba,” ucapnya.
Ohashi lahir pada 1995 di Hikone, Jepang. Ia mulai berlatih renang pada usia 6 tahun, mengikuti saudara perempuannya yang sudah berenang lebih dulu.
Pada 2015, saat duduk di bangku kuliah, penampilannya mengalami kemunduran besar. Tak peduli seberapa banyak latihan yang ia lakukan, perenang putri ini merasa mudah lelah. Ia juga harus melewatkan sejumlah kejuaraan karena dislokasi tempurung lutut kiri. Catatan waktunya pun semakin buruk. Pada Kejuaraan Nasional, Ohashi menempati peringkat ke-40.
Ia bertanya-tanya mengapa kemampuannya menurun dan menyiksa diri sendiri karena pertanyaan itu. Performa buruk Ohashi berlanjut selama enam bulan sehingga ia menjalani beberapa tes kesehatan di rumah sakit. Perenang itu kemudian didiagnosis menderita anemia, yang disebabkan kurangnya sel darah merah atau sel darah merah tidak berfungsi normal.
Titik balik
Kegagalannya di olahraga, juga perasaan terpukul karena diagnosis dari dokter, membuat Ohashi sempat mempertimbangkan berhenti dari renang. Untungnya, menyerah tidak pernah ada dalam kamusnya. Setelah menjalani pengobatan dan mengubah pola makannya, kondisinya mulai membaik, begitu pula dengan renangnya.
”Saya tidak pernah merasa bahwa berenang adalah kesenangan dari lubuk hati saya sampai saat saya didiagnosis anemia. Ketika saya mulai pulih, rasanya sangat menyenangkan bisa berenang dan berlatih. Berkat anemia, saya benar-benar menyadari kegembiraan dan kebahagiaan berenang untuk pertama kalinya,” katanya, dikutip dari laman Olympic.
Ohashi mencapai titik terendah pada 2015 saat mengetahui bahwa ia menderita anemia, yang menjadi alasan penampilan buruknya. Setelah kesehatannya mulai membaik, Ohashi mulai berpikir untuk bersaing di final pada seleksi final Olimpiade Rio 2016. ”Saya juga ingin membuat rekor terbaik saya. Ini adalah pertama kalinya saya merasakan tekad yang kuat. Pengalaman itu mungkin merupakan titik balik karier renang saya,” katanya.
Berkat anemia, saya benar-benar menyadari kegembiraan dan kebahagiaan berenang untuk pertama kalinya.
Pada kejuaraan nasional 2016 yang juga menjadi seleksi terakhir untuk Olimpiade Rio 2016, Ohashi menempati urutan kelima dalam gaya ganti individu 200 meter dan ketiga dalam gaya ganti individu 400 meter. Pencapaian ini belum cukup untuk mengantarnya ke Rio.
Dia terus meningkatkan rekornya dengan kecepatan yang menakjubkan. Dalam kejuaraan nasional 2018, ia mencatat waktu 4 menit 30,82 detik dan mencetak rekor nasional baru untuk gaya ganti 400 meter individu yang masih bertahan sampai sekarang. Ia juga meraih medali emas di Pan Pacific Swimming Championships dan Asian Games 2018.
Kemunduran penampilan rupanya membuat Ohashi tumbuh sebagai pribadi dan sebagai atlet. Setelah melewatkan Olimpiade Rio, Ohashi menjalani debut internasional di Kejuaraan Dunia 2017. Ia menjadi runner-up nomor 200 meter gaya ganti. Selanjutnya, di kejuaraan yang sama pada 2019, ia menempati posisi ketiga di nomor 400 meter gaya ganti.
Semangat dan daya juangnya telah menjadi inspirasi. Ia memperoleh beberapa penghargaan, seperti Perenang Terbaik Japan Aquatic Awards pada 2017 dan 2018, serta Penghargaan Olahraga Kozuki oleh Yayasan Kozuki di Jepang pada 2019.
Tembok lain
Menjadi atlet papan atas berarti selalu memasang ekspektasi tinggi. Ohashi diharapkan untuk menyelesaikan perlombaan dengan waktu dan hasil yang terbaik. Secara tidak sadar, ia menekan dirinya sendiri. Ia kerap merasa gugup dan mengalami gangguan kecemasan.
Pada 2019, sekali lagi ia menghadapi titik tendah, yaitu gangguan mental. ”Pengalaman 2015 mungkin merupakan titik balik saya. Semula saya pikir tak akan pernah menderita seperti itu lagi, tetapi pada 2019 saya menabrak tembok lain. Anemia adalah kondisi fisik sehingga masalahnya sangat jelas, tetapi pada 2019 masalahnya adalah mental dan tidak ada solusi jelas. Saya berjuang lebih dari sebelumnya,” katanya.
Pada Kejuaraan Dunia FINA 2019, Ohashi didiskualifikasi dalam gaya ganti individu 200 meter karena pelanggaran aturan renang. Ia tidak bisa melakukan apa-apa selain menangis dan tidak tahu bagaimana mendapatkan kembali kepercayaan dirinya.
Ia terselamatkan oleh kata-kata Muramasu Sayaka dari Federasi Renang Jepang yang melihat Ohashi yang tertekan dan berusaha menyemangatinya. ”Kamu tidak menghormati diri sendiri jika kamu tidak berenang dengan percaya diri, mengingat kamu sudah mencurahkan begitu banyak usaha dan melakukan apa yang kamu bisa,” kata Ohashi, mengutip kata-kata Sayaka.
Kepercayaan diri yang saya peroleh dari bekerja keras dalam pelatihan, sekalipun kondisi saya buruk, menjadi kekuatan untuk meningkatkan diri saya lebih jauh lagi.
Dari situ, Ohashi mulai fokus pada kompetisi renang yang memang menjadi tujuannya. Ia kemudian tampil pada gaya ganti individu 400 meter dan memenangkan medali perunggu.
Sekali lagi, dedikasinya pada olahraga dan sikap menangnya (winning behavior) membantunya mengatasi persoalan. Ia tahu bahwa dalam hidup ini segalanya tidak selalu berjalan seperti yang diharapkan. Dalam kondisi sulit, ia merefleksikan diri mengapa berkompetisi dan mengapa ia ingin melakukannya.
”Kepercayaan diri yang saya peroleh dari bekerja keras dalam pelatihan, sekalipun kondisi saya buruk, menjadi kekuatan untuk meningkatkan diri saya lebih jauh lagi,” katanya.
Dengan pola pikir dan semangat baru, Ohashi berani menghadapi Olimpiade Tokyo dan berhasil merebut emas. Hal yang paling mengesankan adalah ini merupakan penampilan perdana Ohashi pada pesta olahraga dunia. Ohashi mewakili karakter perempuan dengan tekad, bakat, dan keberanian. Perjalannya menginspirasi bukan hanya untuk atlet-atlet renang, melainkan juga mereka yang hidup dengan penyakit dan keterbatasan. Prestasi dan perjalanan hidupnya menunjukkan bahwa kekuatan dan sikap positif bisa memberdayakan.
Baca Juga: Hafnaoui dan Ohashi, Pemantik Keajaiban di Kolam Akuatik
Yui Ohashi
Lahir: Hikone, 18 Oktober 1995
Tinggi: 1,73 meter
Gaya renang: Medley Individual
Prestasi:
- Olimpiade Tokyo 2021 (1 emas)
- Kejuaraan Dunia 2019 (1 perak, 1 perunggu)
- Asian Games 2018 (1 emas, 2 perak)
- Kejuaraan Asia (1 emas, 1 perunggu)