Peluang Indonesia Raih Medali Dihadang Angin Kencang
Peluang Indonesia meraih medali dari cabang panahan kian menipis setelah tersingkirnya Arif Dwi Pangestu, Rabu. Para pemanah Indonesia kesulitan menghadapi kondisi angin kencang yang ditimbulkan badai tropis Nepartak.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·3 menit baca
TOKYO, KOMPAS — Tim panahan Indonesia kembali kehilangan wakilnya setelah pemanah Arif Dwi Pangestu gugur di babak 64 besar nomor recurve perorangan putra, Selasa (27/7/2021). Kini, Indonesia menyisakan tiga pemanah yang masih berpeluang melangkah lebih jauh di Olimpiade Tokyo 2020. Namun, peluang mereka diperkirakan menipis karena belum terbiasa bertanding dalam situasi angin kencang.
Tim panahan Indonesia sebelumnya juga sudah tersingkir di nomor beregu campuran dan beregu putra. Padahal, dua nomor tersebut diyakini bisa menyumbangkan medali untuk Indonesia. Faktor angin menjadi biang kekalahan tim beregu putra. Hal serupa menimpa Arif, kemarin.
Berlaga menghadapi pemanah Jerman berperingkat 10 dunia, Florian Unruh, Arif takluk dengan skor 2-6. Pemanah asal Bantul, Yogyakarta, kelahiran 25 Maret 2004, itu sempat memberikan perlawanan dengan merebut set kedua pada pertandingan tersebut. Namun, kegemilangan Unruh di set pertama berlanjut di set ketiga dan keempat. Tak pelak, Arif pun gagal melangkah ke babak selanjutnya.
”Anginnya kencang dan berubah-ubah. Terkadang ke kanan dan juga ke kiri. Cuaca esktrem sangat terasa ke badan dan kontrol tangan kiri juga menjadi sangat berbeda,” kata Arif seusai pertandingan itu.
Dengan kekalahan itu, Indonesia kini hanya menyisakan pemanah Riau Ega Agatha Salsabila, Alviyanto Bagas Prastyadi, dan Diananda Choirunisa, masing-masing di nomor perorangan putra dan putri. Mereka dijadwalkan akan bertanding pada Kamis (29/7/2021) di babak 64 besar. Ega, yang berperingkat 192 dunia, akan meladeni David Barnes, pemanah Australia peringkat ke-61.
Adapun Diananda, yang saat ini berada di peringkat 159 dunia, ditantang pemanah putri Denmark berperingkat 34 dunia, Maja Jager. Sedangkan Alviyanto Bagas, yang belum masuk peringkat dunia, akan melawan pemanah Australia, Taylor Worth, yang berperingkat 33 dunia.
Mereka (pemanah Indonesia) tidak ingin pulang dengan tangan kosong. Tujuan mereka ke sini (untuk) berprestasi. (Permadi)
Angin kencang kembali diperkirakan akan menghambat upaya ketiga pemanah itu untuk melaju ke babak berikutnya. Permadi Sandra Wibowo, pelatih tim panahan Indonesia, mengungkapkan, angin kencang masih terus terjadi dalam beberapa hari terakhir di Yumenoshima Park Archery yang menjadi lokasi pertandingan panahan Olimpiade Tokyo.
Badai Nepartak
Kondisi angin kencang dua hari terakhir ini adalah akibat dampak badai tropis Nepartak yang terjadi di timur Jepang. Badai itu, seperti dilaporkan AFP, menimbulkan kondisi cuaca ekstrem, yaitu berupa ombak tinggi dan angin kencang berkecepatan 108 kilometer per jam di laut. Kondisi daratan di Jepang, termasuk di Tokyo, pun ikut terdampak oleh badai tropis itu.
Sejumlah pertandingan Olimpiade Tokyo, yaitu dayung, selancar, triatlon, dan panahan, pun terganggu dan sempat ditunda beberapa saat akibat dampak badai yang membawa curah hujan tinggi serta angin kencang tersebut. Awalnya, badai itu diprediksi akan mendekati Tokyo. Namun, kemarin, badai tersebut mulai menjauhi Tokyo untuk menuju ke utara.
Kondisi angin kencang tidaklah menguntungkan para pemanah Indonesia. Mereka belum terbiasa memanah dalam kondisi tersebut. Maka, Permadi berharap pemanah Indonesia yang tersisa bisa semakin menyesuaikan diri dan kian terbiasa bertanding di bawah kondisi tersebut. Pengalaman saat bertanding di nomor beregu putra dan campuran bisa menjadi referensi bagi mereka untuk tampil lebih baik lagi.
Selain itu, tim pelatih juga akan memaksimalkan kesempatan berlatih pada Rabu (28/7/2021). ”Sekarang, kami tinggal berjuang di nomor individu saja. Pasti, para pemanah sudah mengatur mindset mereka di nomor ini karena awalnya, kan, andalan kita di nomor campuran dan beregu putra,” ujar Permadi.
Menurut dia, kekalahan tim beregu tidak berpengaruh ke mental para pemanah yang tersisa. Mereka berharap kondisi cuaca bakal kian membaik. Selama ini, mereka belum banyak berlatih di lapangan panahan yang berangin kencang.
”Mereka (pemanah Indonesia) tidak ingin pulang dengan tangan kosong. Tujuan mereka ke sini (untuk) berprestasi,” ungkap Permadi kemudian.