Lifter muda kelas 73 kg Rahmat Erwin Abdullah coba meraih medali walau tampil dari Grup B Olimpiade Tokyo. Keajaiban itu mungkin terjadi kalau dia bisa mempertajam rekor pribadinya menjadi 340-345 kg.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·4 menit baca
TOKYO, SELASA — Lifter muda Indonesia Rahmat Erwin Abdullah akan berlaga di kelas 73 kilogram Grup B Olimpiade Tokyo di Tokyo International Forum, Jepang, Rabu (28/7/2021) pukul 11.50 WIB. Berada di Grup B membuat peluang lifter berusia 20 tahun itu merebut medali cukup berat. Namun, Rahmat akan mencoba mengulangi keajaiban lifter Korea Utara Om Yun-chol yang meraih emas kelas 56 kg walau berlaga dari Grup B di Olimpiade London 2012.
”Kalau Rahmat bisa mempertajam total angkatan terbaiknya 335 kg (pada Kejuaraan Asia 2020 di Uzebkistan, 17 April 2021), dia berpeluang menyodok ke lima besar dan meraih medali. Namun, untuk dapat emas, itu sulit karena rekor pribadi Rahmat jauh di bawah lifter China Zhiyong Shi, yang jadi unggulan pertama,” ujar pelatih kepala Pengurus Besar Perkumpulan Angkat Besi Seluruh Indonesia (PB Pabsi) Dirdja Wihardja di Tokyo, saat dihubungi dari Jakarta, Selasa (27/7/2021).
Dirdja mengatakan, kemampuan lifter di Grup B biasanya jauh di bawah rata-rata lifter di Grup A. Untuk kelas 73 kg di Olimpiade Tokyo ini, rata-rata lifter di Grup B angkatan terbaiknya di bawah 330 kg. Rahmat menjadi anomali.
Kemampuan terbaiknya di atas 330 kg yang dicatat dalam dua kejuaraan terakhir, yakni 331 kg di Kejuaraan Dunia Yunior Ekstra 2020 di Tashkent pada 23 Mei 2021 dan 335 di Kejuaraan Asia 2020.
Rahmat (20) ditempatkan di Grup B karena pertimbangan usia yang muda. Rahmat dinilai belum siap menghadapi tekanan para lifter senior di Grup A. Dari sembilan peserta Grup A, lima lifter konsisten dengan total angkatan di atas 335 kg.
”Ada kalanya, atlet muda justru tampil lebih lepas saat tidak mendapatkan tekanan terlalu besar (seperti di Grup B). Kami berharap Rahmat bisa seperti itu,” kata Dirdja.
Dalam dua kejuaraan terakhir, total angkatan terbaik Shi adalah 363 kg di Kejuaraan Dunia 2019 di Pattaya, Thailand dan 363 kg di Kejuaraan Asia 2020 di Tashkent, Uzbekistan.
Pada kejuaraan terakhir sebelum Olimpiade, empat lifter lain pun konsisten dengan total angkatan di atas 335 kg. Mereka adalah lifter Amerika Serikat Clarence Cummings Jr dengan total angkatan 343 kg saat menjuarai Kejuaraan Pan American 2020 di Santo Domingo, Dominika. Lifter Venezuela Ruben Mayora Pernia dengan total angkatan 341 kg ketika menjadi runner-up pada Kejuaraan Pan American 2020.
Lifter Moldova Marin Robu dengan total angkatan 339 kg saat menjadi juara kedua Kejuaraan Eropa 2021 di Moskwa, Rusia. Lifter Albania Briken Calja dengan total angkatan 336 kg ketika menjadi juara ketiga Kejuaraan Eropa 2021.
Kejadian langka
Peluang Rahmat meraih medali dari Grup B tetap terbuka meskipun ini kejadian amat langka. Di Olimpiade, praktis hanya lifter Korea Utara Om Yun-chol (20) yang pernah meraih medali emas dari Grup B, pada Olimpiade London 2012
”Itu sangat jarang terjadi, tetapi tidak menutup kemungkinan bisa terulang kembali,” ujar Dirdja.
Itu sangat jarang terjadi, tetapi tidak menutup kemungkinan bisa terulang kembali.
Untuk mengulangi hal itu, kata Dirdja, Rahmat harus fokus menambah total angkatannya menjadi 340-345 kg. Dalam latihan sebelum bertolak ke Olimpiade, lifter kelahiran 13 Oktober 2000 ini pernah tiga kali berhasil mencapai total angkatan 340 kg.
Rahmat terus dibiasakan melakukan angkatan snatch pertama 140-145 kg dan clean and jerk pertama 183-185 kg. Kini, lifter bertinggi 160 sentimeter itu menikmati angkatan itu.
”Sejauh ini, secara fisik maupun mental, Rahmat sangat siap untuk berlaga. Mudah-mudahan, dia bisa membuat kejutan dan ada keberuntungan yang menaungi,” tutur Dirdja.
Sejauh ini, secara fisik maupun mental, Rahmat sangat siap untuk berlaga. Mudah-mudahan, dia bisa membuat kejutan dan ada keberuntungan yang menaungi.
Kendati demikin, Kepala Bidang Pembinaan Prestasi PB Pabsi Hadi Wihardja mengingatkan, Rahmat merupakan lifter muda yang baru naik level dari yunior ke senior April lalu. Dia memiliki potensi besar sebagai penerus tradisi medali angkat besi Indonesia di Olimpiade yang terjaga dalam 21 tahun terakhir. Buktinya, dengan usia yang masih 19 tahun, Rahmat langsung meraih emas kelas 73 kg di SEA Games 2019 Filipina yang notabene ajang multi cabang perdananya.
Di Olimpiade ini, peluang Rahmat meraih medali mungkin cukup berat. Namun, walau tidak mendapatkan medali, itu bukan menjadi kegagalan mutlak. Paling tidak, dia mendapatkan pengalaman berharga tampil di gelaran besar dunia. Ini menjadi modal besar untuk dirinya menatap prestasi lebih baik di Olimpiade Paris 2024.
”Saat ini, yang utama, kita perlu merawat bibit lifter potensial seperti Rahmat ini berkembang sesuai jalurnya setahap demi setahap. Tujuannya, agar mereka tumbuh dengan baik dan matang untuk bersaing merebut medali di Olimpiade selanjutnya tiga tahun lagi,” ujar Hadi. (DRI)