Harapan Medali Olimpiade dari Praveen/Melati Kandas
Harapan Indonesia meraih medali dari ganda campuran berakhir. Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti tersingkir pada perempat final oleh pasangan nomor satu dunia asal China, Zheng Siwei/Huang Yaqiong, 17-21, 15-21.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
TOKYO, KOMPAS — Menempatkan wakil dalam lima nomor cabang bulu tangkis, harapan Indonesia meraih medali dari ganda campuran berakhir. Satu-satunya andalan ”Merah Putih” di Olimpiade Tokyo 2020 di nomor itu, Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti, tersingkir pada perempat final.
Pada pertandingan di Musashino Forest Sport Plaza, Rabu (28/7/2021), Praveen/Melati ditaklukkan pasangan nomor satu dunia asal China, Zheng Si Wei/Huang Ya Qiong, 17-21, 15-21. Ganda campuran Indonesia pun gagal mengulang hasil seperti yang diraih pada Olimpiade Rio de Janeiro 2016, ketika Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir meraih medali emas.
Bertemu untuk ke-10 kalinya dengan Zheng/Huang, Praveen/Melati gagal mengulangi penampilan gemilang ketika mereka menang dalam dua turnamen beruntun dua tahun lalu. Ganda Indonesia peringkat keempat dunia itu mengalahkan Zheng/Huang dalam perempat final Denmark Terbuka dan final Perancis Terbuka 2019. Pasangan asal PB Djarum itu menjuarai kedua turnamen tersebut.
Seperti dilaporkan wartawan Kompas, Agung Setyahadi, di Tokyo, Jepang, Praveen/Melati kesulitan mengeluarkan kemampuan terbaik. Itu juga terjadi sejak laga sebelumnya, ketika berhadapan dengan Yuta Watanabe/Arisa Higashino (Jepang) dalam penyisihan Grup C. Dalam dua penampilan terakhir itu, Praveen/Melati selalu kalah straight games.
Seperti ketika dikalahkan Watanabe/Higashino, Praveen/Melati selalu berada dalam situasi tertekan lebih dulu. Mereka kesulitan keluar dari tekanan yang ditampilkan melalui permainan cepat pasangan China yang akan berhadapan dengan Tang Chung Man/Tse Ying Suet (Hongkong) pada semifinal itu.
Tak hanya Zheng yang memiliki kecepatan itu sebagai pengeksekusi perebutan poin, melalui smes, di belakang lapangan. Huang juga memilikinya sebagai pengatur jalannya permainan. Dia tak hanya cekatan dalam mencegat kok di depat net, tetapi juga memiliki kekuatan dalam pukulan ketika harus berada di bagian belakang lapangan.
Dalam pertandingan yang berlangsung selama 36 menit itu, kecepatan dan pertahanan Melati kalah level dari Huang. Dia sering kali salah pengertian dengan Praveen ketika harus berpindah posisi ke belakang lapangan. Situasi ini meninggalkan lubang di lapangan yang bisa dimanfaatkan dengan mudah oleh lawan untuk memperoleh poin.
Lemahnya antisipasi Praveen/Melati juga membuat Zheng/Huang sering kali mendapat poin melalui permainan cepat yang hanya berlangsung 2-3 pukulan. Pada gim pertama, misalnya, setelah menyamakan skor menjadi 14-14 dari ketertinggalan 6-14, Praveen/Melati tertinggal kembali dengan cepat.
Dia area mixed zone Musashino Forest Sport Plaza, Praveen mengatakan, lawan bisa dengan cepat mengantisipasi permainan. Dari awal, kami sudah tertekan dan baru di pertengahan pertandingan bisa mengimbangi. Tetapi, mereka cepat mengubah pola permainan, sedangkan kami kurang cepat mengantisipasi,” kata Praveen, yang juga terhenti pada perempat final Olimpiade Rio de Janeiro 2016, ketika berpasangan dengan Debby Susanto.
Selain sulit keluar dari tekanan lawan, Melati mengatakan, dia dan Praveen juga banyak melakukan kesalahan hingga lawan bisa memperoleh tambahan angka dengan cepat.
Tampil untuk pertama kali dalam ajang Olimpiade, Melati tak memungkiri tekanan yang dirasakan lebih besar dibandingkan bertanding dalam turnamen BWF. ”Pasti lebih banyak tekanannya, tetapi saya tidak memikirkan hal itu. Berusaha memberikan yang terbaik saja,” kata Melati.
Gregoria Lolos
Pada tunggal putri, Gregoria Mariska Tunjung memastikan lolos ke putaran 16 besar setelah mendapat kemenangan kedua pada persaingan di Grup M. Kemenangan kedua dari dua laga itu diperoleh ketika berhadapan dengan Lianne Tan (Belgia), 21-11, 21-17, Rabu.
Tiga hari sebelumnya, satu-satunya wakil tunggal putri Indonesia di Tokyo itu menang atas The Htar Thuzar (Myanmar). Dengan hasil tersebut, Gregoria pun menjuarai Grup M yang menjadi syarat untuk lolos ke putaran 16 besar.
”Saya sudah bisa menikmati Olimpiade. Tadi saja mulai gim pertama, rasanya berbeda dibandingkan sebelumnya. Waktu pertama kali bermain di sini, terasa sekali tegangnya. Tadi, saya sudah lebih tahu kondisi lapangan karena main di lapangan yang sama. Jadi, puji Tuhan saya bisa mengontrol permainan dengan baik. Meskipun pada gim kedua mulai sedikit tertekan, tetapi saya masih bisa menjaga permainan saya,” tutur pemain peringkat ke-23 dunia tersebut.
Situasi yang mulai tertekan pada gim kedua, dijelaskan Gregoria, karena lawan bisa menahan perebutan setiap poin dengan lebih lama dibandingkan pada gim pertama. Dia juga menilai, Tan bermain lebih ulet pada gim tersebut.
Pada babak 16 besar, yang berlangsung dengan sistem gugur, Gregoria akan berhadapan dengan Ratchanok Intanon (Thailand) yang menjadi juara Grup N. Babak ini mempertemukan para juara dari semua grup.
Di nomor tunggal, sebanyak 42 pemain bersaing dalam 14 grup dengan format round robin pada babak penyisihan. Mereka harus menjadi juara grup untuk melanjutkan langkah ke tahap berikutnya. Namun, khusus juara Grup A dan P, yang dihuni unggulan pertama dan kedua, berhak langsung tampil pada perempat final.
Berhadapan dengan pemain yang selalu mengalahkannya dalam tujuh pertemuan itu, Gregoria bertekad akan tampil lebih baik. ”Saya ingin mencoba mengeluarkan permainan terbaik dan pastinya saya ingin memberikan kejutan. Saya mau berusaha semaksimal mungkin karena semua bisa terjadi di lapangan dan saya tidak mau menyia-nyiakan kesempatan,” ujar Gregoria di mixed zone Musashino Forest Sport Plaza.