Trio pemanah putra Indonesia kesulitan menghadapi kondisi angin yang tidak bersahabat di Yumenoshima Park Archery, Tokyo. Indonesia pun tersingkir di babak 16 besar, setelah ditaklukkan tim Inggris Raya, 0-6.
Oleh
AGUNG SETYAHADI
·5 menit baca
TOKYO, KOMPAS – Angin merupakan musuh para pemanah. Namun, mampu membidik sasaran dalam kondisi alam yang tidak bersahabat, merupakan kemampuan yang terus diasah oleh para atlet. Lima tahun lalu, menjelang Olimpiade Rio 2016, tim panahan Indonesia bahkan berlatih di kawasan pantai selatan Yogyakarta, demi mengasah insting dan kemampuan membaca angin, supaya anak panah menancap tak jauh dari poin 10. Namun, persiapan di masa pandemi Covid-19 membuat para pemanah kehilangan angin, yang kini menjadi lawan mereka di Olimpiade Tokyo.
Hari ini anginnya lebih kencang dibandingkan kemarin, jadi agak kesulitan. Perlu latihan lagi untuk mencari yang pas lagi, untuk persiapan individu.
"Hari ini anginnya lebih kencang dibandingkan kemarin, jadi agak kesulitan. Perlu latihan lagi untuk mencari yang pas lagi, untuk persiapan individu," ujar pemanah Riau Ega Agatha Salsabilla seusai menjalani babak 16 besar beregu putra Olimpiade Tokyo di Yumenoshima Park Archery, Senin (26/7/2021).
Riau Ega yang tampil bersama Arif Dwi Pangestu dan Alviyanto Bagas Prastyadi kalah 0-6 (51-55, 52-53, 51-55), dari tim Inggris Raya yang diperkuat oleh Tom Hall, Patrick Huston, dan James Woodgate. Kondisi angin kencang yang dipengaruhi oleh badai yang semakin mendekati Jepang–diperkirakan angin kencang dan hujan lebar pada Selasa dinihari–membuat trio Arjuna Merah Putih terlambat panas. Sejak set pertama, mereka telat meraih poin 10, pada tembakan kedua pada set pertama dan kedua, serta tembakan keempat pada set kedua.
Sebaliknya, tim Inggris Raya langsung meraih poin 10 pada tembakan pertama dan kedua, dan tembakan kedua di set ketiga. Mereka juga bisa meraih masing-masing angka 10 di setiap set, dan tembakan di luar zona kuning konsisten di poin 8 dan 9. Sedangkan tim Indonesia dua kali meraih angka tujuh.
Medali emas panahan beregu putra akhirnya direbut oleh Korea Selatan setelah mengalahkan Taiwan, 6-0, di babak final. Tuan rumah Jepang harus puas dengan perunggu setelah mengalahkan Belanda, 5-4.
"Kondisi tadi sedikit berbeda dari lapangan sebelah, anginya berbeda karena tiba-tiba ke kiri kemudian ke kanan, seperti itu," ungkap Arif.
"Tadi kita telat menyesuaikan diri dengan tempat pertandingan, kita kalah poin dulu, Inggris cepet masuk sepuluhnya kita telat masuk," lanjut Arif.
Riau Ega menilai, timnya terlambat melakukan recovery setelah melakukan awal yang kurang ideal. Di sisi lain tim Inggris Raya tampil lebih bagus, sehingga membuat usaha bangkit tim Merah Putih lebih sulit. Pemanah andalan Indonesia yang telah meraih tiga medali perunggu Piala Dunia dan perunggu Asian Games–di beberapa nomor–itu juga mengakui bahwa angin masih menjadi kendala besar bagi dirinya dan tim.
"Tadi anginnya dari depan sama kiri-kanan, jadi lebih ke badan. Kalau kemarin anginnya di tengah, yang tadi di badan jadi seperti mendorong-dorong," ujar Riau Ega sembari memperagakan tubuh terdorong ke belakang.
