Greysia Polii/Apriyani Rahayu memanen motivasi dalam perburuan medali Olimpiade Tokyo 2020. Mereka melanjutkan spirit mendiang kakak Greysia serta meraih inspirasi dari perjuangan Sayaka Hirota melawan cedera.
Oleh
AGUNG SETYAHADI
·6 menit baca
TOKYO, KOMPAS — Greysia Polii menahan tangis ketika mengenang kakaknya yang meninggal pada Desember 2020. Sosok kakak yang sudah seperti ayahnya itu menjadi sumber inspirasi pemain ganda putri bulu tangkis Indonesia yang berpasangan dengan Apriyani Rahayu pada Olimpiade Tokyo 2020 ini. Kakak Greysia selalu memotivasi mereka untuk memperkuat mental supaya bisa melangkah sejauh-jauhnya di Olimpiade dan membawa pulang medali.
”Ya, Desember 2020 setelah saya menikah, kakak saya pass away. Sebenarnya dia menunggu untuk Tokyo. Sudah lama, tetapi kalau dibicarakan tetep menangis. Ini menambah motivasi, sangat menambah motivasi. Pada 2019, dia bilang ke saya dan Apri tentang mental. Bagaimana kita melatih mental, misalnya melatih mental kita ke psikolog, membaca buku-buku motivasi dari para motivator,” ujar Greysia saat ditemui wartawan Kompas, Agung Setyahadi, di mixed zone Musashino Forest Sport Plaza, Tokyo, Selasa (27/7/2021).
Greysia berhenti sejenak menahan air mata, lalu menutupi kesedihannya dengan tertawa lepas khas dirinya. Apriyani menguatkan pasangan mainnya itu dengan mengelus punggung dan membisikkan kata-kata penyemangat.
”Dia sangat support dan bersedia menunggu hingga Tokyo 2020, tetapi dia tidak bisa. Dia cuma menunggu saya menikah, setelah itu sudah,” ujar Greysia dengan tegar.
Suntikan motivasi untuk melangkah jauh dalam perburuan medali di Tokyo 2020 juga diperoleh Greysia dan Apriyani ketika melawan ganda Jepang, Yuki Fukushima/Sayaka Hirota. Kondisi ganda putri unggulan pertama itu sedang tidak maksimal karena ligamen lutut kanan Hirota cedera. Kondisi itu membuat pergerakan Hirota terbatas, terutama kelincahan gerak saat bermain cepat, dan juga tidak bisa meloncat untuk melakukan smes.
Namun, Fukushima/Hirota tetap menampilkan permainan yang luar biasa, bahkan memaksakan permainan tiga gim sebelum kalah 22-24, 21-13, 8-21. Pada gim ketiga, Greysia/Apriyani langsung tancap gas dan memaksakan permainan cepat sejak awal. Mereka pun memimpin 3-2 di awal gim dan terus menjaga tempo cepat. Fukushima/Hirota berusaha meladeni permainan cepat itu untuk memenangi servis guna memainkan ritme yang lebih lambat dengan reli-reli panjang dan serangan mendadak yang mematikan. Usaha itu terus dipatahkan oleh Greysia/Apriyani dengan serangan cepat pengembalian servis.
Meskipun bisa memaksakan tempo permainan, keunggulan Greysia/Apriyani tidak pernah bisa lebih dari dua poin, hingga kedudukan 7-5. Mereka perlahan memperlebar selisih poin saat meraih poin 8-5. Namun, Greysia/Apriyani tidak bisa menjaga konsistensi sehingga dua poin berikutnya diraih Fukushima/Hirota. Setelah itu, momentum diperoleh pasangan Indonesia dengan meraih 12 poin beruntun hingga unggul 20-7. Greysia/Apriyani memenangi pertandingan dengan skor meyakinkan, 21-8.
Terkait 12 poin yang mereka raih beruntun itu, Greysia menegaskan, peluang itu terbuka karena permainan lawan menurun tajam. ”Kelihatan mereka turun. Sewaktu mereka turun, kami memanfaatkan,” ujar Greysia.
”Pokoknya gas pol, no rem-rem,” lanjut Apriyani.
Saat mengetahui lawan dalam kondisi kurang maksimal, Greysia/Apriyani tidak lantas menurunkan permainan mereka. Pasangan andalan ”Merah Putih” itu tetap bermain sebaik mungkin demi hasil maksimal. ”Kami tidak terlalu banyak berpikir tentang siapa yang akan menjadi juara grup, kami hanya fokus untuk lolos ke perempat final, tidak peduli siapa pun yang menjadi peringkat kedua atau pemimpin grup,” kata Greysia.
”Kami bermain seperti biasanya, dan tidak memikirkan cedera Hirota, bermain semaksimal mungkin. Saya senang kami bisa bermain bagus dan lolos ke perempat final, jadi ayo terus,” ujarnya.
Namun, Greysia/Apriyani juga memuji perjuangan ganda Jepang itu, terutama Hirota yang mampu bermain solid dalam kondisi cedera lutut. ”Luar biasa. Sebagai sesama atlet yang main di Olimipade, saya dapat spirit dari Sayaka Hirota. Saya bisa merasakan apa yang sedang dia rasakan, bermain seperti itu, karena saya pernah mengalami,” ungkap Greysia.
”Kami sangat mengapresiasi mereka berdua, tetapi dia adalah lawan kami. Jadi, kami tidak memikirkan apakah dia sedang cedera atau fit. Jadi, yang saya pikirin adalah gimana performa kami di lapangan dan dapat poin. Pokoknya sikat saja, gak ada kasihan-kasihannya,” ujar Greysia.
Kemenangan itu menempatkan Greysia/Apriyani lolos ke perempat final sebagai juara Grup A. Pencapaian ini sangat penting karena mengangkat motivasi mereka untuk terus melangkah sejauh mungkin di Olimpiade Tokyo.
”Untuk ganda putri, menurut saya tidak terlalu berpengaruh (ke persaingan), tetapi secara psikologis, ya, karena itu akan mendongkrak energi dan pikiran positif kami. Namun, ganda putri ketat, kami harus berpikir dan bersiap secara maksimal sebelum pertandingan. Itu membutuhkan kekuatan pikiran dan mental yang bagus,” ungkap Greysia terkait persaingan di babak perempat final, siapa pun lawannya.
”Pemain ganda putri tidak mudah melakukan kesalahan. Kami tidak bisa meraih poin hanya dengan smes mudah, tidak seperti itu. Kami harus mengendalikan permainan serta pikiran, dan mental kami harus cukup kuat supaya bisa tampil konsisten. Jadi, konsistensi menjadi sangat penting dalam performa kami,” kata Greysia di mixed zone arena bulu tangkis Tokyo 2020, Musashino Forest Sport Plaza.
”Kami tidak terlalu banyak memikirkan perempat final, dan siapa lawan kami, kami fokus pada permainan kami sendiri,” ucap Greysia.
Apriyani menegaskan, pendekatan mereka pada setiap pertandingan akan sama. ”Kami dari awal, sebelum masuk lapangan, hanya memikirkan akan seperti apa strateginya, kemudian berupaya nunjukin yang terbaik dan di lapangan atur ritme, sehingga di lapangan sudah menyatu. Jadi, kalau ada bola mati, baik itu Kak Greys atau saya, itu tidak ada masalah karena kami sudah berusaha mengantisipasi itu sebelum masuk lapangan. Kami sama-sama enjoy, pokoknya mainkan saja,” tutur Apriyani yang menikmati permainan di Olimpiade pertamanya.
Berbeda dengan Apriyani, Greysia sudah dua kali tampil di Olimpiade, London 2012 dan Rio 2016. Namun, atlet berusia 33 tahun itu belum pernah meraih medali Olimpiade. Dia pun tidak merasa terbebani di Tokyo 2020 karena ini dia anggap sebagai bonus.
”Nothing to lose. Dari awal saya selalu bilang dan tekankan bahwa ini bonus. Saya juara atau dapat apa pun, bahkan masuk Olimpiade, bagi saya adalah bonus, terutama bagi saya karena saya sudah lebih senior dan banyak prioritas lain. Namun, bagaimanapun, bulu tangkis tetap menjadi nomor satu bagi saya, dan main di Tokyo ini sebuah motivasi untuk bisa mencoba lagi, memaksimalkan lagi apa yang sudah dikasih oleh Tuhan, kesempatan lagi,” kata Greysia.
Greysia juga tidak merasa terganggu dengan Olimpiade yang berlangsung tanpa penonton. Dia bahkan tidak merasa kehilangan dukungan suporter karena pembatasan ini untuk menjaga semua orang terhindar dari Covid-19.
Nothing to lose. Dari awal saya selalu bilang dan tekankan bahwa ini bonus. Saya juara atau dapat apa pun, bahkan masuk Olimpiade, bagi saya adalah bonus.
”Gak ada (yang hilang) karena menurut saya zaman sekarang saya maklum, gak ada merasa kehilangan. Justru ini untuk menjaga kita semua, dan saya mengapresiasi Tokyo, mereka mau melaksanakan Olimpiade ini. Saya senang sekali karena ini yang diimpikan atlet, bermain di Olimpiade. Tetapi kalau merasa kehilangan, tidak, karena sedang dalam situasi seperti ini. Jadi, maklum sangat dimaklumi, kami hanya bertanding fokus di lapangan,” tuturnya.
”Kami fokus pada permainan, dan bagi seluruh masyarakat Indonesia, mohon doakan kami yang terbaik,” pungkas Apriyani.