Faktor angin
Faktor angin ini memang menjadi salah satu "lubang" dalam pemusatan latihan nasional menjelang Olimpiade Tokyo 2020. Di tengah kondisi pandemi Covid-19, tim panahan tidak bisa leluasa menjalani latihan selain di kompleks Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, untuk menyesuaikan dengan kondisi arena Olimpiade. Keempat pemanah, tiga putra dan satu atlet putri Diananda Choirunisa, hanya menjalani latihan di Senayan yang kondisinya tidak berangin.
Ini berbeda dengan persiapan menjelang Olimpiade Rio 2016, di mana Riau Ega dan rekan-rekannya sempat menjalani latihan di kawasan pantai selatan Yogyakarta. Mereka diasah melakukan tembakan akurat dalam kondisi angin yang kencang. Persiapan itu mendukung performa Riau Ega yang melangkah hingga babak 16 besar recurve individu putra di Rio de Janeiro, Brasil. Di dalam tim yang kini berangkat ke Tokyo, hanya Riau Ega yang tampil di Rio.
Seperti filosofi SunTzu, mengenal musuh adalah kunci memenangi pertempuran. Jika hanya mengenal diri sendiri, tanpa mengenal musuh, maka di setiap kemenangan akan ada kekalahan. Dan jika tidak mengenal diri sendiri serta musuh, maka hanya akan menuai kekalahan di setiap pertempuran. Itulah mengapa latihan di lokasi yang alamnya tidak ramah, karena banyak angin, sangat krusial untuk mengasah kemampuan pemanah.
Namun, di masa pandemi Covid-19 yang membatasi pergerakan seluruh manusia di muka bumi, latihan yang ideal sulit diperoleh atlet. Kini, para pemanah Indonesia, berusaha secepat mungkin beradaptasi dengan kondisi alam di Tokyo, dengan angin yang berubah-ubah arah, serta cenderung kencang. Jika sejak awal sudah bisa mendapatkan klik dengan kondisi arena, Riau Ega dan kawan-kawan akan memiliki peluang lebih baik di nomor individu.
"Kita sudah melakukan yang terbaik, tetapi ini hasilnya. Memang kondisi angin seperti ini, dan di Jakarta kita jarang menemui, jadi untuk menyesuaikan menjadi kesulitan tim kita," ungkap pelatih panahan Permadi Sandra Wibowo di area mixed zone.
"Tetapi sejauh ini teman-teman sudah mencoba mempersembahkan yang terbaik, dan besok bersiap untuk individu. Kita sudah ngapalin anginnya tadi, hari ini memang agak lebih kenceng dari yang sebelumnya," lanjut Permadi.
"Tadi pagi saya juga dapat info dari pelatih dayung kalau angin akan lebih kencang. Nah, dengan kondisi angin ini tim kita memang agak kesulitan, kurang siap dengan angin yang agak kenceng," pungkas Permadi.
Terkait dengan persiapan nomor Individu, fokus Riau Ega, Arif, Alvi dan Diananda adalah memperbaiki adaptasi dengan kondisi angin. Selain itu, mereka akan berusaha tampil lepas, tanpa beban. "Untuk individu persiapan sama, main lepas saja," ungkap Alvi.
Riau Ega yang akan bertemu dengan David Barnes dari Australia di babak 64 besar mengaku belum mencermati lawannya itu. Tetapi, dia akan fokus pada persiapan diri sendiri, termasuk mulai latihan sore hari karena akan bertanding pada pukul 16.00 waktu Tokyo. Riau Ega bermain sore karena berada di pool bawah sesuai hasil kualifikasi.
"Saya ada di pool bawah, mainnya sore, jadi mau latihan di sore juga, supaya bisa lebih percaya diri lagi untuk nembaknya," ungkap peraih empat medali emas SEA Games nomor beregu campuran itu.
"Kemarin saat kualifikasi saya dapatnya pas tengah-tengah jadi di bracket dapatnya di bawah, bukan berarti menghindari lawan lawan kuat karena nanti juga akan ketemu. Jadi persiapannya supaya bisa fokus pada diri sendiri, bisa menembak lebih baik, fokus sampai akhir, dan kalau nanti ketemu (lawan-lawan kuat) bisa lebih siap," ungkap Riau Ega.